Tuesday, November 6, 2018

Sejarah kata "TUHAN" berdasarkan Sejarah Ilmu Bahasa dan Budaya Melayu atau Indonesia


SuntingPantau halaman iniBaca dalam bahasa lain

Tuhan

Sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb.

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.[1] Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teismedeismepanteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan".[1] Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.[2]

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta,[3]yang disebut Aten.[4] Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristensebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allahdigunakan, dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslimmengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohimatau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[5][6][7][8][9] Dalam agama HinduBrahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis.[10] Agama-agama lainnya memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha dalam agama Baha'i,[11] Waheguru dalam Sikhisme,[12] dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.[13]

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteismepandeisme,[14][15] atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[16]

Etimologi dan terminologiSunting

Kata Tuhan dalam bahasa Melayu kini berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ (1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik.[17] Kata "tuan" ditujukan kepada manusia, atau hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan dengan kata lain mengikuti kata "tuan" itu sendiri, dimisalkan pada kata "tuan rumah" atau "tuan tanah" dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks selain keagamaan yang bersifat ketuhanan.[18]

Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang bersifat insani, menjadi "Tuhan" yang bersifat ilahi, bermula dari terjemahanAlkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733.[19][20] Dalam terjemahan sebelumnya, yaitu kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini diterjemahkannya menjadi "tuan". Kata yang diterjemahkan oleh Brouwerius sebagai "Tuan"—sama dengan bahasa Portugis SenhorPerancis SeigneurInggris LordBelanda Heere—melalui Leijdecker berubah menjadi "Tuhan" dan kemudian, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang awalnya ditemukan oleh Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani dan ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.[19] Di dalam AlkitabTerjemahan Baru (1974), kata Tuhan (dan keluarga katanya, mis. Tuhanku) disebutkan sebanyak 7677 kali dalam 6510 ayat di seluruh protokanonikaPerjanjian Lama (Ibrani) dan Perjanjian Baru (Yunani).[21] Kata ini paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata Kurios (Yunani) dan Adonai (Ibrani). Selain itu, khusus untuk menerjemahkan Tetragrammaton YHWH, penerjemah TB dalam edisi cetak menggunakan huruf kapital (smallcaps) Tuhan, mengikuti tradisi terjemahan yang sudah ada[22], misalnya dalam Kejadian 2:4, "Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TuhanAllah (YHWH Elohim) menjadikan bumi dan langit, --".[23] (Namun untuk menulis "Adonai YHWH" digunakan "Tuhan Allah", misalnya dalam Yesaya 61:1, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,")

Dalam bahasa Indonesia modern, kata "Tuhan" pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu Dzat abadi dan supernatural. Dalam konteks rumpun agama samawi, kata Tuhan (dengan huruf T besar) hampir selalu mengacu pada Allah, yang diyakini sebagai Dzat yang Maha sempurna, pemilik langit dan bumi yang disembah manusia. Dalam bahasa Arab kata ini sepadan dengan kata rabb. Menurut Ibnu Atsir, Tuhan dan tuan secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat.[24] Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,[25]. Dalam monoteisme, biasanya dikatakan bahwa Tuhan mengawasi dan memerintah manusiadan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini, misalnya sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, yang keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apa pun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan dewa. Penganut monoteismebiasanya menolak menggunakan kata dewa, karena merujuk kepada entitas-entitas dalam agama politeistis. Meskipun demikian, penggunaan kata dewa pernah digunakan sebelum penggunaan kata Tuhan. Dalam Prasasti Trengganuprasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan huruf Arab (huruf Jawi) menyebut Sang Dewata Mulia Raya. Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari kata devata, sebagai hasil penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme. Selain itu dalam teks terkadang juga digunakan kata "tuhan" dengan huruf kecil (mirip dengan kata "allah" dengan huruf kecil), terutama ketika memperbandingkan antara Tuhan Allah yang esa dengan tuhan (tuan) yang lain, misalnya dalam Ulangan 10:17: "Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; " 1 Korintus 8:5, dan Mazmur 136:3


Sumber:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan



Early Christian Era

EARLY CHRISTIANITY ERA WINE-JUG WORKSHOP UNEARTHED IN CENTRAL ISRAEL

Relics from a large-scale wine jug workshop that dates back around 1,800 years have been uncovered in modern day 'Gedera' ("גדרה"), in Central Israel.

According to archaeologists the factory dates back to the 3rd century and was active for around 600 years, making vessels for storing wine that were popular export items during the Roman and Byzantine times.

The Jerusalem Post / JPost.com
https://www.jpost.com/Israel-News/Culture/Early-Christianity-era-wine-jug-workshop-unearthed-in-central-Israel-563866?fbclid=IwAR1dPNddQ_qFAkXKt3O-Zsv-NalG7CbNxRj_9-4cW8-EW97OY3K8AXGSzkQ

For the article from "the drinks business" magazine:
https://www.thedrinksbusiness.com/2018/08/ancient-wine-jar-factory-found-in-isreal/