Wednesday, April 3, 2019

Penyaliban dan kematian Yesus

Buka menu utama Cari

Penyaliban dan kematian Yesus

Baca dalam bahasa lain Pantau halaman ini Sunting Kematian Yesus Kristus Sang Juru Selamat Manusia terjadi pada abad ke-1 Masehi, diperkirakan antara tahun 30-33 M. Menurut penanggalan Yahudi, Ia mati tergantung di atas salib, tanggal 14 Nisan, beberapa jam sebelum hari Paskah Yahudi dirayakan (tanggal 15 Nisan, dimulai pada sekitar pk. 18:00 saat matahari terbenam). Hukuman mati dengan disalibkan dijatuhkan atas perintah gubernur Kerajaan Romawi untuk provinsi Yudea, Pontius Pilatus, berdasarkan laporan para pemuka agama Yahudi saat itu bahwa Yesus Kristus mengaku sebagai Raja orang Yahudi. Berita penyaliban dan kematian ini dicatat di sejumlah tulisan sejarawan Kerajaan Romawi, orang Yahudi dan murid-murid Yesus. Catatan yang paling detail ditemukan di kitab-kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen. Bagian dari seri tentang Yesus Kristus Nama dan gelar Yesus • Kristus • Mesias • Isa Almasih • Juruselamat Yesus Kristus dan Kekristenan Nubuat • Kronologi • Kelahiran • Silsilah • Pembaptisan • Pelayanan • Mukjizat • Perumpamaan • Penangkapan • Pengadilan • Penyaliban • Kematian • Penguburan • Kebangkitan • Kenaikan • Kedatangan yang kedua • Penghakiman Ajaran utama Yesus Kristus Mesias • Kotbah di Bukit • Doa Bapa Kami • Hukum Kasih • Perjamuan Malam • Amanat Agung Pandangan terhadap Yesus Pandangan Kristen Pandangan Islam Pandangan Yahudi Yesus dalam sejarah Yesus dalam karya seni Kotak ini: lihatbicarasunting Penyaliban, oleh Vouet, 1622, Genoa Kematian Yesus dapat dilihat melalui dua cara pandang yang berbeda:[1] Kematian Yesus sebagai peristiwa sejarah. Kematian Yesus sebagai bagian dari rencana Allah[2]. Pemberitahuan Kematian Yesus Sunting Perjanjian Lama Sunting Dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, digambarkan bahwa seorang yang diurapi (bahasa Ibrani: Mesias; bahasa Yunani: Kristus) oleh Allah akan menderita sengsara dan mati sebagai penebus dosa umat manusia. Sejumlah nubuat berfokus pada peristiwa ini yang menurut Akitab digenapi dalam kematian Yesus Kristus. Kitab Kejadian Sunting Janji Induk, Kejadian 3:15: Keturunan perempuan (dengan/tanpa campur tangan laki-laki) akan meremukkan kepala ular (=iblis), tetapi ular akan meremukkan kakinya. Penggenapan: Yesus diremukkan secara fisik, tetapi kematian-Nya menghancurkan kuasa iblis atas manusia. Pengorbanan Ishak, Kejadian 22:6-18: Ishak tidak jadi dibunuh oleh Abraham untuk dipersembahkan sebagai korban. Sebagai gantinya, Allah menyediakan seekor domba jantan, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Penggenapan: Yesus disediakan Allah sebagai korban penebus dosa untuk seluruh manusia, dengan lahir sebagai keturunan Abraham dan mati di gunung yang sama dengan tempat domba pengganti Ishak, ahli waris Abraham. Kitab Keluaran Sunting Peristiwa Paskah Yahudi (Keluaran 12:1-28) mencatat bahwa Allah mengampuni anak-anak sulung orang Israel, sementara Ia membunuh semua anak sulung orang Mesir. Untuk itu orang Israel harus menyembelih domba Paskah, menaruhkan darahnya pada palang kayu pintu rumah-rumah mereka, dan memakan dagingnya. Penggenapan: Yesus sebagai anak sulung Allah, dikorbankan dengan dibunuh pada malam menjelang Paskah Yahudi, darahnya teroles pada palang kayu salib, dan tubuh-Nya diserahkan sebagai penebusan dosa umat manusia. Kitab Bilangan Sunting Bilangan 21:9: Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. Penggenapan: Yesus mati digantung di atas kayu salib; barangsiapa yang percaya kepada-Nya, sekalipun dipagut kuasa iblis (=ular di taman Eden), akan hidup kekal. Kitab Mazmur Sunting Mazmur 22 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara, ditinggalkan oleh Allah dan manusia, bahkan sahabat-sahabat-Nya dan dikelilingi musuh-musuhnya. Penggenapan: Yesus menjeritkan kata-kata pada permulaan Mazmur 22 ketika sedang tergantung di atas kayu salib menjelang kematian-Nya. Dia ditinggalkan sendirian oleh sahabat-sahabat-Nya dan dikelilingi musuh-musuh-Nya. Kitab Yesaya Sunting Yesaya 53 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara, tetapi karena itulah kita disembuhkan:[3] “ Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh... Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan...ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah... ” — Yesaya 53:3-10 Penggenapan: Yesus tidak bersalah, tetapi disiksa dan dibunuh sebagai korban penebus salah, supaya kita mendapat keselamatan dan kesembuhan. Perjanjian Baru Sunting Kitab-kitab Injil mencatat bahwa Yesus sendiri jauh-jauh hari telah memberitahukan kematian-Nya dan kebangkitan-Nya sebanyak empat kali. Pemberitahuan terakhir dicatat di Injil Matius: "Dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia (=sebutan Yesus untuk diri-Nya) akan diserahkan untuk disalibkan."[4] Kronologi Kematian Yesus Sunting Di dalam Alkitab kisah penyaliban dan kematian Yesus dicatat dalam keempat Injil. Sekalipun keempatnya memiliki punya ciri khas tersendiri dalam menggambarkan peristiwa kematian Yesus, namun secara harmonis mencatat kronologi peristiwa penyaliban dan kematian Yesus sebagai berikut:[5] Perjamuan makan di malam sebelum Yesus disalibkan (Perjamuan Terakhir) Pengkhianatan salah seorang murid terdekatnya, Yudas Yesus berdoa di taman Getsemani Penangkapan Yesus di taman Getsemani Pengadilan Yesus di hadapan pemuka-pemuka agama Yahudi Penyangkalan sebanyak tiga kali oleh murid terdekatnya, Petrus, bahwa ia mengenal Yesus. Pengadilan Yesus menurut hukum Romawi yang dilakukan oleh Pontius Pilatus Yesus dibawa ke Golgota untuk disalibkan. Di sana Dia mati dan kemudian dikuburkan di dekat sana. Pengadilan terhadap Yesus Sunting Artikel utama: Pengadilan Yesus Kitab-kitab Injil melaporkan ada dua proses pengadilan yang berbeda terhadap Yesus: pengadilan Yahudi dan pengadilan Romawi. Pengadilan Yahudi Sunting Tercatat ada 3 kali pengadilan berdasarkan hukum Yahudi, yaitu di hadapan para pemimpin Yahudi: Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas.[6] Di hadapan Imam Besar Kayafas.[7] Di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin).[8] Menurut hukum Yahudi, Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama[9], karena mengaku sebagai "Anak Allah", berarti menyamakan diri-Nya dengan Allah dan ini merupakan penghujatan yang harus dihukum mati. Di bawah pemerintahan Romawi, pengadilan Yahudi tidak berhak menjatuhkan hukuman mati. Oleh sebab itu, mereka melimpahkan kasus ini kepada pengadilan Romawi, supaya hukuman mati dapat dijalankan. Pengadilan Romawi Sunting Yesus mengalami 3 proses pengadilan menurut hukum Romawi Dilakukan di hadapan gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik. Pilatus tidak menemukan kesalahan.[10] Setelah mendapati bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes Antipas yang memerintah daerah Galilea. Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada Pilatus lagi.[11] Terakhir kali Pilatus mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata[12]) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan.[13] Yesus disiksa Sunting Selama di pengadilan, Yesus telah mengalami siksaan, dipukuli oleh prajurit-prajurit dari pemuka agama, dari raja Herodes dan tentara Romawi. Setelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu daripada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar, disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan menuju ke tempat penyaliban.[14] Jalan Kesengsaraan Sunting Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di luar tembok kota Yerusalem, di bukit yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota.[15] Jalan yang dilalui Yesus menuju ke tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib". Simon orang Kirene Sunting Para serdadu Romawi menggiring Yesus berjalan keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari luar kota bernama Simon. Penulis Injil Markus mengenali orang ini sebagai ayah Aleksander dan Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.[16] Perempuan-perempuan Yerusalem Sunting Sejumlah besar orang mengikuti Dia dalam perjalanan ke Golgota; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?" Hanya Injil Lukas yang mencatat perkataan ini[17] Yesus disalibkan Sunting Yesus digantungkan pada kayu salib dengan dipaku kedua tangan dan kaki-Nya.[18] Ia mulai digantung di salib sejak sekitar pukul 9 pagi.[19] Pada pukul 12 siang sampai pukul 3 sore kegelapan melanda daerah itu.[20] Di antara jam 3 sampai 6 sore, Yesus mati.[21] Dua orang lain yang bersama-sama disalib Sunting Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penjahat (Matius dan Markus secara spesifik menyebut mereka "penyamun"), seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Yesus di tengah-tengah.[22] Penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya seperti orang-orang banyak yang menyaksikan penyaliban itu.[23] Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi kemudian yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."[24] Orang-orang yang menyaksikan Sunting Sebelum digantungkan di atas salib, para serdadu memberi Dia minum anggur bercampur empedu, untuk menghilangkan rasa sakit. Setelah Yesus mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.[25] Sesudah menyalibkan Dia para prajurit membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi.[26] [Catatan: menggenapi nubuat Daud (tahun ~1000 SM) dalam Mazmur 22:19: "Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku."] Lalu para prajurit duduk di situ menjaga Dia.[27] Prajurit dan orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"[28] Imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."[29] Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya.[30] Saat Yesus berteriak "Eli, Eli, lama sabakhtani", sebagian orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." Seorang dari mereka mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."[31] Ada di situ banyak perempuan yang berdiri melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus (muda) (yaitu ibu Yesus sendiri[32]) dan Yoses (atau Yusuf), dan ibu anak-anak Zebedeus,[33] Salome,[34] dan banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.[35] Tulisan di kayu salib Sunting Di atas kepala Yesus terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum. Tulisan itu dibuat dalam 3 bahasa: Latin (bahasa resmi pemerintah Romawi), Yunani (bahasa yang lebih umum dipakai), Ibrani (bahasa setempat)[36]. Para pakar menduga bahwa masing-masing Injil mencatat tulisan dalam bahasa yang mereka kenal baik: Matius mencatat tulisan bahasa Ibrani; Lukas mencatat tulisan Yunani; Yohanes, yang menulis Injil-Nya di kemudian hari, mengingat tulisan bahasa Latin; Markus mencatat kata-kata yang dipakai bersama di ketiga tulisan itu dalam Injilnya. Buktinya adalah bahwa jumlah huruf dan kata-kata akan membuat tulisan-tulisan itu kurang lebih sama panjangnya, jika mengikuti bahasa-bahasa tersebut. Matius mencatat: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."[37]                     bahasa Ibrani: זֶה הוּא יֵשׁוּעַ מֶלֶךְ הַיְּהוּדִים Markus mencatat: "Raja orang Yahudi."[38] Lukas mencatat: "Inilah raja orang Yahudi."[39]      &nbs;                     bahasa Yunani: Ό Βασιλεὺς Τῶν Ἰουδαίων Οὗτος Yohanes mencatat: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."[40] bahasa Latin: IESVS·NAZARENVS·REX·IVDÆORVM (disingkat INRI) Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam 3 bahasa. Imam-imam kepala orang Yahudi menyampaikan keluhan kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."[41] Perkataan Yesus di atas salib Sunting Tercatat Yesus mengatakan 7 kalimat selama disalibkan sampai matinya. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."[42] Kata Yesus kepadanya (salah satu penjahat yang disalib di sampingnya): "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."[43] Ketika Yesus melihat ibu-Nya (Maria) dan murid yang dikasihi-Nya (=Yohanes anak Zebedeus) di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.[44] Pada kira-kira jam 3 siang berserulah Yesus dengan suara nyaring:"Eli, Eli, lama sabakhtani?"[45] atau "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"[46] Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia—supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"[47] Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya [48] Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya[49]:"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."[50] Yesus wafat Sunting Waktu Sunting Kematian Yesus terjadi setelah jam 3 sore dan sebelum jam 6 malam. Pada saat yang sama, domba Paskah disembelih di Bait Suci, yaitu menurut aturan ketat dari hukum Taurat dilaksanakan antara pukul 3 sampai 5 sore, tanggal 14 Nisan.[51] Peristiwa yang menyertai kematian Yesus Sunting Ketika Yesus mati, Injil mencatat terjadinya hal-hal aneh berikut ini: Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah[52] Terjadilah gempa bumi[53] Bukit-bukit batu terbelah[53] Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.[54] Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi[55] Kepala pasukan (yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian[56]) berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."[55] dan juga ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"[57] Datanglah prajurit-prajurit untuk mematahkan kaki orang-orang yang disalib, supaya cepat mati dan mayat-mayat dapat diturunkan. Hal ini atas permintaan orang-orang Yahudi kepada Pilatus, berhubung hari itu hari persiapan sebelum Paskah Yahudi. Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.[58] Sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.[59] Yusuf dari Arimatea meminta mayat Yesus kepada Pontius Pilatus dan setelah dikabulkan segera mengapani mayat-Nya dengan bubuhan rempah-rempah oleh Nikodemus dan menguburkan mayat itu dalam kuburan yang dimiliki oleh Yusuf.[60] Catatan Sejarah Sunting Sejumlah sumber non-Kristen mencatat penyaliban dan kematian Yesus: Mara Bar-Serapion, penulis dari Suriah yang menyebut ada seorang "raja yang bijak" dihukum mati oleh orang Yahudi.[61] Sejarahwan Romawi, Tacitus, dalam tulisannya Annals (~116 M), mencatat "Kristus...menderita hukuman ekstrem pada pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang prokurator kami (=Pontius Pilatus)..."[62] Satiris Yunani, Lucian, menyebut Yesus sebagai "persona terkemuka yang mengajarkan ritual baru dan disalibkan karena hal itu."[63] Sejarawan Yahudi pada abad ke-1, Flavius Yosefus (dalam bagian yang diperdebatkan[64]) mencatat:[65] “ Kira-kira pada waktu itu, Yesus, seorang bijak, kalau boleh menyebutnya "manusia"; karena ia adalah pembuat pekerjaan yang menakjubkan, seorang guru sedemikian yang membuat orang menerima kebenaran dengan sukacita. Ia menarik banyak pengikut, baik orang Yahudi maupun orang asing. Ia adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas usulan orang-orang terkemuka di antara kami, menghukumnya dengan penyaliban, mereka yang menyayanginya pada mulanya tidak meninggalkannya; karena ia menampakkan diri lagi hidup-hidup kepada mereka pada hari ke-3, sebagaimana nabi-nabi kudus telah meramalkannya dan puluhan ribu hal ajaib lain tentang dia. Dan suku Kristen, yang dinamakan menurut dia, tidak punah sampai hari ini ” Suatu referensi Yahudi tentang penyaliban ("digantung" seperti istilah yang dipakai dalam Lukas 23:39; Galatia 3:13) ditemukan dalam Talmud Babylonian:[66] “ Pada petang hari sebelum Pesakh Yeshu digantung. Selama 40 hari sebelum hukuman dijalankan, seorang bentara berjalan ke depan dan berteriak, ‘Orang ini akan segera dihukum lempar batu sampai mati, karena ia melakukan sihir dan membujuk Israel pada kesesatan. Barangsiapa yang dapat membelanya, silakan maju dan mengajukan permohonan untuknya.' Namun, karena tidak ada pembelaan yang diajukan untuknya, ia digantung di sore sebelum petang hari sebelum Pesakh! ” Meskipun ada keraguan bahwa Yeshu ini sama dengan Yesus, banyak sejarawan sependapat bahwa bagian ini tampaknya tentang Yesus.[67] Ada referensi lain yang secara tidak langsung merujuk kepada pengorbanan Yesus Kristus sebagai anak domba Allah untuk menghapus dosa dan mendapat perkenan Allah: Selama 40 tahun terakhir sebelum kehancuran Bait Suci, undi [‘Untuk Tuhan’] tidak muncul di tangan kanan; juga pita yang berwarna kirmizi tidak menjadi putih; pula cahaya di ujung barat tidak bersinar; dan pintu-pintu Hekal terbuka dengan sendirinya, sampai R. Johanan b. Zakkai memarahi mereka, katanya: Hekal, Hekal, mengapa engkau menjadi pembawa berita buruk itu sendiri? Aku tahu tentang engkau bahwa engkau akan dihancurkan, karena Zakharia bin Ido telah bernubuat mengenai engkau: Bukalah pintu-pintumu, hai Libanon, supaya api dapat memakan pohon-pohon arasmu.[68] (Yoma 39b) Bait Suci itu dihancurkan pada tahun 70 M oleh orang Romawi, maka ada yang menafsirkan bahwa penyaliban Yesus, yang menggenapi korban "Untuk Tuhan" terjadi sekitar tahun 30 M.[69] Ada pula yang menulis mengenai peristiwa di seputar kematian Yesus Thallus, seorang sejarawan Romawi, mencatat pada tahun 52 M, bahwa kegelapan meliputi seluruh bumi pada siang hari di waktu sekitar Paskah tahun 32 M. Tokoh Kristen, Sextus Julius Africanus, pada tahun 220 menulis: "Kegelapan ini, Thallus, dalam buku ketiga karyanya "History" menyebutnya, tampaknya menurut saya tanpa alasan, sebagai gerhana matahari."[70] Julius lalu menjelaskan bahwa teori Thallus tidak masuk akal karena gerhana matahari tidak dapat terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang selalu terjadi pada hari Paskah (15 Nisan menurut Kalender Ibrani), yaitu saat kematian Yesus.[71] Makna Sunting Kayu salib tempat di mana Yesus mati merupakan misteri besar.[72]. Misteri kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan dua hal yang penting tentang hubungan Allah dan hubungannya dengan manusia.[72] Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah masalah dosa atau kejahatan.[5] Melalui Yesus, Anak Allah, Allah bermaksud melenyapkan penderitaan yang diakibatkan manusia. Oleh karena itu salib menunjukkan kepada kita bahwa walaupun Allah tidak melenyapkan penderitaan yang diakibatkan dosa manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, Ia ikut mengambil bagian di dalamnya bersama kita.[1] Allah bukanlah hakim yang kejam yang menjatuhkan vonis yang tidak wajar kepada Yesus yang tidak bersalah. Pada kayu salib itu, Allah sebenarnya ikut mengalami akibat yang paling buruk dari keadaan kita yang berdosa. Kedua, salib menunjukkan kepada kita harga pengampunan dari Allah. Bagi kita sendiri, mengampuni orang lain sering menjadi hal yang sulit. Untuk mengampuni manusia, Allah menyerahkan AnakNya tunggal di kayu salib.[1] Polemik seputar Kematian Yesus Sunting Pandangan tertua mengatakan bahwa Yesus sebenarnya sudah menyadari bahwa kematiannya sudah dekat. Ini adalah kehendak Allah yang harus dijalankan. Pandangan seperti ini tersurat di dalam Alkitab. Paulus dalam Surat 1 Korintus menggambarkan kisah ini sebagai sebuah peristiwa yang 'sesuai dengan kitab suci'. Mazmur 22 dan Yesaya 53 juga disebut-sebut sebagai salah satu bukti bahwa peristiwa kematian Yesus adalah peristiwa yang telah ditetapkan, bahkan jauh sebelum Yesus lahir. Di kalangan pakar sejarah mengenai Yesus argumen ini tidak selalu diterima. Albert Schweitzer, salah seorang penggagas gerakan Yesus Seminar, melihat peristiwa kematian Yesus sebagai peristiwa pemberontakan yang gagal.[5] Yesus dituduh sebagai tokoh politik yang akan mengancam keberadaan Romawi dan Palestina, dan karena itu dia dibunuh. Kisah di dalam Injil tidak mereka terima sebagai peristiwa historis. Mereka memahami kisah kematian Yesus, yang tertulis di dalam injil, sebagai liturgi yang dipraktikkan di dalam gereja mula-mula. Tradisi Islam Sunting Artikel utama: Pandangan Islam mengenai kematian Yesus Berlawanan dengan pandangan ilmuwan dan pakar Alkitab, ajaran Islam mengatakan bahwa Yesus tidak disalibkan dan tidak dibunuh dengan cara lain, melainkan langsung diangkat kepada Allah, sesuai kutipan di Al Qur'an berikut ini:[73] “ Mereka(bani israel) berkata, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah ", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” Lihat pula Sunting Minggu Sengsara Perjamuan Terakhir Penangkapan Yesus Pengadilan Yesus Petrus menyangkal Yesus Penguburan Yesus Kebangkitan Yesus Tujuh Perkataan Salib Yesus dan nubuat mesianik Yesus dielu-elukan di Yerusalem Bagian Alkitab yang berkaitan: Matius 27, Markus 15, Lukas 23, Yohanes 18, Yohanes 19 Penyaliban dan kematian Yesus Kehidupan Yesus Didahului oleh: Minggu Sengsara: Pengadilan Yesus Peristiwa dalam Perjanjian Baru Diteruskan oleh: Penguburan Yesus Referensi Sunting ^ a b c John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.87-88. ^ Lukas 19:10 ^ Yesaya 53:3-10 ^ Matius 26:2 ^ a b c (Indonesia)T.Jacobs S.Y. 1981. Memahami Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.98-99. ^ Yohanes 18:13-24 ^ Matius 26:53-66; Markus 14:57-64 ^ Lukas 22:66-71 ^ Yohanes 18:12-14 ^ Lukas 23:1-7 ^ Lukas 23:8-12 ^ Yohanes 19:13 ^ Lukas 23:13-25 ^ Matius 27:27-31; Markus 15:16-20; Yohanes 19:17 ^ Matius 27:33; Markus 15:22; Lukas 23:33; Yohanes 19:17 ^ Matius 26:2; Markus 15:21; Lukas 23:26 ^ Lukas 23:27-31 ^ Yohanes 20:25 ^ Markus 15:25 ^ Matius 27:45; Markus 15:33; Lukas 23:44 ^ Matius 27:50; Markus 15:37; Lukas 23:46; Yohanes 19:30 ^ Matius 27:38; Markus 15:27; Lukas 23:32-33; Yohanes 19:18 ^ Matius 27:44; Markus 15:32; Lukas 23:32-33 ^ Lukas 23:39-43 ^ Matius 27:34; Markus 15:23 ^ Matius 27:35; Markus 15:24; Lukas 23:34; Yohanes 19:23-24 ^ Matius 27:36 ^ Matius 27:39-40; Markus 15:29-30 ^ Matius 27:41-43; Markus 15:31-32; Lukas 23:35 ^ Lukas 23:35 ^ Matius 27:47-49; Markus 15:35-36 ^ Yohanes 19:26 ^ Matius 27:55-56; Lukas 23:49 ^ Markus 15:40 ^ Markus 15:41-42 ^ Yohanes 19:20; Lukas 23:38 versi King James ^ Matius 27:37 ^ Markus 15:26 ^ Lukas 23:28 ^ Yohanes 19:19 ^ Yohanes 19:20-22 ^ Lukas 23:34 ^ Lukas 23:43 ^ Yohanes 19:26-27 ^ Matius 27:46 ^ Markus 15:34 ^ Yohanes 19:28 ^ Yohanes 19:30 ^ Matius 27:50; Markus 15:37 ^ Lukas 23:46 ^ Reicke, B., The New Testament Era. Translated from the German by D. E. Green. Black: London (1968). ^ Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45 ^ a b Matius 27:51 ^ Matius 27:52-53 ^ a b Matius 27:54 ^ Markus 15:39 ^ Lukas 23:47 ^ Yohanes 19:31-34 ^ Lukas 23:48 ^ Lihat Penguburan Yesus ^ Bruce, F.F. (1981). The New Testament Documents: Are They Reliable?. Eerdmans Publishing Co. ISBN 0802822193. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-24. ^ Tacitus. "Annals, XXV.44". ^ Lucian. H. W. Fowler, ed. The Death of Peregrine, 11-13. Oxford: The Clarendon Press. ^ Louis Feldman counts 87 articles published during the period of 1937-1980, "the overwhelming majority of which question its authenticity in whole or in part". Feldman, Louis H (1989). Josephus, the Bible, and History. Leiden: E.J. Brill. hlm. 430. ISBN 9004089314. ^ Josephus, Antiquities of the Jews - XVIII, 3:8-10 ^ Sanhedrin 43a Babylonian Talmud (Soncino Edition) ^ Goldstein, Morris (1950). Jesus in the Jewish Tradition. New York: Macmillan Co. ^ Zakharia 11:1 ^ Golgotha Rediscovered. The place where Jesus was crucified ^ Julius Africanus. Ante Nicene Fathers. 200. ^ Jeffrey, Grant R. The Handwriting of God. Sacred Mysteries of the Bible. 1997. Inspirational Press. New York. ^ a b (Indonesia)Norman Geisler. 2006. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Yogyakarta. ANDI. Hlm.142. ^ Al Quran Surah An Nisaa' (4):157-158 Terakhir disunting 9 bulan yang lalu oleh Rachmat04 HALAMAN TERKAIT Pengadilan Yesus Pengadilan Yesus Kristus Minggu Sengsara Kesengsaraan Yesus Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan lain. PrivasiTampilan PC

Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir

Buka menu utama Cari

Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir

Baca dalam bahasa lain Pantau halaman ini Sunting Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir adalah suatu peristiwa mujizat yang diperbuat oleh Yesus Kristus yang dicatat dalam Injil Yohanes pada bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Peristiwa ini secara khusus dicatat dalam pasal 9 Injil Yohanes, dan tidak disebutkan dalam Injil Sinoptik lainnya, yang sudah memuat sejumlah mujizat pencelikan mata orang buta di waktu-waktu dan tempat-tempat yang berbeda.[1] Tempat Sunting Lokasi terjadinya peristiwa ini adalah di Yerusalem pada waktu Yesus Kristus meninggalkan Bait Allah dan melewati jalan-jalan di Yerusalem.[2] Waktu Sunting Peristiwa penyembuhan ini terjadi pada masa hari-hari raya Pondok Daun (yang berlangsung seminggu lebih, pada kalender Ibrani selalu jatuh pada bulan ke-7 atau Tisyri; biasanya sekitar bulan September-Oktober) kurang lebih 6 bulan sebelum masa sengsara Yesus, yaitu penyaliban-Nya pada hari menjelang Paskah Yahudi.[3] Catatan peristiwa Sunting Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia." Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.[4] Dampak pada orang di sekitarnya Sunting Tetangga-tetangga orang buta yang baru dicelikkan dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?" Ada yang berkata: "Benar, dialah ini." Ada pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan dia." Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah itu." Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?" Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat." Lalu mereka berkata kepadanya: "Di manakah Dia?" Jawabnya: "Aku tidak tahu."[5] Kontroversi hari Sabat Sunting Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat." Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi."[6] Kontroversi hari Sabat ini sebelumnya terjadi pada peristiwa Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda.[7] Kesaksian orang tua Sunting Orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya orang itu buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?" Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri." Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."[8] Pemanggilan oleh orang Farisi Sunting Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa." Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?" Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang." Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.[9] Pertemuan kedua kali dengan Yesus Sunting Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."[10] Percakapan dengan orang Farisi Sunting Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."[11] Tradisi Kristen Sunting Menurut tradisi Kristen, orang buta yang dicelikkan itu bernama Celidonius. "Terang Dunia" Sunting Dalam peristiwa mujizat ini, Yesus Kristus mengaplikasikan gelar "Terang Dunia" kepada diri-Nya sendiri, yaitu dalam Yohanes 9:5, kata-Nya:[12] Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."[13] Kejadian ini mengarah kepada pernyataan pada Yohanes 9:39 di mana Yesus menjelaskan bahwa Ia "datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat."[12] Lihat pula Sunting Mujizat Yesus Siloam Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda Bagian Alkitab yang berkaitan: Yohanes 5, Yohanes 9 Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir Kehidupan Yesus Pelayanan Didahului oleh: Yesus sudah ada sebelum Abraham Injil Yohanes pasal 9 Diteruskan oleh: Gembala yang baik Referensi Sunting ^ Matius 9:27-31 dua orang buta; Markus 8:22-26 di Betsaida; Lukas 18:35-43 dekat Yerikho. ^ Yohanes 8:59 ^ Yohanes 7:2 ^ Yohanes 9:1-7 ^ Yohanes 9:8-12 ^ Yohanes 9:13-17 ^ Yohanes 5:1-9 ^ Yohanes 9:18-23 ^ Yohanes 9:24-34 ^ Yohanes 9:35-39 ^ Yohanes 9:40-41 ^ a b New Testament christology by Frank J. Matera 1999 ISBN 0-664-25694-5 page 235 ^ Yohanes 9:5 Terakhir disunting 10 bulan yang lalu oleh JohnThorne HALAMAN TERKAIT Kolam Siloam Yohanes 9 Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan lain. PrivasiTampilan PC

Pintu Gerbang Domba

Buka menu utama Cari Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda Baca dalam bahasa lain Pantau halaman ini Sunting Kristus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda, karya Palma il Giovane, 1592. Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda adalah suatu peristiwa mujizat yang diperbuat oleh Yesus Kristus di kota Yerusalem, yang dicatat dalam Injil Yohanes pada bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Peristiwa ini secara khusus dicatat dalam pasal 5 Injil Yohanes, dan tidak disebutkan dalam Injil Sinoptik lainnya, yang sudah memuat mujizat penyembuhan orang lumpuh di waktu dan tempat yang berbeda, yaitu di kota Kapernaum.[1] Tempat Sunting Kolam Betesda di Yerusalem pada zaman Bait Suci Kedua - sebuah model di Museum Israel. Gerbang di sebelah kiri atas foto ini adalah "Pintu Gerbang Domba". Lokasi terjadinya peristiwa ini adalah di kota Yerusalem pada sebuah kolam yang disebut Betesda, dekat Pintu Gerbang Domba.[2][3] Waktu Sunting Peristiwa penyembuhan ini terjadi pada masa suatu hari raya Yahudi,[4] pada suatu hari Sabat.[5] Latar belakang Sunting Pada abad pertama Masehi di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.[2][6] Catatan peristiwa Sunting Waktu Yesus berada di Yerusalem dalam rangka suatu hari raya Yahudi, Ia pergi ke kolam Betesda. Di situ ada seorang yang sudah 38 tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.[7] Kontroversi hari Sabat Sunting Peristiwa penyembuhan orang lumpuh di Betesda ini terjadi pada hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.[8] Kesaksian Yesus Sunting Mukjizat ini berlanjut dengan "Kesaksian Yesus tentang diri-Nya", dengan menyebut empat saksi dan yang ditutup dengan kata-kata: "Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"[9] Kaitan dengan mukjizat lain Sunting Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir di Yerusalem beberapa waktu kemudian juga pada hari Sabat dan menyebabkan diskusi panjang dengan orang Farisi mengenai "Terang Dunia".[10] Pintu Gerbang Domba Sunting Artikel utama: Pintu Gerbang Domba Pintu Gerbang Singa pada zaman modern. Dibangun pada tahun 1538-1539 pada lokasi kuno Pintu Gerbang Domba. Salah satu pintu gerbang kuno di tembok pertahanan Yerusalem bagian timur laut, sebelah utara Bait Allah.[3] Disebut "pintu gerbang domba" karena melalui pintu gerbang inilah domba-domba untuk korban penebus dosa digiring menuju ke Bait Allah.[3] Pada zaman Nehemia, pembangunan kembali tembok pertahanan Yerusalem dimulai dari gerbang ini, yang merupakan satu-satunya pintu gerbang yang ditahbiskan, dan berakhir di pintu gerbang ini pula:[11] Maka bersiaplah imam besar Elyasib dan para imam, saudara-saudaranya, lalu membangun kembali pintu gerbang Domba. Mereka mentahbiskannya dan memasang pintu-pintunya. Mereka mentahbiskannya sampai menara Mea, menara Hananeel.[12] Lalu antara kamar atas di penjuru dan pintu gerbang Domba para tukang emas dan para pedagang mengadakan perbaikan.[13] Detail ukiran Pintu Gerbang Singa, sebenarnya lebih mirip dengan macan tutul (leopard)[14] Sekarang dikenal sebagai "Pintu Gerbang Santo Stefanus" ("St. Stephen's Gate"), karena di dekat sini Stefanus mati syahid dirajam batu,[15] atau "Pintu Gerbang Singa" ("Lions Gate"; 31°46′51″N 35°14′13″E / 31.78083°N 35.23694°E), karena menurut alkisah, Sultan Suleiman, seorang pemimpin Muslim yang berhasil merebut Yerusalem, membangun gerbang ini pada tahun 1538-1539 (ada sumber yang menyebut tahun 1517) dengan gambar-gambar singa (atau sebenarnya macan tutul) menghiasinya, untuk menjaga kota Yerusalem, setelah bermimpi (atau menurut sumber lain, ayahnya, Sultan Selim I, bermimpi) sejumlah singa menyerangnya karena tadinya ia bermaksud menghancurkan kota itu.[3][16] Dalam bahasa setempat, nama gerbang ini adalah "Sha'ar HaArayot" (bahasa Ibrani: שער האריות) atau "Bab al-Asbatt" (bahasa Arab: باب الأسباط‎) /"Bab Sittna Maryam". Nama lainnya dalam bahasa Inggris: "Gate of Yehoshafat, Gate of the Tribes". Lihat pula Sunting Mujizat Yesus Betesda Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir Bagian Alkitab yang berkaitan: Nehemia 3, Yohanes 5, Yohanes 9 Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda Kehidupan Yesus Pelayanan Didahului oleh: Yesus menyembuhkan anak seorang pegawai istana Injil Yohanes pasal 5 Diteruskan oleh: Kesaksian Yesus tentang diri-Nya Referensi Sunting ^ Matius 9:1-8; Markus 2:1-12; Lukas 5:17-26. ^ a b Yohanes 5:2 ^ a b c d Gates of Jerusalem ^ Yohanes 5:1 ^ Yohanes 5:9 ^ Yohanes 5:3-4 ^ Yohanes 5:5-9 ^ Yohanes 5:10-18 ^ Yohanes 5:46-47 ^ Yohanes 9:1-34 ^ Study on Nehemiah 3 - "The meaning of the ten gates of Jerusalem." (Studi mengenai Nehemia 3: Makna 10 pintu gerbang Yerusalem) ^ Nehemia 3:1 ^ Nehemia 3:32 ^ Jerusalem municipality website ^ Kisah Para Rasul 7: Kisah Para Rasul 7:58 ^ Jerome Murphy-O'Connor, The Holy Land: an Oxford archaeological guide from earliest times to 1700, 2008, p. 21, ISBN 978-0-19-923666-4 Terakhir disunting 10 bulan yang lalu oleh JohnThorne HALAMAN TERKAIT Yohanes 5 Betesda Gerbang Domba Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan lain. PrivasiTampilan PC

Hebrew Personal Pronouns

unfoldingWord Hebrew Grammar latest Search docs unfoldingWord Hebrew Grammar Adjective Adjective Cardinal Number Adjective Gentilic Adjective Ordinal Number Adverb Conjunction Definiteness Gender Both Gender Common Gender Feminine Gender Masculine Infinitive Absolute Infinitive Construct Noun Noun Common Noun Gentilic Noun Proper Name Number Dual Number Plural Number Singular Participle Active Participle Passive Particle Particle Affirmation Particle Definite Article Particle Demonstrative Particle Direct Object Marker Particle Exhortation Particle Interjection Particle Interrogative Particle Negative Particle Relative Person First Person Second Person Third Preposition Preposition Definite Article Pronoun Pronoun Demonstrative Pronoun Indefinite Pronoun Interrogative Pronoun Personal Summary Article Form Function Pronoun Relative State Absolute State Construct Stem Formation Stem Hiphil Stem Hishtaphel Stem Hithpael Stem Hithpalpel Stem Hithpoel Stem Hithpolel Stem Hophal Stem Hothpaal Stem Niphal Stem Nithpael Stem Palel Stem Pealal Stem Piel Stem Pilel Stem Pilpel Stem Poal Stem Poel Stem Polal Stem Polel Stem Polpal Stem Pual Stem Pulal Stem Qal Stem Qal Passive Stem Tiphil Suffix Suffix Directional He Suffix Paragogic He Suffix Paragogic Nun Suffix Pronominal Verb Verb Cohortative Verb Imperative Verb Imperfect Verb Jussive Verb Perfect Verb Sequential Imperfect Verb Sequential Perfect Word Order Bibliography Private repos and priority support Try Read the Docs for Business Today! Sponsored · Ads served ethically unfoldingWord Hebrew Grammar Docs » Pronoun Personal Pronoun Personal Summary In Biblical Hebrew, a personal pronoun is a word that indirectly refers to a particular person(s) or thing(s). In English, the following words are personal pronouns: “I”, “we”, “you”, “he”, “she”, “they”, “them”. Article In Biblical Hebrew, personal pronouns change form according to gender (masculine, number (feminine, and person (first, second, or third. Grammatically they are very similar to pronominal suffixes, but they stand alone rather than attaching to other kinds of words; also, they are more limited in their function. Form Paradigm Personal Pronoun Paradigm Parsing Hebrew Transliteration Gloss common singular first person אֲנִי / אָנֹכִי ‘ani / ‘anokhi I masculine singular second person אַתָּה ‘attah you feminine singular second person אַתְּ ‘at you masculine singular third person הוּא hu he / it feminine singular third person הִיא / הִוא hi / hiw she / it common plural first person אֲנַחְנוּ ‘anahnu we masculine plural second person אַתֶּם ‘attem you feminine plural second person אַתֵּנָה ‘attenah you masculine plural third person הֵם / הֵמָּה hem / hemmah they feminine plural third person הֵן / הֵנָּה hen / hennah they Function As a general noun Example: ISA 41:10 אַל־תִּירָא֙ כִּ֣י עִמְּךָ־אָ֔נִי אַל־תִּשְׁתָּ֖ע כִּֽי־אֲנִ֣י אֱלֹהֶ֑יךָ ‘al-tira’ ki ‘immekha-‘ani ‘al-tishta’ ki-‘ani ‘eloheykha Not_fear for with-you_I not_be-anxious for_I your-God Do not fear, for I am with you. Do not be anxious, for I am your God. Example: EXO 6:2 אֲנִ֥י יְהוָֽה ‘ani yehwah I Yahweh I am Yahweh. Example: JER 12:1 צַדִּ֤יק אַתָּה֙ tsaddiq ‘attah righteous you you are righteous As subject of a finite verb Sometimes an independent personal pronoun appears as the subject of a finite verb even though the pronominal subject is already indicated by the verb form iteself. In these cases, the personal pronoun functions to emphasize the personal role of the subject in performing the verbal action. When used in this way, the personal pronoun is often translated reflexively in English: “myself”, “yourself”, etc. Example: 1KI 18:22 אֲנִ֞י נֹותַ֧רְתִּי נָבִ֛יא לַיהוָ֖ה ‘ani nowtharti navi layhwah I I-am-left prophet for-Yahweh I, I alone, am left as a prophet of Yahweh As subject of a verbal participle Example: DEU 8:1 אָנֹכִ֧י מְצַוְּךָ֛ ‘anokhi metsawwekha I am-commanding-you I am giving you In apposition with a noun or pronominal suffix Sometimes a personal pronoun simply repeats a noun or pronominal suffix that has appeared earlier in the sentence. The specific function of the repeated pronoun must be discerned from the context in these cases, but often the repetition expresses some kind of emphasis on the identified person(s) or thing(s) within the sentence. Example: GEN 27:34 בָּרֲכֵ֥נִי גַם־אָ֖נִי אָבִֽי barakheni gam-‘ani ‘avi Bless-me also_me my-father Bless me, me also, my father Example: EZR 7:6 ה֤וּא עֶזְרָא֙ עָלָ֣ה מִבָּבֶ֔ל hu ‘ezra’ ‘alah mibbavel He Ezra came-up from-Babylon Ezra came up from Babylon Example: GEN 36:1 עֵשָׂ֖ו ה֥וּא אֱדֽוֹם ‘esaw hu ‘edom Esau he Edom Esau (also called Edom) Next Previous © Copyright 2018, unfoldingWord, CC BY-SA 4.0 Revision 26586f76. Built with Sphinx using a theme provided by Read the Docs.