Tuesday, June 19, 2018

Petrus dan Penglihatan

Penglihatan Petrus ( Kis 10:9-18)

Kornelius telah menerima perintah yang pasti dari sorga untuk menjemput Petrus yang belum pernah didengarnya atau paling tidak belum pernah diperhatikannya. Namun, sebuah kesulitan lain menghadang perjumpaan mereka, yaitu maukah Petrus datang kepada Kornelius saat ia dijemput. Bukan seolah-olah Petrus merasa direndahkan untuk datang atas perintahnya, atau seakan-akan takut menyampaikan pengajaran kepada orang bermartabat seperti Kornelius, melainkan karena ini berkaitan dengan hati nurani. Kornelius memang seorang yang sangat berjasa dan memiliki banyak sifat yang baik. Namun, dia juga bukan orang Yahudi, ia belum disunat. Selain itu, karena dalam hukum Taurat Allah melarang umat-Nya bergaul dengan bangsa-bangsa penyembah berhala. Mereka tidak boleh berada bersama siapa pun kecuali yang menganut agama mereka sendiri, meskipun orang-orang itu sangat berjasa sekalipun. Orang-orang Yahudi mempersoalkan hal itu sedemikian jauh hingga bersentuhan dengan orang bukan-Yahudi secara tidak disengaja pun mengakibatkan mereka harus menjalani upacara penyucian (Yoh. 18:28). Petrus belum berhasil mengatasi anggapan fanatik bangsanya ini, dan oleh sebab itu mungkin enggan menemui Kornelius. Nah, untuk menyingkirkan kesulitan ini, di sini ia mendapatkan sebuah penglihatan untuk mempersiapkan dia menerima pesan yang dikirimkan Kornelius kepadanya, seperti Ananias harus mempersiapkan dirinya menemui Paulus. Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama jelas-jelas berbicara tentang dibawa masuknya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam jemaat. Kristus telah menyiratkan hal itu dengan jelas saat Ia memberikan perintah kepada mereka untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Meskipun begitu, bahkan Petrus yang begitu mengenal pikiran Gurunya, tidak dapat memahami hal itu, sampai hal itu diungkapkan di sini melalui penglihatan, yaitu bahwa orang-orang bukan-Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli waris (Ef. 3:6). Sekarang amatilah di sini,

I. Keadaan ketika penglihatan itu tampak.

1. Kejadiannya saat orang-orang yang diutus Kornelius sudah dekat kota (ay. Kis 10:9). Petrus tidak tahu sama sekali tentang kedatangan mereka dan mereka tidak tahu sama sekali bahwa ia sedang berdoa. Namun, Ia yang mengenal Petrus dan orang-orang itu, sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk pertemuan itu dan juga hasil perbincangan mereka. Bagi semua rencana Allah ada waktunya, waktu yang tepat. Ia berkenan mengingatkan para hamba-Nya akan berbagai hal yang tadinya tidak mereka pikirkan, tepat saat mereka beroleh kesempatan untuk menggunakan hal-hal itu.

2. Kejadiannya ketika Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa, sekitar tengah hari.

(1) Petrus sering kali berdoa, berdoa secara pribadi, meskipun ia sangat sibuk melayani orang banyak.

(2) Ia berdoa kira-kira pukul dua belas tengah hari, sesuai teladan Daud yang tidak saja berdoa dan berseru kepada Allah pada pagi dan petang hari tetapi juga di tengah hari (Mzm. 55:18). Dari pagi sampai petang kita mungkin akan berpikir alangkah lamanya waktu terasa tanpa makanan, tetapi siapa yang merasa terlalu lama apabila tidak berdoa?

(3) Ia berdoa di atas rumah. Ke situlah ia menarik diri, tempat ia tidak dapat mendengar ataupun didengar, sehingga dengan demikian dapat terhindar dari gangguan dan tindakan memamerkan diri. Di sana, di atas atap rumah, ia dapat memandang penuh ke langit, sehingga bisa membantu dia menaikkan puji-pujian yang saleh kepada Allah yang menjadi tujuan doanya. Di tempat itu ia juga dapat memandang lepas ke kota dan daerah pedesaan di sekitarnya, sehingga bisa membantu dia mencurahkan rasa belas kasih saleh kepada umat yang didoakannya.

(4) Ia mendapatkan penglihatan itu segera setelah ia selesai berdoa, sebagai jawaban atas doanya untuk pekabaran Injil, dan juga karena hati yang naik kepada Allah dalam doa merupakan persiapan yang sangat baik guna menerima pengungkapan anugerah dan perkenan ilahi.

3. Kejadiannya saat ia merasa lapar dan menunggu makan malam (ay. Kis 10:10). Boleh jadi sepanjang hari itu ia belum makan, meskipun tidak diragukan lagi bahwa sebelum itu ia telah berdoa. Sekarang ia ingin makan, ēthele geusasthai – yang ingin dikecapnya, yang menyiratkan sikap tidak berlebih-lebihan dan kesederhanaannya dalam hal makan. Meskipun sangat lapar, ia cukup puas dengan sekadar makan sedikit, mencicipi saja, dan tidak akan mengambil jarahan. Nah, rasa lapar seperti ini merupakan jalan masuk yang patut bagi penglihatan tentang makanan, seperti rasa lapar Kristus di padang gurun yang membuat Iblis mencobai Dia supaya mengubah batu menjadi roti.

II. Penglihatan itu sendiri, yang tidak begitu nyata seperti yang dilihat Kornelius, tetapi lebih bersifat kiasan dan mengandung teka-teki, untuk memberikan kesan yang lebih mendalam.

1. Rohnya diliputi kuasa ilahi, bukan dengan ketakutan, melainkan dengan perenungan, yang melingkupinya sedemikian rupa hingga tidak saja membuatnya tidak menghiraukan, tetapi juga tidak sadar akan hal-hal jasmani, sama seperti yang dialami Adam ketika belum jatuh dalam dosa, ketika ia tertidur nyenyak. Semakin kita menjauh dari dunia, semakin dekat kita dengan sorga. Entah Petrus sekarang di dalam tubuh entah di luar tubuh, dia sendiri tidak dapat mengatakannya, apalagi kita (2Kor. 12:2-3; Kej. 15:12; Kis. 22:17).

2. Tampak olehnya langit terbuka, supaya ia yakin bahwa wewenang yang diberikan kepadanya untuk pergi menemui Kornelius memang berasal dari sorga – bahwa terangilah-ilahyang mengubah perasaannya, dan kuasailah-ilahyang memberi dia pengutusan ini. Terbukanya langit menandakan terungkapnya rahasia yang selama ini tersembunyi (Rm. 16:25).

3. Ia melihat langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah, yakni ke atas rumah tempat ia sekarang berada. Di sini tidak saja terdapat binatang-binatang darat, tetapi juga burung-burung di udara yang bisa saja terbang pergi, yang diletakkan di kakinya. Bukan saja binatang-binatang jinak, melainkan yang buas juga. Di atas kain itu tidak terdapat ikan laut, karena di antaranya tidak terdapat jenis yang najis. Hewan apa pun yang memiliki sirip dan sisik boleh dimakan. Beberapa orang beranggapan bahwa kain yang terisi berbagai hewan itu melambangkan jemaat Kristus. Datangnya dari langit, langit yang terbuka. Tidak sekadar untuk diturunkan (Why. 21:2), tetapi juga untuk menyambut jiwa-jiwa yang dibawa naik. Keempat sudut kain itu diikat untuk menyambut orang-orang dari berbagai bagian dunia yang bersedia ditambahkan ke dalamnya. Juga untuk memelihara dan mengamankan mereka yang dibawa masuk ke dalamnya, supaya mereka tidak terjatuh ke luar. Di dalamnya kita bisa menemui orang-orang dari semua negeri, bangsa, dan bahasa, tanpa membedakan orang Yunani atau Yahudi, tanpa merugikan orang Barbar atau Skit (Kol. 3:11). Jala Injil mencakup semua orang, baik yang jahat maupun yang baik, mereka yang tadinya tahir ataupun najis. Atau, kain itu juga bisa digambarkan sebagai kelimpahan pemeliharaan ilahi, yang sebelum ditetapkannya larangan dalam hukum upacara, memberi manusia kebebasan untuk memanfaatkan semua makhluk, yang dengan dibatalkannya hukum itu kita semua telah dipulihkan. Melalui penglihatan ini kita diajar untuk memandang semua keuntungan dan manfaat yang bisa kita peroleh dari makhluk-makhluk yang lebih rendah dari manusia yang turun dari sorga kepada kita. Ini adalah pemberian dari Allah yang menciptakan semuanya, membuatnya sesuai untuk kita, kemudian memberi manusia hak atasnya, dan berkuasa atasnya. Tuhan, apakah manusia hingga ia dimuliakan seperti itu? (Mzm. 8:5-9). Dengan melihat mereka diturunkan dari sorga bagi kita, betapa berlipat gandanya perasaan tenteram diberikan bagi kita dalam memanfaatkan makhluk-makhluk itu dan kewajiban kita untuk melayani Allah dengan menggunakan semua makhluk itu!

4. Petrus diperintahkan melalui sebuah suara dari sorga supaya memanfaatkan berbagai jenis makhluk yang dikirimkan Allah kepadanya ini (ay. Kis 10:13), “Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah, jangan bedakan di antara yang halal dan haram, ambillah apa yang paling kau inginkan.” Perbedaan makanan yang ditentukan oleh hukum Taurat dimaksudkan untuk membedakan orang Yahudi dari bukan-Yahudi, supaya sulit bagi mereka untuk makan bersama orang bukan-Yahudi yang tentunya akan menghidangkan makanan yang tidak boleh dimakan orang Yahudi. Dengan menghapus larangan itu sekarang, maka jelas diperbolehkan untuk bergaul bersama orang bukan-Yahudi dengan bebas dan akrab. Sekarang mereka boleh makan dengan kenyang sepuas hati, dan oleh karena itu, juga boleh makan bersama orang bukan-Yahudi seperti dengan sesamanya.

5. Petrus berpegang teguh pada landasan pikirannya dan sama sekali tidak mau mengindahkan ajakan itu meskipun ia merasa lapar (ay. Kis 10:14), Tidak, Tuhan, tidak. Meskipun rasa lapar mampu meruntuhkan tembok batu, hukum-hukum Allah sudah seharusnya menjadi pagar yang lebih kuat daripada tembok batu dan tidak mudah diterobos. Petrus ingin tetap menaati hukum Allah meskipun ia telah mendengar suara dari sorga yang membatalkan hukum itu. Awalnya ia tidak tahu bahwa perintah sembelihlah dan makanlah itu merupakan ujian apakah ia akan tetap taat kepada firman yang lebih pasti, yakni hukum Taurat yang tertulis. Jika memang demikian halnya, jawabannya tadi sangatlah baik, Tidak, Tuhan, tidak. Godaan untuk makan buah terlarang tidak boleh ditimbang-timbang, tetapi harus langsung ditolak. Kita harus tercengang saat memikirkan godaan itu, Tidak, Tuhan, tidak. Alasan penolakan yang diberikannya adalah, “Sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir. Sampai sekarang aku tetap menjaga kesetiaan dan kelurusan hatiku dalam hal ini, dan aku akan tetap mempertahankannya.” Jika Allah melalui kasih karunia-Nya telah memelihara kita dari dosa sampai hari ini, maka sudah seharusnya kita menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Orang-orang Yahudi yang saleh begitu ketat menjaga hal ini hingga ketujuh kakak-beradik, yang mati syahid di bawah pemerintahan Antiokhus, memilih disiksa sampai mati dengan cara teramat keji daripada harus memakan daging babi, karena hal ini dilarang oleh hukum Taurat. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila Petrus mengucapkannya dengan begitu tegas. Hati nuraninya bisa menjadi saksi baginya bahwa ia tidak pernah memuaskan nafsu makannya dengan makanan apa pun yang terlarang.

6. Melalui suara kedua dari sorga, Allah menyatakan pencabutan hukum Taurat yang berkaitan dengan hal ini (ay. Kis 10:15): Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram. Dia yang membuat hukum itu boleh mengubahnya sesuka hati dan mengembalikannya seperti semula. Untuk alasan-alasan yang sesuai dengan masa Perjanjian Lama, Allah telah melarang orang Yahudi agar tidak memakan jenis ini dan itu, yang selama pengaturan itu berlaku, harus mereka taati dengan tulus. Namun, sekarang, karena alasan-alasan yang sesuai dengan masa Perjanjian Baru, Allah telah mencabut larangan itu, dan memberikan kebebasan menyangkut perkara itu. Ia telah menyucikan hal yang tadinya dianggap najis bagi kita. Karena itu, kita harus memanfaatkannya, berdiri teguh karena Kristus telah memerdekakan kita, dan tidak menyebut haram atau najis sesuatu yang sekarang telah dinyatakan halal oleh Allah. Perhatikanlah, kita harus menerimanya sebagai rahmat yang luar biasa bahwa melalui Injil Kristus kita dimerdekakan dari perbedaan makanan yang dibuat oleh hukum Musa, dan bahwa sekarang semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram. Bukan semata-mata karena dengan demikian kita bisa memanfaatkan daging babi, kelinci, dan makanan sehat serta lezat bagi tubuh kita, melainkan terutama karena dengan demikian hati nurani kita dibebaskan dari kuk perhambaan menyangkut hal-hal semacam ini, supaya kita dapat beribadah kepada Allah tanpa takut. Meskipun Injil telah menetapkan kewajiban yang tidak sesuai dengan hukum alam, tidak seperti hukum Musa yang membuat sesuatu menjadi dosa, Injil tidak menganggap dosa hal-hal yang memang bukan dosa. Mereka yang memerintahkan supaya orang menjauhkan diri dari beberapa jenis makanan pada waktu-waktu tertentu dan mengatasnamakan agama, menyebut haram apa yang telah disucikan Allah.

7. Hal ini terjadi sampai tiga kali (ay. Kis 10:16). Kain lebar itu terangkat sedikit, kemudian diturunkan lagi untuk kedua kalinya. Begitu pula ketiga kalinya, dengan perintah yang sama kepada Petrus supaya ia menyembelih dan makan dengan alasan sama, bahwa apa yang telah disucikan Allah janganlah kita sebut haram. Namun, apakah penolakan Petrus diulang kedua dan ketiga kalinya, tidaklah jelas. Yang pasti, penolakan pertamanya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan baginya. Pengulangan penglihatan Petrus sampai tiga kali, seperti pengulangan mimpi Firaun sampai dua kali, adalah untuk menunjukkan bahwa hal itu telah ditetapkan, dan membuat dia semakin memperhatikannya. Perintah-perintah yang diberikan kepada kita perihal perkara-perkara Allah, entah dengan mendengarkan pemberitaan firman Tuhan atau dengan melihat upacara-upacara yang dilaksanakan, perlu sering diulang. Sebab harus ini harus itu, tambah ini tambah itu. Namun, akhirnya terangkatlah benda itu ke langit. Hal-hal yang melambangkan benda ini sebagai gereja, termasuk orang Yahudi dan bukan-Yahudi, sama seperti makhluk-makhluk ini melambangkan halal dan haram, dengan sangat tepat menandai masuknya orang bukan-Yahudi yang percaya ke dalam jemaat dan juga sorga, ke dalam Yerusalem yang di atas. Kristus telah membuka kerajaan sorga bagi semua orang percaya, dan di sanalah kita akan mendapati di samping mereka yang dipilih dari antara segala suku Israel, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa (Why. 7:9). Mereka semua itu sama-sama telah disucikan Allah.

III. Pengaturan Allah yang dengan tepat menjelaskan arti penglihatan ini dan membuat Petrus memahami maksud tujuannya (ay. Kis 10:17-18).

1. Apa yang dilakukan Kristus, ketika itu belum diketahui Petrus (Yoh. 13:7). Petrus bertanya-tanya di dalam hatinya, apa kiranya arti penglihatan yang telah dilihatnya itu. Ia tidak mempunyai alasan untuk tidak mempercayai kebenarannya, bahwa penglihatan itu dari sorga. Seluruh keraguannya berkisar seputar maknanya. Perhatikanlah, Kristus menyatakan diri kepada umat-Nya secara bertahap dan tidak sekaligus. Ia membiarkan mereka ragu sesaat dan merenung tentang suatu hal, mempertanyakannya dalam pikiran, sebelum semuanya menjadi jelas bagi mereka.

2. Walaupun demikian, ia dibuat mengetahuinya segera setelah itu, sebab orang-orang yang disuruh oleh Kornelius baru saja tiba di rumah Petrus. Mereka berada di muka pintu dan berusaha mengetahui apakah Simon yang disebut Petrus ada menumpang di rumah itu. Melalui pengutusan mereka, akan jelas apa makna penglihatan ini. Perhatikanlah, Allah tahu tugas pelayanan apa yang menanti kita dan oleh sebab itu Ia juga tahu cara mempersiapkan kita. Kita akan tahu dengan lebih baik apa maksud ajaran-Nya ketika kita beroleh kesempatan untuk memanfaatkannya.

No comments:

Post a Comment