Sunday, November 4, 2018

Perjanjian Baru Apokrifa

Daftar Isi: BROWNING: APOKRIFA PERJANJIAN BARU , PERJANJIAN BARU APOKRIF ; ENSIKLOPEDIA: APOKRIFA, PB ; Perjanjian Baru Apokrif Ke atas APOKRIFA PERJANJIAN BARU [Kamus Browning] Tulisan-tulisan Kristen perdana dan untuk sebagian sejajar dengan tulisan kanonik PB, tetapi tidak diterima sah oleh Gereja. Beberapa tersimpan lengkap; beberapa hanya berupa fragmen-fragmen, dan yang lain hanya diketahui namanya. Apokrifa golongan Injil memberi informasi mengenai Yesus yang disambut oleh generasi kemudian dalam keinginan mengetahuinya, terutama yang mengenai masa kanak-kanak Yesus, atau pengajaran-Nya yang mempunyai warna --> Gnostik, yang katanya disampaikan setelah --> kebangkitan Yesus. Banyak dari tulisan itu dimaksudkan untuk membangun, tetapi sebagian terasa kurang enak bagi pembaca modern.Untuk mendapatkan kepercayaan, beberapa tulisan --> apokrif itu diberi nama tokoh pengarang dalam sejarah, seperti --> Tomas -- suatu kecenderungan yang sudah tampak pada tulisan-tulisan dari antara yang kanonik PB, misalnya Surat 2 Petrus yang sudah jelas bukan berasal dari Rasul Petrus. Ada juga sebuah Injil dari --> Nikodemus, yang memuat akta dari --> Pilatus; bagian ini menandai langkah lebih lanjut pada perjalanan naskah-naskah ini, yang sudah mulai tampak dalam keempat Injil PB, yaitu berkurangnya tanggung jawab Pilatus dalam --> kematian Yesus. Keperawanan --> Maria yang terus berkembang, muncul pertama kali sebagai doktrin pada abad kedua M. Protoevanggelium Yakobus (juga dikenal sebagai buku Yakobus) adalah *cerita masa kanak-kanak Yesus.Tulisan-tulisan apokrif ini sebenarnya tidak ditolak oleh Gereja, hanya tidak pernah diterima secara universal. Pemimpin-pemimpin Gereja seperti *Irenaeus !!(+/- 190 M!!) mencurigai tulisan-tulisan itu sebagai tulisan bidat. Irenaeus pula yang pertama-tama menggunakan sebutan 'apokrif', atau rahasia untuk tulisan-tulisan itu. Pembaca modern akan merasakan beberapa cerita dari tulisan-tulisan ini sebagai aneh dan ganjil untuk dianggap historis -- seperti, ketika dalam cerita masa kanak-kanak Yesus dalam Injil Tomas diceritakan bagaimana Yesus pada usia 6 tahun memecahkan kendi dan secara mukjizat menjadikannya utuh kembali.Dari tulisan-tulisan itu dapat dikatakan bahwa ada beberapa ucapan Yesus yang terdengar benar. Dan pasti tulisan-tulisan itu memberi gambaran kepada kita tentang kesalehan umum dari abad-abad Kristen perdana. Banyak perkataan lain yang kata orang adalah ucapan Yesus muncul dalam tulisan-tulisan Kristen perdana, dan malahan juga dalam tulisan Yahudi tertentu dan tulisan Islam. Ke atas PERJANJIAN BARU APOKRIF [Kamus Browning] Tulisan-tulisan Kristen yang tidak termasuk dalam kanon otoritatif PB, yang mengklaim sebagai kenangan kehidupan pemuda Yesus serta kuasa-Nya yang ajaib, atau sebagai pelengkap Kisah Para Rasul mengenai kehidupan para rasul yang telah tiada lagi. Ada pula beberapa surat dan apokalypsis. Meskipun berasal dari abad ke-2 hingga ke-9, dalam bahasa Yunani, Latin, Siria dan bahasa-bahasa lainnya, karya-karya ini hanya sedikit memberi informasi yang dapat dipercaya mengenai asal-usul agama Kristen. Memang, karya-karya tersebut memberi andil bagi pemahaman kita mengenai pemikiran Kristen dan kehidupan kesalehan pada abad-abad itu. Penemuan di --> Nag Hammadi telah menyingkap dokumen-dokumen apokrif yang sebelumnya tidak dikenal. Beberapa di antaranya mengaku meneruskan pengajaran Kristus kepada *murid-murid-Nya, di antara kebangkitan dan *kenaikan-Nya ke --> surga (periode ini diperpanjang dari 40 hari menjadi 550 hari). Ke atas APOKRIFA, PB [Ensiklopedia] Lebih sukar menentukan luasnya Apokrifa PB daripada Apokrifa PL. Istilah Apokrifa PB di sini dibatasi pada tulisan di luar kanon yg dihubungkan dengan Kristus atau para rasul, atau dimaksudkan sebagai keterangan mengenai Kristus atau para rasul. Yg tidak dimasukkan dalam Apokrifa PB, ialah karangan yg ditulis tanpa makna di atas, biarpun karangan itu untuk sementara seakan-akan menduduki status kanonis dalam beberapa gereja; atau karangan Kristen yg dihubungkan dengan tokoh-tokoh PL (atau karangan seperti itu yg diubah menjadi karangan Kristen); dan penyisipan atau penanganan kembali dan naskah-naskah PB dengan bahan asing ( --> NASKAH DAN TERJEMAHAN, bagian PB; *BAPAK-BAPAK GEREJA, SASTRA dan *PSEUDEPIGRAFIK). Cukup banyak bahan bacaan yg tersedia sampai sekarang. Sebagian dalam bh Yunani dan Latin, tapi lebih banyak lagi dalam bh Koptik, Etiopia, Siria, Arab, Slavia, bahkan dalam bh Anglo-Sakson dan bh-bh Eropa-Barat pada zaman yg sama. Beberapa tulisan yg sangat berpengaruh hampir sudah hilang semua, dan banyak dari yg paling penting tidak lagi lengkap. Tapi masih terus ditemukan naskah-naskah lama yg penting sekali bagi Sejarah Kristen Purba. Namun demikian berkali-kali ditemukan dalam naskah-naskah itu persoalan sastra yg rumit, sebab banyak dari karangan apokrifa itu sering merupakan cerita ulangan yg disertai sisipan dan jiplakan. I. Bentuk-bentuk Sebagian besar kesusastraan apokrifa dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk sastra PB: Injil, Kis, Surat Kiriman dan Apokaliptik. Tapi kesamaan bentuk ini sering disertai oleh perbedaan yg sangat besar dalam isinya. Hal ini terutama nampak nyata dalam Injil-injil Apokrifa seperti Injil Masa Pertumbuhan, Injil Penderitaan, dokumen-dokumen ucapan dan renungan-renungan teologis. Apabila kita tidak memasukkan Injil-injil Purba yg tidak lengkap dan yg bagaimanapun juga kurang kita ketahui, maka sukar sekali memperoleh naskah-naskah seperti Injil-injil Kanonis, yg benar-benar menaruh perhatian atas kata-kata dan karya Tuhan Yesus dalam penjelmaan-Nya. Kisah-kisah merupakan golongan besar dan mungkin paling terkenal, pastilah karena banyak cerita di dalamnya mempunyai daya tarik yg luas dan kuat, serta tidak terikat pada satu aliran. Bentuk Surat Kiriman tidak umum: walaupun hampir semua tulisan dalam PB yg kadang-kadang disebut pseudoepigrafik, adalah dalam bentuk Surat Kiriman. Mengenai Apokaliptik-apokaliptik, orang Yahudi sudah biasa menghubungkan sastra ini dengan seorang yg termasyhur pada masa lampau. Ada golongan susastra lain yg berkembang dengan mengambil alih beberapa ciri dari kesusastraan apokrifa: yaitu Aturan-aturan Gereja Siria dan Mesir. Kumpulan-kumpulan kanon mengenai Siasat Hukum Gereja dan Liturgi (Apostolic Constitutions adalah yg paling terkenal), menegaskan bahwa di dalamnya dilukiskan kebiasaan rasuli, yg kemudian dianggap sebagai tulisan para rasul sendiri. Yg paling berani lagi ialah Testament of Our Lord, menamakan dirinya sebagai uraian Kristus setelah bangkit. Mungkin kebiasaan itu timbul karena keberhasilannya dalam Didascalia pada abad 3, bersama-sama dengan kesalahpahaman bahwa 'Apostolic Tradition oleh Hippolytus adalah tulisan para rasul sendiri. Apokrifa PB merampas banyak sekali dari Didascalia dan Apostolic Tradition itu. Ada juga cerita Klemen yg populer, yg menguatkan kebiasaan tersebut (bnd Studia Patristica, red K Aland dan F. L Cross, 2, 1957, hlm 83 dst). II. Motivasi-motivasi Penciptaan kesusastraan apokrifa telah dimulai pada zaman rasuli: Paulus nampaknya harus membubuhkan tanda tangannya karena adanya pemalsuan surat-surat yg beredar (bnd 2 Tes 3:17). Pada abad 2 kesusastraan apokrifa berkembang pesat, khususnya di Mesir dan Siria. Hal ini berlangsung sampai Abad Pertengahan (waktu mana legenda-legenda paling kuno tetap disukai), dan adakalanya, karena sentimen, parti pris atau keanehan belaka, sampai pada zaman sekarang ini. Berbagai alasan di belakangnya terkait dengan seluruh arus sejarah Kristen dan sub-Kristen, tapi beberapa alasan yg berlaku pada permulaan, khusus penting sekali. a. Roman dan dorongan kesusastraan Hal ini nampak dalam berbagai bentuk. Ada terkandung hasrat untuk memuaskan rasa ingin tahu atas hal-hal yg tidak disinggung dalam PB. Banyak beredar Injil Masa Kecil yg tidak berharga, yg meliputi tahun-tahun sunyi mulai dari kelahiran Yesus di Betlehem sampai baptisan-Nya. Sementara dara Maria makin menonjol dalam teologi dan ibadah, muncullah karangan pseudo-rasuli yg menggambarkan kelahiran, hidup dan penerimaannya di sorga. Seorang pembaca Kol 4:16 merasa perlu melengkapinya dengan surat kepada Laodikia yg rupanya telah hilang. Nampaknya, terutama dalam kisah-kisah yg merupakan roman dan beberapa dari Injil -- keanehan, kebohongan, tapi dibumbui mujizat dan anekdot, dan banyak di antaranya kendati dengan kesalahan-kesalahan, mempunyai pengaruh tertentu. Lebih baik memaklumi terbitan ini sebagai buku bacaan populer Kristen. Dan bila mempelajarinya dalam terang ini, maka buku-buku purba ini nampak mengungkapkan beberapa masalah yg menyita perhatian jemaat abad 2 dan 3, yakni tentang hubungan dengan pemerintah, sengketa dengan orang Yahudi, debat tentang menikah dan melajang; dan, perdebatan sengit antara pihak-pihak yg ngotot mengenai mujizat-mujizat, memperlihatkan bahwa zaman mujizat sudah lewat. Buku-buku itu gamblang kasar, tapi para penulisnya mengenal masyarakat pembacanya. Untuk banyak orang, buku-buku tsb menggantikan kesusastraan kafir erotis populer, dan dalam banyak hal, dikarang dengan tujuan menolong pembaca. Para pengarang tanpa ragu berupaya keras memasukkan ke dalam karangan mereka -- sesuatu -- yang membedakan motivasi mereka dari pengarang abad 20 yg menghasilkan The Robe atau The Big Fisherman. Tidak perlu mempersoalkan kesungguhan penatua Asia, yg dipecat karena menerbitkan Acts of Paul, yg mengatakan bahwa perbuatannya itu 'didorong oleh kasih pada Paulus', padahal Paulus bagi dia sedemikian jauh, seperti Nommensen atau Sundar Singh bagi kita. Hal ini membantu menerangkan, bagaimana cerita-cerita dan buku-buku yg berasal dari kalangan bidat bisa beredar dan tersebar luas di kalangan ortodoks. Para guru bidat mula-mula berhasil menggunakan bentuk susastra ini, dan demikian suksesnya sehingga diteruskan oleh orang banyak dengan menghilangkan bagian-bagian yg tidak sesuai, meniru bentuk-bentuk yg dirancang sebagai sarana propaganda mereka. b. Penanaman asas-asas, yg menurut penulis tidak jelas diuraikan dalam Kitab-kitab PB Adalah wajar, bahkan dalam suatu karangan seperti yg dikerjakan karena 'kasih pada Paulus', setiap ketidakseimbangan atau penyimpangan ajaran penulis dapat merambak ke dalam karangannya. Memang salah satu tujuannya adalah untuk menanamkan ajaran yg menyimpang itu. Penatua Asia itu misalnya, dirasuki gagasan keperawanan yg membuat karangannya -- yg bila tanpa itu -- sedikit banyaknya akan ortodoks, bersifat jauh berbeda dari semangat injili. Tapi ada banyak karangan yg tujuannya sangat terikat pada satu sekte: menyebarluaskan suatu ajaran guna melengkapi atau menggantikan doktrin dalam kitab-kitab Kanonis. Karangan jenis ini kebanyakan adalah hasil dari dua gerakan besar reaksioner abad 2, yakni *Gnostisisme dan Montanisme. 'Buku-buku Suci' Montanis yg timbul hampir secara kebetulan saja, dan tidak tepat dengan apokrifa sesuai pengertian kita, sebab kendati buku-buku itu menuntut memelihara kesaksian yg hidup dari Rob Kudus, buku-buku itu tidak ditulis dengan nama samaran. Sebenarnya buku-buku itu sudah hilang (tapi bnd bahan yg dikumpulkan oleh R. M Grant dlm Second Century Christianity, hlm 95 dst). Pada pihak lain, tulisan-tulisan Gnostik dalam berbagai corak telah diselamatkan dalam jumlah besar. Karangan-karangan seperti Gospel of Truth, adalah renungan dengan istilah-istilah Gnostik yg memakai bahasa Kitab Suci (kanonis), kurang umum dibandingkan dengan karangan-karangan yg memilih, membatasi, dan menafsirkan Kitab Suci menurut ajaran suatu aliran saja (bnd Gospel of Thomas), atau yg dengan terang-terangan mengatakan berisi doktrin rahasia, yg tidak ada dalam buku lain (bnd Apocryphon of John), atau karangan-karangan yg menghubungkan Tuhan atau para rasul dengan ajaran Gnostik yg biasa. Dan untuk semua tujuan ini, bentuk apokrifa itu menjadi biasa. Penyebabnya tidak sulit dicari. Dalam zaman sub-apostolik dan sesudahnya, oleh pesatnya perkembangan gereja, meningkatnya bahaya penganiayaan dan menjamurnya ajaran sesat, maka apostolisitas menjadi norma dari kepercayaan dan kelakuan sehari-hari Kristen. Dengan menyusutnya jumlah orang yg masih hidup yg menyaksikan para rasul, dan karena ingatan yg hidup akan rasul-rasul makin melemah, maka apostolisitas makin dipusatkan pada Kitab-kitab PB. Ada kebulatan suara dalam gereja tentang kebanyakan Kitab-kitab tersebut. Akibatnya ialah, justru bila suatu ajaran baru hendak disebarkan, lebih dulu harus dibuktikan apostolisitasnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengusut tradisi rahasia dari seorang rasul, atau dari Tuhan melalui seorang rasul, baik sebagai pelengkap atas tradisi umum Injil-injil itu ataupun sebagai perbaikan. Rasul yg diistimewakan berlainan: banyak sekte memihak kepada ajaran Yahudi; Yakobus Yg Adil, dan yg mengherankan lagi, Salome, sering menjadi sumber tradisi; Tomas, Filipus, Bartolomeus dan Matias juga muncul terus-menerus. Dalam Gospel of Thomas, misalnya, Tomas-lah yg memperlihatkan pengertian yg sepenuhnya atas pribadi Yesus (Matius dan Petrus -- mungkin para rasul di belakang kedua Injil pertama untuk gereja -- tampil sebagai kurang menonjol). Lebih aneh lagi, Pistis Sophia menggambarkan semacam rapat para rasul dan kaum wanita dengan Yesus, tapi menyatakan bahwa Filipus, Tomas dan Matias yg ditugaskan menulis rahasia-rahasia itu (Pistis Sophia, hlm 42, Schmidt). Unsur-unsur lokal mungkin berpengaruh dalam menentukan rasul pilihan -- semua nama yg disebut itu berhubungan dengan Siria dan daerah timur, yg termasuk daerah tersubur untuk kesusastraan macam ini. Dan spekulasi tentang Tomas sebagai saudara kembar Tuhan Yesus memberikan daya tarik tambahan. Proses ini mendampakkan penekanan baru pada kurun waktu sesudah kebangkitan, di mana uraian-uraian Tuhan Yesus biasanya dimuat. Hal ini penting diperhatikan, sebab sedikit sekali yg dikatakan tentang waktu itu dalam Injil-injil Kanonis, dan itu adalah gejala Gnostisisme untuk tak henti-hentinya kurang menghargai kemanusiaan Tuhan Yesus dalam penjelmaan-Nya. Perlu diperhatikan, bahwa sekte-sekte sinkretistis yg menerima beberapa unsur Kristiani dapat menerima wahyu-wahyu bila mereka mau, tapi Gnostisisme Kristen harus memperlihatkan bahwa pengetahuannya itu berasal dari sumber 'rasuli'. c. Pemeliharaan tradisi Pada permulaan tak terelakkan, bahwa ucapan-ucapan Yesus terus beredar diluar Injil-injil Kanonis. Dalam proses demikian mungkin beberapa ucapan itu diubah sehingga tidak dikenali lagi, bahkan yg lain dengan sengaja diputarbalikkan. Kata pengantar terkenal dari Papias (Eusebius, EH 3, 39), yg memperlihatkan bahwa dia mengumpulkan uraian-uraian Yesus menjadi kepustakaannya sendiri, menyatakan kesadaran orang-orang Kristen ortodoks pada permulaan abad 2, atas bahan-bahan yg berserakan terlantar itu dan masalah mengumpulkannya. Papias, bagaimanapun kekurangannya, sangat teliti memeriksa bahannya: namun hasilnya tidak selalu menyenangkan, dan nampaknya penulis sezamannya kurang memiliki keprihatinan seperti dia. Jadi ada kemungkinan bahwa kadang-kadang bahan asli terawat di tengah-tengah omongan kosong. Sama halnya, kenangan mengenai kehidupan dan kematian para rasul mungkin masih tetap tinggal dalam ingatan, dan kisah apokrifa, biarpun secara teologis disangsikan, mungkin juga memelihara tradisi-tradisi asli, atau menggambarkan situasi-situasi sesuai yg sebenarnya. Keinginan untuk melestarikan ingatan dan mewariskannya dalam catatan peristiwa seperti itu, pasti mempunyai peranan dalam karangan kesusastraan apokrifa; tapi hal ini tidak dapat mengatasi kecenderungan terjebak rekaan, penguraian berlebihan, pengembangan yg ngawur, atau penyelewengan arah. Jadi setiap usaha untuk memisahkan yg mumi dari yg palsu tidaklah terlepas dari risiko: dan, para ahli seperti Origenes mengetahui, pada zaman patristik pun sudah serba risiko. Akibatnya, keharusan untuk secara jujur menerima sebagai fondasi kitab-kitab kanonis yg mumi asli, dan yg dapat diterima dengan kesepakatan yg bulat, diakui secara universal. III. Kesusastraan apokrifa dalam gereja purba Kehadiran tulisan-tulisan yg beraneka ragam itu dan yg menggunakan nama rasuli, pada zaman apostolisitas menjadi norma sehingga mendesak untuk segera ditentukan, tulisan-tulisan mana yg benar-benar apostolik. Para ahli Kristen cukup piawai dalam pengertian dan kecerdasan yg kritis ( --> KANON PB). Tapi adalah mencolok, betapa kitab-kitab kanonis yg umumnya diterima, sedikit sekali terpengaruh oleh diskusi-diskusi kesusastraan apokrifa. Beberapa gereja lambat menerima kitab-kitab yg dewasa ini diakui sebagai kanonis. Beberapa gereja menjunjung tinggi karangan-karangan seperti I Clement dan Shepherd oleh Hermas. Tapi hampir semua buku, misainya dalam Apocryphal New Testament (M. R James) merupakan 'Buku-buku yg tak diterima PB'. Buku-buku seperti itu dianggap di luar pertimbangan. Kesusastraan Petrus lebih banyak diteliti ketimbang yg lain (bnd R. M Grant dan G Quispel, VC 6,1952, hlm 31 dst). Pada masa Eusebius, diskusi, kecuali 2 Ptr, telah berakhir (EH 3, 3), tapi ada bukti positif bahwa sekurang-kurangnya Apocalypse of Peter untuk suatu kurun waktu dipakai di beberapa daerah (lih di bawah). Dalam hubungan ini surat Serapion, Uskup Antiokhia, kepada jemaat di Rhossus sekitar 190 M, menarik (bnd Eusebius, EH6, 12). Gereja telah mulai menggunakan Gospel of Peter. Tapi jelas ada yg menentang Injil Petrus itu, namun Serapion, yg puas atas kestabilan jemaat tersebut, setelah mengadakan penyelidikan sepintas lalu, menyetujuinya dibacakan di depan umum. Timbul persoalan. Serapion meneliti ulang Injil itu dengan cermat dan mendapati, bahwa bukan hanya Injil itu telah diterima oleh gereja-gereja yg kecenderungannya dicurigai, tapi bahkan Injil itu mengajarkan beberapa pokok ajaran sesat Doketisme (yg menyangkal realitas kemanusiaan Kristus). Serapion menyimpulkan, 'memang banyak yg sejajar dengan ajaran Juruselamat', tapi beberapa hal sudah ditambahkan padanya (dia melampirkan daftar tambahan-tambahan itu). Dia melanjutkan,'Kita menerima Petrus dan rasul-rasul lain seperti kita menerima Kristus, tapi sebagai orang-orang yg berpengalaman kita menguji tulisan-tulisan yg secara salah dianggap berasal dari mereka, karena kita mengetahui, bahwa tulisan-tulisan demikian tidak diteruskan kepada kita.' Dengan perkataan lain, daftar buku-buku rasuli kanonis telah diterima. Buku-buku lain boleh dibaca, dengan catatan, harus dinilai sebagai ortodoks. Gospel of Peter tidak termasuk kanon: pemakaiannya di Rhossus adalah atas permintaan khusus, dan bukan tanpa tantangan. Mulanya Serapion menganggap tidak ada sesuatu yg akan menimbulkan pertentangan yg berkepanjangan: kalau ternyata palsu, tokh tidak berbahaya. Setelah penelitian cermat mengungkapkan belangnya, maka pemakaiannya di gereja dalam bentuk apa pun dilarang. Jalannya peristiwa itu akan dimengerti lebih baik, bila mengikuti isyarat tindakan Serapion. Dengan demikian kita tahu bahwa pengenalan atas suatu buku sebagai palsu, tidak berarti buku itu ditolak sama sekali untuk dibaca umum, dengan syarat buku itu mempunyai nilai kerohanian dan tidak mengandung ajaran sesat. Bahkan suatu buku yg berisikan ajaran sesat pun, bila mempunyai daya tarik lain, dapat juga dibaca secara pribadi dan diberi penghargaan. Justru kesusastraan apokrifa berpengaruh tetap atas kebaktian, kesenian dan cerita-cerita Kristen pada abad pertengahan. Bagaimanapun tidak ada bukti bahwa lazim pada abad 1 dan 2 mengarang buku atas nama seorang rasul, yaitu suatu cara yg tersirat dalam beberapa teori modem mengenai penulis kitab-kitab tertentu dalam PB (bnd D Guthrie, ExpT 67, 1956, hlm 341 dst). Dan ihwal penulis Acts of Paul merupakan contoh gamblang mengenai penolakan tegas terhadap penerbitan demikian. Menjelajahi tulisan apa pun dalam PB ke apokrifa terbaik -- karya asli dari persekutuan Kristen purba -- kita berpindah ke suasana lain. Bila kita menganggap 2 Ptr -- tulisan PB yg paling lazim dianggap berasal dari abad 2 sebagai kitab apokrifa, maka kitab itu adalah unik di antara apokrifa lainnya. IV. Beberapa contoh apokrifa Beberapa bentuk apokrifa diberikan di sini. Umumnya contoh-contoh ini ada dalam tulisan-tulisan tua paling berbobot. Tapi hanya sedikit yg naskahnya lengkap, justru untuk beberapa naskah kita tergantung pada kutipan-kutipan dari penulis-penulis purba. a. Injil-injil apokrifa purba Beberapa serpihan dari Injil-injil purba dikutip oleh penulis-penulis abad 3 dan 4. Perdebatan mengenai sifat dasar dan antar hubungan Injil-injil ini berlangsung terus. Gospel according to the Hebrews dikenal oleh Klemen dari Aleksandria, Origenes, Hegesippus, Eusebius dan Yerome. Yerome mengatakan (biarpun dia tidak selalu dipercayai) bahwa dialah yg menerjemahkannya ke dalam bh Yunani dan Latin (De Vir.111.2) dari bh Aram dalam huruf Ibrani, dan bahwa'Injil' itu digunakan oleh orang-orang Nasrani, suatu golongan Kristen-Yahudi. Dia mengatakan, bahwa kebanyakan orang berbuat salah menganggap naskah ini adalah ash Ibrani dari Injil Mat, seperti dikatakan Papias ( --> MATius); kita teringat bahwa Ireneus tahu ada sekte-sekte yg memakai hanya Mat (Adv. Haer. I. 26. 2; 3. 11. 7). Beberapa serpihan yg tersedia memang mempunyai pokok-pokok yg berhubungan dengan Mat; serpihan yg lain timbul lagi dalam karangan-karangan lainnya, yg paling terakhir dalam Gospel of Thomas. Ada nada Kristen-Yahudi yg kuat di dalamnya, dan mencatat suatu penampakan Kristus setelah kebangkitan-Nya kepada Yakobus yg Benar. Eusebius menunjuk kepada suatu cerita yg ada, baik dalam Papias maupun dalam Gospel of the Hebrews, mengenai seorang wanita yg dipersalahkan di depan Yesus atas dakwaan melakukan banyak dosa. Peristiwa ini sering disamakan dengan cerita tentang wanita berzinah yg terdapat dalam banyak naskah yg terkait dengan Yoh 8. Injil itu mungkin menggambarkan kegiatan dari masyarakat Kristen-Yahudi di Siria yg memakai tradisi Matius (Injil 'setempat') dan tradisi setempat lainnya, dan beberapa di antaranya tentu benar. Orang-orang Nasrani menamakannya Injil menurut para rasul' (Jerome, Dial. Pelag. 3.2) -- suatu judul yg serba polemik penuh kecurigaan (lih V Burch, JTS 21, 1920, hlm 310 dst; M. J Lagrange, RB 31, 1922, hlm 161 dst, 321 dst; dan untuk pembelaan sebagai sumber utama, H. J Schonfield, According to the Hebrews, 1937). Epifanias, penulis yg selalu keliru, menyebut suatu versi Matius yg rusak, yg digunakan sekte Kristen-Yahudi, dan ia menamai mereka 'Ebionites'. Naskah itu telah disamakan dengan Gospel of the Hebrews, tapi kutipan-kutipan yg diberikan memperlihatkan suatu pandangan yg lain mengenai kelahiran dan baptisan Yesus Kristus. Karangan itu jelas terbatas pada satu aliran saja dan memihak. Mungkin naskah itu sama dengan Gospel of the Twelve Apostles yg disebut Origenes (Lk. Hom. 1; bnd J. R Harris, The Gospel of the Twelve Apostles 1900, hlm 11 dst). Gospel of the Egyptians dikenal terutama melalui kutipan-kutipan dalam Stromateis oleh Klemen dari Aleksandria. Beberapa orang Gnostik menggunakannya (Hippolytus, Philos 5.7), dan itu pasti timbul dalam suatu sekte Mesir. Bagian-bagian yg masih ada kaitannya dengan dialog antara Kristus dan Salome adalah mengenai penyangkalan hubungan-hubungan seks. Papirus-papirus yg tersedia menyajikan beberapa serpihan Injil-injil non-Kanonis. Yg paling terkenal, P Oxy., 1. 654, 655, akan dibahas nanti (lih Gospel of Thomas). Yg menarik berikutnya ialah yg dinamai Unknown Gospel (P Egerton, 2) diterbitkan oleh H. I Bell dan T. C Skeat thn 1935, yg menggambarkan peristiwa-peristiwa sejajar dengan cara Sinoptik, tapi dengan dialog dan perbendaharaan kata Yohanes. Naskah itu, yg bertarikh kr 100 M, merupakan salah satu naskah Yunani Kristen tertua. Beberapa ahli menganggap naskah itu mengambil bahan dari Injil ke-4 (Yoh) dan mungkin juga dari salah satu Injil Sinoptik. Orang lain menganggap naskah itu adalah contoh naskah purba dari kesusastraan Kristen populer, yg tidak bergantung pada Injil-injil tadi (bnd Luk 1:1). (Lih H. I Bell dan T. C Skeat, The New Gospel Fragments, 1935; C. H Dodd, BJRL 20, 1936, hlm 56 dst -- New Testament Studies, 1953, hlm 12 dst; G Mayeda, Das Leben-Jesu-Fragment Egerton 2, 1946; H. I Bell, HTR 42, 1949, hlm 53 dst.) b. Injil-injil kesengsaraan Yesus Injil Apokrifa yg paling penting, dari mana kita memperoleh data dalam jumlah terbesar, ialah Gospel of Peter dari (pertengahan?) abad 2. Injil ini dikenal dari suatu cuplikan besar dalam bh Kopt, yg mencakup mulai dari penghakiman sampai kebangkitan (The Akhmim Fragment). Cuplikan ini telah disamakan dengan 'Kenang-kenangan Petrus', yg mungkin disebut oleh Yustin (Trypho 106), tapi hal ini tidak tepat (bnd V. H Stanton, JTS 2, 1900, hlm 1 dst). Unsur keajaibannya sangat tinggi. Pengawal melihat tiga orang keluar dari kuburan Yesus. Kepala dari dua di antaranya mencapai langit, dan kepala dari yg seorang lagi melewatinya. Suatu salib mengikuti mereka, dan teriakan dari langit terdengar, 'Apakah engkau telah berkhotbah kepada mereka yg tidur?' Dan suara dari salib itu menjawab, 'Ya' (bnd 1 Ptr 3:19). Kesalahan Pilatus dalam peranannya dikurangi, tapi kesalahan Herodes dan orang-orang Yahudi ditekankan; mungkin menggambarkan baik pembelaan kepada negara, maupun perlawanan terhadap orang-orang Yahudi. Penilaian Serapion (lih di atas) tidak meleset; kebanyakan dari Injil Petrus itu mengerikan, tapi tidak fatal. Namun ada juga ucapan-ucapan yg memberi petunjuk, 'Dia membisu seperti seorang yg tidak merasakan kesakitan apa pun', dan kutipan teriak keputusasaan, 'Kekuatanku, engkau telah meninggalkan aku', diikuti oleh uraian yg berarti, 'Dia telah diangkat ke sorga', memperlihatkan penulis tidak menilai tepat kemanusiaan Tuhan Yesus (lih I Vaganay, L'Evangile de Pierre, 1930). The Gospel of Nicodemus adalah judul yg diberikan pada kumpulan karangan dari berbagai versi dalam bh Yunani, Latin dan Kopt, yg unsur pokoknya adalah 'Kisah Pilatus', yg berlagak sebagai laporan resmi mengenai pemeriksaan, pengadilan, penyaliban dan penguburan Yesus dilengkapi dengan intisari perdebatan-perdebatan dan pengusutan Sanhedrin, juga cerita aneka warna mengenai 'Turun ke kerajaan maut'. Dalamnya juga ada beberapa tambahan dengan versi yg berlainan; misalnya, sepucuk surat Pilatus kepada Kaisar Klaudius, mungkin sebagai contoh paling dini tentang 'Kisah Pilatus'. Para apologis seperti Yustin (Apol. 35, 48) dengan yakin merujuk kepada catatan-catatan pemeriksaan pengadilan, berdasarkan anggapan bahwa bahan itu ada. Tertullianus mengetahui cerita-cerita mengenai laporan-laporan Pilatus kepada Tiberius tentang Yesus (Apol. 5, 21). 'Laporan-laporan' demikian nampaknya disusun bertahap: teristimewa bila pemerintah (kr 312 M) menggunakan laporan-laporan palsu tentang jalannya pengadilan itu untuk tujuan propaganda (Eusebius, EH 9.5). Kisah Para Rasul mungkin tampil untuk menampik laporan-laporan palsu itu. Cerita 'Turun ke kerajaan maut' mungkin berasal dari bagian akhir abad itu, tapi kedua bagian karangan tersebut mungkin juga menggunakan bahan-bahan yg lebih tua. Ciri khasnya ialah mempertahankan nama baik Pilatus, tentu dengan tujuan politik. Sementara cerita-cerita itu masuk ke dalam legenda Bizantium, Pilatus, menjadi orang suci, dan kemartirannya masih dirayakan di Gereja Kopt. Tidak ada muncul naskah kritis yg tepat. Lih J Quasten, Patrology, I, hlm 115 dst untuk versi-versinya. c. Injil-injil masa kecil Yesus Injil asli Yakobus (Protevangelium of James) mempunyai popularitas tinggi: banyak naskahnya dalam beberapa bahasa (kendati tidak ada dlm bh Latin), dan sangat mempengaruhi Mariologi. Injil ini sudah dikenal oleh Origenes, justru sudah ada pada abad 2. Naskah itu menceritakan kelahiran dan penampilan Maria, perkawinannya dengan Yusuf (digambarkan sebagai seorang tua yg mempunyai anak-anak), dan kelahiran Yesus secara ajaib (seorang bidan membuktikan keperawanan in partu). Jelas hal itu ditulis untuk kepentingan teori tertentu tentang keperawanan abadi. Penulisnya diduga Yakobus Adil, biarpun dalamnya Yusuf menjadi narator (lih M Testuz, Papyrus Bodmer 5, 1958; E de Strycker, Ia forme plus ancienne du Protevangelie de Jacques, 1961). Injil Masa Kecil lain yg berpengaruh dari zaman purba ialah Gospel of Thomas, yg menyajikan cerita-cerita yg menjijikkan dari tahun-tahun sepi. Nampaknya versi yg kita miliki sudah di sensor sehingga tanpa pidato-pidato Gnostik. Ini berbeda dari karya Nag Hammadi dengan nama yg sama (lih bawah); kadang-kadang sulit memastikan kepada karya mana penulis-penulis patristis menunjuk. d. Injil-injil Nag Hammadi Chenoboskion telah menghasilkan berbagai Injil dalam bh Kopt, yg tidak dikenal sebelumnya disamping versi-versi baru lainnya. Salah satu naskah mulai dengan 'Injil Kebenaran adalah sukacita' (suatu incipit = permulaan, bukan judul). Dilanjutkan dengan uraian bertele-tele dan sering kurang jelas mengenai rencana keselamatan. Terminologi Gnostik dari kelompok aliran Valentinus nyata sekali, tapi bukan dalam bentuk yg telah berkembang seperti terdapat dalam Irenaeus. Naskah itu menyinggung kebanyakan buku PB dengan suatu cara yg mengacu kepada wibawa buku-buku itu. Biasanya naskah itu disamakan dengan Gospel of Truth' yg berasal dari Valentinus menurut Irenaeus, namun anggapan ini telah ditolak (bnd H. M Schenke, Th. Lit. 83, 1958, hlm 497 dst). Dengan sangat menarik Van Unnik mengusulkan, bahwa naskah itu telah ditulis sebelum Valentinus memutuskan hubungan dengan Gereja Roma (di mana dia adalah salah seorang calon uskup), sewaktu dia mencoba mendirikan ortodoksinya. Jadi naskah ini dapat menjadi suatu kesaksian penting atas dasar Kitab-kitab Kanon di Roma, kr thn 140 M, yg pada hakikatnya sama dengan kita punya (lih G Quispel dan W. C Van Unnik dlm The Jung Codex, red F. L Cross, 1955; M Malinine dll, Evangelium Veritatis, 1956 dan 1961; tafsiran oleh Grobel, The Gospel of Truth, 1960); G. W McRae, The Nag Hammadi Library, 1977. Gospel of Thomas yg termasyhur sekarang, merupakan kumpulan ucapan Yesus, jumlahnya 114 butir, penataannya agak tidak teratur. Sebagian besar menyerupai ucapan-ucapan dalam Injil Sinoptik (condong pada Lukas), tapi hampir selalu dengan perbedaan-perbedaan penting yg bersifat Gnostis; pentingnya PL dikurangi dan pentingnya penghapusan dorongan seks ditekankan. Injil ini telah disamakan dengan Injil yg dipakai oleh orang Gnostik Naassene (bnd R. M Grant dgn D. N Freedman, The Secret Sayings of Jesus, 1959; W. R Schoedel, VC 14,1960, hlm 225 dst), tapi keaslian gnostisnya telah disangsikan (R. McL Wilson, Studies in the Gospel of Thomas, 1961), dan beberapa ahli telah berusaha meneliti tradisi-tradisi berharga yg terkandung di dalamnya. G Quispel berpendapat bahwa perbedaan dalam Injil ini adalah sama jenisnya dengan perbedaan dalam Naskah Bezan ('Barat') (VC 14, 1960, hlm 204 dst) dan juga dalam Diatessaron dan Pseudo-Clement (lih di bawah). Dalam VC 28, 1974, hlm 79 dst, Quispel menghubungkan Injil Tomas dengan orang Enkratit, bukan dengan orang Gnostik. Logia Oxyrhynchus P Oxy 1, 654, 655, dalamnya termasuk 'Angkatlah batu itu dan Anda akan mendapat aku', timbul lagi dalam bentuk yg memberi kesan, bahwa ucapan-ucapan ini merupakan bagian dari versi dini Yunani. Tomas (mungkin dianggap saudara-saudara Yesus) memegang peranan utama dalam tradisi ini (lih di atas), tapi Yakobus yg Adil telah dikatakan menjadi kepala dari para murid -- satu dari sekian tanda bahwa suatu sumber Kristen-Yahudi digunakan di sini. Ada banyak masalah mengenai buku aneh dan tidak konsekuen ini, namun adalah tepat mengatakan tempat asalnya di Siria (mungkin inilah yg dapat menerangkan Semitisme bahasanya), di mana senantiasa berlaku sikap yg lebih bebas terhadap naskah Injil dan lebih banyak mencemarinya daripada di mana pun juga (lih naskah dan terjemahan oleh A Guillaumont dll, 1959; B Gartner, The Theology of the Gospel of Thomas, 1961; H Montefiore dan H. E. W Turner, Thomas and the Evangelists, 1962; H Koester dan T. O Lambdin dlm The Nag Hammadi Library in English, hlm 117-130; U Leipoldt dan H. M Schenke, Koptische-Gnostische Schriften aus den Papyrus-Codices von Nag Hammadi, 1960, hlm 79 dst). Perhatian utama dari Gospel of Philip, yg isinya adalah Gnostis, biarpun sektenya sulit dikenali, terletak pada doktrinnya yg luar biasa berkembang sakramental, di mana terdapat lebih besar rahasia mengenai minyak suci dan 'bilik pengantin' ketimbang baptisan (lih E Segelberg, Numen 7, 1960, hlm 189 dst). Bahasanya memuakkan: perhatian akan penolakan seks meningkat sampai mengakibatkan gangguan pikiran (lih R McL Wilson, The Gospel of Philip, 1962. The Nag Hammadi Library in English, 1962 [terjemahan W. W Isenberg], hlm 131-151). e. Kisah 'Leucian' Kelima kisah apokrifa terpenting berperan mewakili apokrifa jumlah yg besar. Kisah-kisah itu telah dikumpulkan oleh orang-orang Manikhean menjadi suatu bunga rampai, yg nampaknya mewarisinya dari sumber-sumber Gnostik. Penggemar buku Photius dari abad 9 menganggap bahwa keseluruhan karangan adalah karya 'Leucius Charinus' (Bibliotheca, 114), tapi mungkin Leucius hanyalah nama khayalan dari penulis 'Kisah Yohanes', bagian tertua (dan yg paling tidak ortodoks) dari seluruh kumpulan tadi. Naskah itu termasuk bertarikh kr 150-160 M dan menggambarkan mujizat-mujizat dan khotbah-khotbah (pasti Gnostik) Yohanes di Asia Kecil. Juga mencerminkan ide-ide asketis, tapi memuat cerita-cerita yg menarik di tengah-tengah keadaan yg agak buruk. Diceritakan juga laporan-laporan Yohanes sendiri mengenai kejadian-kejadian bersama Tuhan Yesus, perpisahan dan kematian-Nya. Dari sudut liturgis cukup menarik, dan mencakup perjamuan syukur untuk orang mati. The Acts of Paul juga termasuk naskah tua, sebab Tertullianus telah mengenal orang-orang yg mengutipnya untuk membenarkan wanita berkhotbah dan membaptiskan (De Baptismos 17). Dia mengatakan, bahwa kisah itu ditulis seolah-olah 'demi kasih terhadap Paulus' oleh seorang penatua Asia, yg diberhentikan karena perbuatan ini. Ini terjadi sebelum thn 190 M, mungkin menjelang thn 160 M. Kisah itu mencerminkan suatu zaman penganiayaan. Ada tiga bagian utamanya sbb: (i) 'Kisah Paulus dan Thekla', seorang gadis Ikonia, yg memutuskan pertunangannya setelah mendengar khotbah Paulus. Thekla dilindungi secara ajaib dari mati martir (menarik perhatian 'Ratu Trifena' -- --> TRIFENA DAN TRIFOSA) dan selanjutnya membantu perjalanan-perjalanan penginjilan Paulus. Mungkin ada unsur historisnya, kendati tidak bersumber pada karya tulis Thekla (demikian Ramsay, CRE, hlm 375 dst). (ii) Surat-menyurat selanjutnya dengan gereja Korintus. (iii) Ihwal Paulus mati martir (legendaris). Nadanya sangat asketis (bnd Ucapan-ucapan bahagia Paulus ttg melajang ps 5), tapi selebihnya ortodoks. Ada banyak naskah yg tidak lengkap, termasuk sejumlah besar naskah dari Yunani asli. Lih L Vouaux, Les Actes de Paul, 1913; E Peterson, VC 3, 1949, hlm 142 dst; C Schmidt, Acta Paula, 1962. The Acts of Peter muncul agak kemudian, tapi masih dari abad 2. Naskah utama, dalam bh Latin (sering disebut Kisah Verselli) mulai tentang perpisahan Paulus dengan masyarakat Kristen Roma (mungkin dari sumber lain). Oleh kelicikan Simon Magus, maka gereja Roma terperosok ke dalam ajaran sesat. Tapi sebagai jawaban atas doa, maka Petrus datang dan mengalahkan Simon dalam beberapa pertemuan umum. Lalu timbul komplotan menentang Pettus yg didalangi oleh orang-orang kafir yg ditinggal oleh istri mereka sebagai dampak dari khotbah Petrus. Kisah dilanjutkan dengan peristiwa Petrus lari, termasuk cerita Quo Vadis (?), ia kembali dan menghadapi penyaliban, dengan kepalanya ke bawah. Suatu fragmen Koptik dan singgungan pada suatu bagian yg hilang memberi kesan, bahwa cerita-cerita lainnya muncul berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yg timbul dalam persekutuan mengenai penderitaan dan kematian. Seperti kisah-kisah lain, kisah ini melihat pekerjaan Petrus dan Paulus saling melengkapi; dan gereja Roma didirikan oleh Paulus. Nada asketis sama kuatnya seperti biasanya dalam naskah-naskah lainnya, tapi sebaliknya unsur Gnostik tidak sering ditonjolkan; tapi mungkin edisi-edisi yg kita punyai sudah 'dibersihkan'. Tempat asal telah dipersoalkan, tapi hampir pasti di negeri Timur. Lih L Vouaux, Les Actes de Pierre, 1922. Menarik perhatian bahwa dalam perpustakaan Nag Hammadi dua naskah yg disebut 'Kisah' keduanya dihubungkan dengan Petrus. Kisah Petrus dalam bh Kopt mempunyai persamaan dengan Kisah Petrus dalam bh Latin, tapi yg kedua lebih ekstrim dalam hal tekanan asketisnya. The Acts of (Judas) Thomas berdiri tersendiri dari yg lain. Kisah ini adalah karya dari Kekristenan Siria, dan hampir pasti ditulis di Edessa dalam bh Siria pada permulaan abad 3. Kisah ini menggambarkan bagaimana para rasul membagi dunia dengan undian, dan Yudas Tomas, anak kembar itu, ditugasi ke India. Dia berangkat sebagai budak, tapi menjadi peranti pertobatan raja 'Gundaphar' dan bangsawan-bangsawan India lainnya. Di mana-mana dia mengkhotbahkan keperawanan dan sering dipenjarakan sebagai risiko keberhasilannya. Pada akhirnya dia mati martir. Kisah Tomas mempunyai ciri-ciri Gnostik: 'Kidung Jiwa' (Hymn of the Soul) yg dalam isinya muncul tema Gnostik populer mengenai keselamatan jiwa dari bendawi -- anak raja diutus untuk membunuh naga dan kembali membawa mutiara dari negeri jauh. Kendati belum pasti, jelas ada kaitannya dengan Gospel of Thomas; dan gelar Tomas, 'Saudara kembar Mesias', adalah mengesankan. Himbauan peri keperawanan lebih kuat dan nyaring dibandingkan pada kisah-kisah lainnya, tapi ini adalah ciri khas Kekristenan Siria. Tentang Gnostik dalam anti memiliki rahasia tersembunyi hanya sedikit dikemukakan: penulis terlalu sibuk berkhotbah dan memuji kehebatan Injilnya. Ada versi-versi yg lengkap dalam bh Siria dan Yunani. Kisah ini nampaknya memperlihatkan beberapa pengetahuan mengenai sejarah dan peta bumi India ( --> INDIA). (Lih A. A Bevan, The Hymn of the Soul, 1897; F. C Burkitt, Early Christianity outside the Roman Empire, 1899; A. F. J Klijn, VC 14, 1960, hlm 154 dst; The Acts of Thomas, 1962.) Acts of Andrew adalah bagian yg terakhir (kr 260?-M) dan, dalam naskah yg sampai pada kita, kisah inilah yg paling fragmentaris dari Kisah 'Leucian', dan sangat berhubungan erat dengan Acts of John. Sifatnya yg Gnostik telah disinggung oleh Eusebius (EH 3, 25). Kisah ini menceritakan khotbah-khotbah di antara orang-orang kanibal, mujizat-mujizat, nasihat-nasihat peri keperawanan, dan ditambah tentang martir di Yunani yg mungkin diambil dari sumber-sumber lain. Intisari kisah ini telah disajikan oleh Gregory dari Tours. (Lih P. M Peterson, Andrew, Brother of Simon Peter, 1958; F Dvornik, The Idea of Apostolicity in Byzantium and the Legend of the Apostle Andrew, 1958, hlm 181 dst; G Quispel, VC 10, 1956, hlm 129 dst; bnd D Guthrie, 'Acts and Epistles in Apocryphal Writings', dlm WW Gasque dan R. P Martin (red), Apostolic History and the Gospel, 1970.) f. Surat-surat apokrifa Yg terpenting ialah: 1. Third Epistles to the Corinthians (lih Acts of Paul di atas); 2. The Epitles of the Apostles, sebenarnya suatu seri penglihatan apokaliptik dari abad 2, disajikan dalam bentuk surat atas nama semua rasul, untuk menyampaikan ajaran Kristus sesudah bangkit (penting karena merupakan contoh tertua dlm bentuk ini); 3. Correspondence of Christ and Abgar, di mana raja Edessa Abgar mengundang Yesus ke negaranya; Eusebius telah menerjemahkan surat ini dari bh Siria (EH 1, 13); 4. Correspondence of Paul and Seneca dalam bh Latin (lih Jerome, De Vir. III. 12), suatu apologi abad 3 mengenai gaya bahasa Paulus, ternyata bertujuan supaya Surat-surat asli dapat dibaca oleh kelompok masyarakat yg halus budi bahasanya; dan 5. Epistles to the Laodiceans dalam bh Latin, suatu rentetan kutipan dari ucapan Paulus, timbul berdasarkan Kol 4:16. Fragmen Muratori menyinggung surat-surat kepada orang-orang Laodikia dan kepada orang-orang Aleksandria, yg berasal dari golongan Marcion, tapi surat-surat ini sudah sirna. Surat Lentulus yg sering dikutip, melukiskan Yesus dan dialamatkan kepada Senat, sebenarnya ditulis pada tahun-tahun abad pertengahan (lih H Duensing, Epistula Apostolorum, 1925; J de Zwaan dlm Amicitiae Corolla redaksi H. G Wood, 1933, hlm 344 dst; untuk semua surat pseudo-Paulus, L Vouaux, Les Actes de Paul, 1913, hlm 315 dst). g. Wahyu-wahyu Apocalypse of Peter merupakan satu-satunya karya jenis apokrifa, tentang mana ada bukti positif bahwa buku itu diterima oleh gereja secara umum seperti buku kanon dalam kurun waktu yg cukup lama. Wahyu itu dimuat dalam Fragmen Muratori, tapi dengan catatan pendamping bahwa sebagian orang tidak mengizinkan buku itu dibacakan dalam gereja. Klemen dari Aleksandria rupanya telah membuat tafsiran tentang buku itu, seolah-olah buku itu termasuk kanon dalam suatu karya yg hilang (Eusebius EH 6, 14), dan pada abad 5 buku itu dibaca pada Jumat Agung di beberapa gereja Palestina (Sozomen, Eccles Hist. 7. 19). Tapi buku itu tidak pernah diterima secara keseluruhan, dan kekanonannya bukanlah pokok hangat pada zaman Eusebius (EH 3,3). Isi buku ini nampaknya tidak menyimpang dari ajaran Alkitab. Suatu kitab lama mencatat bahwa isinya sebanyak 300 garis kira-kira separoh di antaranya terdapat dalam salinan utama Gospel of Peter (lih di atas). Buku itu berisi penglihatan-penglihatan mengenai Tuhan Yesus yg dipermuliakan, dan cerita-cerita ngeri mengenai penyiksaan orang-orang di neraka. Mungkin juga buku ini menyinggung masalah pencobaan pada masa depan, tapi hal itu kurang jelas. (Lih M. R James, JTS 12, 1911, hlm 36 dst, 573 dst, 32, 1931, hlm 270 dst.) Ada bermacam-macam Apocalypses of Paul yg Gnostik, salah satu dikenal oleh Origenes, diilhami oleh 2 Kor 12:2 dab. Satu dari antara wahyu-wahyu tersebut (yg mempengaruhi Dante) masih ada (lih R. P Casey, JTS 24, 1933, hlm I dst). Dalam perpustakaan Nag Hammadi Buku 5 terdiri atas empat wahyu: Wahyu Paulus, Wahyu Yakobus (dua), dan Wahyu Adam. Wahyu Paulus ini lain daripada buku dengan judul yg sama yg dikenal dahulu. Semua karya ini bersifat Gnostik (lih A Bohlig dan P Labib, Koptisch-gnostische Apocalypsen aus Codax V von Nag Hammadi, 1963). h. Karya-karya apokrifa lainnya Kesaksian-kesaksian Petrus (Kerygmata Petrou), atau Preaching of Peter, dapat dikenal hanya dari naskah-naskah serpihan saja. Kebanyakannya dirawat oleh Klemen dari Aleksandria. Origenes menghadapi ahli-ahli Gnostik yg menggunakannya, dan ia menantang para ahli itu untuk membuktikan keaslian naskah itu (dim Yoh 13:17, De Princ. Pref. 8). Telah didalilkan bahwa buku itu adalah sumber dari roman Clementine asli (lih di bawah). Fragmen-fragmen yg kita miliki mengkleim telah memelihara kata-kata Tuhan dan Petrus, dan setidak-tidaknya satu di antaranya sejajar dengan Gospel of Hebrews. Clementine Homilies dan Clementine Recognitions merupakan dua bentuk roman, dalam mana Klemen dari Roma, yg berusaha mencari kebenaran asasi, mengadakan perjalanan menelusuri jejak-jejak Petrus dan akhirnya dia bertobat. Kedua roman itu mungkin diambil dari novel Kristen yg sangat populer pada abad 2, yg boleh jadi memakai Preaching of Peter. Masalah kesusastraan dan teologis yg tersaji di dalamnya sangat rumit. Khususnya 'Homilia' itu menghargai suatu bentuk Kekristenan yg sektaris dan yg berlatar belakang Yudea. (Lih 0 Cullmann, Le Probleme Litteraire et Historique du Roman Pseudo-Clementin, 1930; H. J Schoeps, Theologie and Geschicte des Judenchristentums, 1949; terj Homilies dan Recognitions dlm Ante-Nicene Christian Library.) Aprocryhon of John populer dalam lingkungan Gnostik, dan telah tampil di Nag Hammadi. Juruselamat menampakkan diri kepada Yohanes di Bukit Zaitun, menyuruh dia menuliskan ajaran rahasia, menyimpannya baik-baik dan memberitahukannya hanya kepada orang-orang yg rohnya dapat mengertinya dan yg kelakuannya layak. Ada kutukan atas setiap orang yg memberitahukan ajaran itu kepada orang yg tidak layak menerimanya. Buku itu seyogianya diberi penanggalan sebelum thn 180 M, dan mungkin berasal dari Mesir (lih W. C Till, Die Gnostischen Schriften des koptischen Papyrus Berol, 8502, 1955; bnd JEH 3, 1952, hlm 14 dst). Dalam naskah Nag Hammadi ada riwayat penciptaan, jatuhnya manusia ke dalam dosa dan penebusannya. Apocryhon of James juga dicakup dalam Nag Hammadi. Naskah ini menasihatkan untuk mencari Kerajaan Allah, disajikan dalam bentuk percakapan antara Petrus dan Yakobus. Petrus dan Yakobus digambarkan naik bersama Tuhan Yesus. Tapi keduanya tidak mampu melewati tingkat 3 sorga. Naskah ini menarik karena tarikhnya dini sekali (125 M -- 150 M?), juga karena keunggulan Yakobus (Adil?) yg mengutus para rasul ke pekerjaan masing-masing sesudah Tuhan Yesus naik ke sorga, dan, menurut pandangan van Unnik, kebebasan isinya dari pengaruh Gnostisisme (lih W. C van Unnik, VC 10, 1956, hlm 149 dst). RE Williams, The Nag Hammadi Library in English, hlm 29, mendapati bukti adanya tema-tema Gnostik dan menyarankan Gnostis Kristen sebagai sumbernya. Iman Sophia (Pistis Sophia) dan Books of Jeu adalah karya-karya Gnostik yg samar-samar dan aneh, bertarikh abad 2 atau 3. (Lih C Schmidt, Koptisch-gnostische Schriften3, 1947, red W Till, 1959; G. R. S Mead, Pistis Sophia',1947, Et, bnd F. C Burkitt, Jys 23, 1922, hlm 271 dst; C. A Baynes, A Coptic Gnostic Treatise, 1933.) KEPUSTAKAAN. Edisi-edisi kritis atas kebanyakan karya mi masih diperlukan. Naskah-naskah Yunani dan Latin dari Injil-injil paling dini yg ditemukan telah disediakan oleh C Tischendorf, Evangelia Apocrypha, 1886, yg dilengkapi oleh A de Santos, Los Evangelios Apocryfos, 1956 (terjemahan dlm bh Spanyol). Kumpulan terbaik dari kisah-kisah itu oleh R. A Lipsius dan Bonnet, Acta Apostolorum Apocrypha, 1891-1903. Beberapa naskah terakhir dan hasil penelitian disajikan oleh M. R James, Apocrypha Anecdota, 1, 1893, 2, 1897. M. R James, ANT, 1924 (terj bh Inggris); E Hennecke-W Schneemelcher, Neutestamentliche Apokryphen3, I, 1959, terj Ingg R. McL Wilson, 1963, 2, 1965 (sangat diperlukan untuk penelitian yg cermat). Ucapan-ucapan non-kanonis: A Resch, Agrapha2, 1906; J Jeremias, Unknown sayings of Jesus, 1957; J Finegan, Hidden Records of the Life of Jesus, 1969: F. F Bruce, Jesus and Christian Origins outside the New Testament, 1974. Aturan-aturan Gereja: J Cooper dan A. J Maclean, The Testament of our Lord, 1902; R. H Connolly, The So-Called Egyptian Church Order and its Derived Documents, 1917. AFW/AL

No comments:

Post a Comment