ANALISA KRITIS TANTANGAN & HARAPAN PEROLEHAN SUARA UNTUK JWW/YOSHUA DI KAB. JAYAWIJAYA & LUKMEN DI KAB. PUNCAK JAYA MENUJU 01 PAPUA
Oleh Gembala Dr. Socratez Sofyan Yoman
1. Pendahuluan
Kompetisi politik & proses demokrasi menuju Papua 1 sudah dimulai. Tim sukses Pertahana LUKMEN & YOSHUA telah, sedang & terus menawarkan Program-program terbaik mereka dalam kampanye. Tujuannya untuk mempengaruhi & meraih kepercayaan para pemilih supaya pada saat hari "H" rakyat memberikan kepercayaan kepada mereka.
Modal kepercayaan sosial untuk LUKMEN & YOSHUA telah mereka tabur karena mereka sendiri pelaku pembangunan dengan menjadi pemimpin & pelayan rakyat di dua kabupaten ini. Ada bekas-bekas tangan & kaki mereka yang terukir & terpatri dalam dinamika rakyat di dua kabupaten ini.Mereka sdg mengukir sejarah peradaban.
Perlu dicatat di sini, LUKMEN-YOSHUA adalah pribadi-pribadi yang hebat dan luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang TUHAN hadirkan dalam era mereka sekarang. Secara intelektual, mereka, orang-orang cerdas, terdidik dan mempunyai pengetahuan luas. Secara iman, mereka adalah pribadi-pribadi yang beriman kepadaTuhan. Itu selalu terbukti dalam kehidupan pelayanan sehari-hari mereka.
Dalam kualitas memberi, LUKMEN cepat, tepat & tanpa hitung tapi terukur. Hal memberi sepertinya jiwa & roh LUKMEN. Sedangkan JOSHUA cepat, tepat, & penuh pertimbangan. Artinya LUKMEN & YOSHUA telah menjadi penyalur berkat untuk banyak orang.
2. Kaderisasi
2.1. Lukas Enembe dan kaderisasi
Dalam hal kaderisasi Lukas Enembe & John Wempy Wetipo mempunyai gap (jurang) yang jauh. Pada waktu LE menjadi pemimpin di Puncak Jaya, ia memacu pendidikan & kaderisasi. Lukas terbukti dengan munculnya beberapa kader politisi & birokrat yang sedang melayani di kab. Puncak Jaya & juga yang sedang berkibar di Provinsi.
Lukas Enembe tidak saja mempersiapkan kader di Puncak Jaya & provinsi, ia memainkan perannya sebagai pemimpin visioner & mendidik & mempersiapkan beberapa kader politik birokrat di beberapa kabupaten di provinsi ini. Beberapa kadernya telah menjadi bupati, Ketua DPRD dan anggota, dalam birokrat dengan berbagai eselon.
2.2. JWW & Kaderisasi
Secara jujur dengan mata terbuka, hati jujur dan pikiran terbuka, saya mau katakan dalam analisa saya, saya belum melihat kader yang dimunculkan oleh JWW di kabupaten Jayawijaya.
Kabupaten Jayawijaya adalah honai induk (honai tua), mama dari kabupaten Tolikara, Lanny Jaya, Nduga, Yalimo, Yahukimo dan Pegunungan Bintang.
Seharusnya, mama atau kabupaten induk ini menjadi cermin untuk mengorbitkan para politisi dan birokrat yang hebat dari orang-orang Balim untuk menjadi pemimpin politik di tanah leluhur dan kelahiran mereka.
Secara logika politik, bupati periode 2018-2023 BUKAN pak John R. Banua. Bupati saat ini seharusnya adalah anak-anak Putra Balim, seperti: Bartolemeus Paragaye, Simion Itlay, Paskalis Kossay, Hantur Matuan, & kader potensial yang lainnya.
Para kader dan intelektual kabupaten Jayawijaya martabat (dignity) dan kehormatan mereka direndahkan. Sangatlah hina, para sarjana asal Jayawijaya meraih kursi politik yang menjadi hak kesulungan mereka diraih dengan cara demo ke KPU & DPRD.
Sesungguhnya tidak perlu, para intelektual dari honai tua ini berdemo dan seperti "mengemis" jabatan politik di atas tanah leluhur & tumpah darah mereka. Tidak perlu terjadi demo & merendahkan martabat dan kehormatan para intelektual Jayawijaya, bilamana JWW merangkul & mempersiapkan kader politisi dari saudara-saudaranya. Tapi, sayang, kenyataannya JWW tidak perhatikan bagian ini.
3. Prediksi perolehan suara
Dari gambaran ini, bagi Lukas Enembe, suara di Puncak Jaya masih dalam kategori "aman" walaupun bupati itu kader dari Partai Politik pengusung YOSHUA. Mengapa? Karena dua alasan: Juni Wonda kader dari LE walaupun dari partai PDIP dan rakyat kab. Puncak Jaya sangat percaya seorang yang bernama Lukas Enembe.
Sedangkan untuk perolehan suara untuk JWW di kabupaten Jayawijaya tidak maksimal. Untuk meraih suara unggul masih jauh dari harapan. Bisa terjadi pembagian suara signifikan antara LUKMEN & YOSHUA.
Prediksi saya adalah (1) 50%vs50%. (02) 70% LUKMEN dan 30% YOSHUA. Atau (03) lebih extim, 80% LUKMEN & 20% YOSHUA.
Ini bisa terjadi karena alasan2 tadi. Kemungkinan juga bisa terjadi dengan deal politik para intelektual Jayawijaya dengan LUKMEN yang selama ini dikorbankan dgn kebijakan politik JWW.
JWW akan aman dengan membagi 50%-50% kalau ada komitmen politik antara JWW dengan pak John R. Banua sebagai calon bupati tunggal Jayawijaya.
Kalau Jakarta menintervensi Pilgub Papua supaya memenangkan calon tertentu, harga yang harus dibayar sangat mahal. Itu merupakan sejarah kegagalan Indonesia terbesar di Papua. Karena itu, berilah ruang rakyat memilih dengan menggunakan hak politik mereka di provinsi ini.
Saya menulis ini sebagai seorang Gembala dan juga salah satu anak yang sudah sekolah dari pedalaman Jayawijaya.
Saya tidak punya tendensi dan kepentingan politik karena saya hanya seorang hamba Tuhan dan Gembala.
Saya dukung Anda berdua dalam doa. Suara saya hanya 1 suara dan saya akan memilih salah satu dari Anda. Siapa yang saya akan pilih yang tahu hati saya dan TUHAN. Saya respek LUKMEN & YOSHUA. Selamat berjuang dengan cara-cara yang bermatabat dan bermoral dan terhormat. Anda harus tunjukkan bahwa Anda adalah orang-orang punya harga diri dan punya peradaban.
Waa...kinaonak.
Ita Wakhu Purom, 01/03/2018