Sunday, March 5, 2017

Kaisar naik banding kpd kaisar

kaisar, naik banding kepada kaisar Daftar Isi: ENSIKLOPEDIA: NAIK BANDING KEPADA KAISAR ; Naik Banding Kepada Kaisar Ke atas NAIK BANDING KEPADA KAISAR [Ensiklopedia] Sesudah Festus menggantikan Feliks menjadi pejabat penguasa (wali negeri?, Kis 24:1) di Yudea pada thn 59 (Kis 24:27) dan membuka kembali perkara Paulus, yg ditinggalkan Feliks terkatung-katung, segera ada alasan Paulus menjadi takut, sebab wali negeri/gubernur baru yg kurang pengalaman itu bisa saja diperalat oleh imam besar untuk menimbulkan petaka atas Paulus. Karena itu Paulus menggunakan hak istimewanya sebagai warga negara Roma dan 'naik banding kepada Kaisar'. Artinya, dia minta supaya perkaranya dipindahkan dari pengadilan propinsi ke pengadilan tinggi di Roma (Kis 25:10 dab). Hak naik banding (prouocatio) dari warga negara kepada Kaisar agaknya berkembang dari hak naik banding dulu pada zaman republik ke rakyat Roma yg berdaulat. Menurut Dio Cassius (Hist. 51.19) pada thn 30 sM diberikan hak kepada Oktavianus untuk menghakimi yg naik banding. Dan pada zaman inilah diberlakukan lex Iulia de ui publica (hukum/undang-undang Yulius ttg memakai kekerasan di muka umum), yg melarang setiap penguasa yg mempunyai kuasa imperium atau potestas untuk membunuh, mencambuk, membelenggu atau menyiksa seorang warga negara Roma, atau menghukum dia aduersus prouocationem (harfiah 'di hadapan naik bandingnya', 'yg sedang naik banding' atau ... dia, 'sedang ia naik banding') atau menghalangi dia pergi ke Roma untuk menyampaikan naik bandingnya di sana dalam jangka waktu tertentu. Kesimpulan A. H. M Jones (Studies in Roman Government and Law, 1960, hlm 96) ialah bahwa sejak tanggal undang-undang ini diberlakukan, seorang warga negara Roma di mana pun dalam kerajaan Roma dilindungi terhadap hukuman tergopoh-gopoh dari seorang penguasa (coercitio), walaupun penguasa propinsi mungkin menangani perkara-perkara yg mengenai pelanggaran biasa terhadap hukum tertulis yg sudah diundangkan (dan perkara Paulus nyatanya tidak termasuk itu). Menjelang awal abad 2 M sudah jelas menjadi praktik umum bagi warga negara Roma di propinsi-propinsi, yg dituduh dengan pelanggaran ekstra ordinem (di luar kebiasaan; luar biasa) (tidak terdapat dlm ketentuan undang-undang penuntutan), supaya hampir dengan sendirinya dikirim ke Roma tanpa melalui formalitas naik banding kepada Kaisar. Dalam hubungan ini, seperti dalam banyak hubungan lain, gambaran praktik Roma yg diberikan dalam Kis, memang benar menurut penanggalan yg tersirat dalam kitab ini; perkara naik banding Paulus itu cocok dengan apa yg kita ketahui dari keadaan pada thn 50-an dari abad pertama dari agama Kristen, dan berita Lukas ini merupakan sumbangan inti kepada bukti yg ada tersedia. Festus merasa lega mendapat tahu Paulus naik banding kepada Kaisar: sekarang dia sendiri akan bebas dari tanggung jawab memberi keputusan atas suatu perkara, yg untuk itu dia tahu bahwa dirinya kurang laik. Tapi masih tinggal satu lagi tanggung jawabnya: dia harus kirim ke Roma bersama tertuduh keterangan yg menjelaskan (litterae dimissoriae; harfiah: surat yg dikirim, maksudnya mengenai perkara itu dari penguasa propinsi ke penguasa di Roma; dibandingkan dgn Indonesia sekarang, yaitu salah satu: berkas naik banding -- ke Pengadilan Tinggi, atau berkas kasasi -- ke Mahkamah Agama). Tapi karena dalam hal ini dari propinsi ke Roma, maka yg lebih tepat adalah berkas 'kasasi'; yg meringkaskan sifat perkara itu dan sejarahnya. Saat menulis keterangan ini Festus gembira, karena tepat pada waktu itu ia mendapat bantuan dari seseorang yg terkenal (dianggap) sebagai ahli khusus dalam soal-soal agama Yahudi, yaitu Agripa muda, yg pada waktu itu datang ke Kaisarea bersama Bernike, saudaranya perempuan, untuk memberi hormat kepada wakil Kaisar yg baru itu. Sesudah saling menghormati menurut kebiasaan, Festus memberitahukan masalahnya itu kepada Agripa. Tuduhan-tuduhan terhadap Paulus, katanya, agaknya berkisar pada 'seseorang bernama Yesus, yg sudah mati, tapi menurut kesaksian Paulus hidup kembali' (Kis 25:19). Segera pada saat itu timbul niat di hati Agripa dan melahirkan keinginannya untuk berjumpa dengan Paulus. Festus teramat gembira mengatur jumpa tanya. Sesudah mendengar Paulus, Agripa setuju dengan Festus bahwa menurut akal sehat Paulus tak dapat dinyatakan bersalah berkaitan dengan tuduhan mana pun, yg begitu gencar dituduhkan terhadap dia. Sebenarnya, kata raja itu, Paulus sudah dapat dibebaskan saat itu di tempat itu juga, sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar. Tapi bagi Festus untuk memberi putusan penghakiman/peradilan mengenai perkara ini sekarang dengan melepaskan dia, sudah menjadi ultra vires (= di luar kekuasaannya) (Kis 26:30-32). Tapi agaknya Agripa memberikan kepada Festus bantuan yg diinginkannya, yaitu menulis berkas kasasi itu (litterae dimissoriae). Paulus tidak naik banding kepada Kaisar waktu Feliks masih memegang jabatan, agaknya karena keputusan Feliks sudah teguh bahwa Paulus tidak bersalah. Hanya Feliks beberapa kali menunda saatnya yg resmi untuk menyatakan Paulus tidak bersalah dan saat melepaskannya. Pada suatu hari (demikianlah harapan Paulus) penunda-nundaan Feliks ini akan berakhir dan ia akan dilepaskan, akan bisa menggenapi rencananya yg sudah lama diidam-idamkannya yakni pergi ke Roma dan ke Barat. Tapi dengan dipanggilnya pulang Feliks dan diganti oleh Festus timbullah keadaan baru yg berbahaya bagi Paulus; keadaan itulah yg membuatnya naik banding. Pertimbangan paling utama dalam keputusannya naik banding kepada Kaisar bukanlah keamanannya sendiri, tapi kepentingan Injil. Pada 7 atau 8 thn yg lalu ia telah mengalami kenetralan hukum Roma yg menguntungkan dalam keputusan wali negeri Akhaya, --> Galio, yg pendiam itu, yg menyatakan bahwa tak ada yg bertentangan dengan hukum dalam penginjilannya (Kis 18:12-16). Pengharapannya kuat akan mendapat keputusan yg menguntungkan seperti itu dari Mahkamah Agung di Roma. Tapi keadaan sudah berubah: seseorang yg sekali pun kecerdasannya tidak setajam Paulus, seharusnyalah menyadari bahwa dasar pertimbangan yg mendasari keputusan Galio, tidak berlaku lagi. Kenyataan dalam pemerintahan Galio ialah, bahwa apa yg diberitakan Paulus adalah merupakan ragam dari Yudaisme, dan karena itu tidak dilarang oleh hukum Roma. Tapi, sekarang sebagian besar kegiatan Paulus sendiri, menyatakan jelas bahwa tak mungkin lagi menganggap agama Kristen sebagai suatu ragam dari Yudaisme, karena sekarang agama itu jelas lebih bersifat bangsa-bangsa ketimbang bersifat Yahudi. Keputusan yg menguntungkan yg mungkin bisa diharapkan dari Kaisar Roma ialah pengakuan terhadap agama Kristen, itu pun paling banter berupa pengakuan sebagai penggenapan yg sungguh dari agama nenek moyang mereka (yg sungguh menjadi kepercayaan Paulus), setidak-tidaknya sebagai kumpulan yg diizinkan (collegium licitum, atau kelompok dari collegia licita) dengan haknya tersendiri. Disamping itu, jika Kaisar sendiri mendengar pembelaan Paulus, bukankah beberapa kemungkinan bisa terjadi? Agripa muda secara sopan cenderung menolak logika dasar pemikiran Paulus. Dan non-Yahudi selalu menunjukkan bahwa mereka lebih mudah menerima Injil daripada orang Yahudi. Justru bukan tidak mungkin bahwa Kaisar Roma akan lebih mudah tertarik menjadi Kristen ketimbang raja taklukan berbangsa Yahudi. Bahwa pengharapan Paulus mungkin demikian tinggi dapat dimaklumi, kendati dari sudut pandang masa kini pengharapan itu (yg tak terpenuhi) dapat dianggap tidak praktis. Tapi fakta bahwa kepada Kaisar-lah Paulus naik banding, bukan harus berarti bahwa Kaisar akan mendengar perkara itu secara pribadi. Menurut Tacitus (Annals 13.4.2), pada permulaan pemerintahan Nero, ia mengumumkan bahwa bukan dia yg akan mengadili perkara-perkara in propria persona, seperti dilakukan oleh Klaudius pendahulunya. Dan memang selama 8 thn pertama pemerintahannya, umumnya perkara demikian dia serahkan kepada orang-orang lain. Jadi, 'kalaupun Paulus diadili beberapa saat sesudah masa 2 thn yg disebut dalam Kis 28:30, mungkin perkaranya itu ditimbang oleh orang lain yg berbeda dari Kaisar' (A. N Sherwin-White, Roman Society and Roman Law in the New Testament, 1963, hlm 366). 'Orang lain yg berbeda' ini mungkin sekali ialah penjaga istana (Flp 1:13; 4:22), 'yg mewakili Kaisar Roma dalam jabatannya sebagai sumber keadilan, bersama para penilik dan pejabat-pejabat tinggi dari istana' (W. M Ramsay, SPT, hlm 357). Tapi mengenai masalah ini tidak kita miliki suatu keterangan. Begitu juga tak ada keterangan tentang hasil naik banding itu, apakah Paulus dibebaskan atau dihukum. Dan bahkan kita tidak tahu apakah naik bandingnya itu pernah disidangkan. Perpanjangan masa tinggalnya di Roma sampai lebih 2 thn penuh, bisa akibat tertimbunnya masalah peradilan sama seperti hal-hal lain; dan jika dia dibebaskan tanpa peradilan -- tentu ini adalah hasil tindakan imperium dari pihak Kaisar. 'Barangkali Paulus beruntung karena kemurahan Nero, dan dia mendapat pembebasan di luar kelaziman. Tapi kita tidak terpaksa menafsirkan Kis mengartikan, bahwa dia bebas mutlak' (A. N Sherwin-White, op. cit., hlm 109). Dengan berita tentang penglihatan Paulus pada malam hari di tengah laut, dimana dipastikan. bahwa dia harus menghadap Kaisar (Kis 27:23 dab), Lukas barangkali memaksudkan secara diam-diam, bahwa naik banding Paulus itu pada akhirnya disidangkan juga, apa pun yg merupakan penyelesaiannya. KEPUSTAK AN. H. J Cadbury, 'Roman Law and the Trial of Paul', BC 5, hlm 297 dab; A. H. M Jones, Studies in Roman Government and Law, 1960; T Mommsen, Romisches Strafrecht, 1899; A. N Sherwin-White, Roman Society and Roman Law iq the New Testament, 1963; idem, The Roman Citizenship, 1973. FFB/WBS/HAO Sent from Kamus Alkitab: https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.kamus

No comments:

Post a Comment