Friday, May 24, 2019

Larangan dan Keharusan pada Hari Sabat

Kebaktian G. K. R. I. ‘GOLGOTA’ (Jl. Dinoyo 19b, lantai 3) Minggu, tgl 21 & 28 Oktober 2008, pk 17.00 PDT. BUDI ASALI, M. DIV. (8: 7064-1331 / 6050-1331) Larangan dan keharusan pada hari Sabat   Kel 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”.   Arti kata ‘kudus’: ·        Terpisah dari / berbeda dengan. ·        Diperuntukkan bagi Allah.   1)      Pada hari Sabat, kita dilarang bekerja.   2) Pada hari Sabat, kita harus berbakti kepada Tuhan.   D. L. Moody: “Men seem to think they have a right to change the holy day into a holiday” (= Manusia kelihatannya mengira bahwa mereka mempunyai hak untuk mengubah hari yang kudus menjadi hari libur).   1)      Larangan bekerja pada hari Sabat.   a)  Penambahan peraturan / larangan Sabat oleh orang-orang Yahudi.   1.      Banyaknya peraturan orang-orang Yahudi tentang hari Sabat.   Barclay: Dalam Alkitab sendiri kita hanya diberitahu bahwa kita harus mengingat hari Sabat dan menguduskannya dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan, apakah oleh seorang manusia atau oleh pelayan2nya atau binatang2nya. Tidak puas dengan itu, orang2 Yahudi belakangan menghabiskan jam demi jam dan generasi demi generasi untuk mendefinisikan apakah ‘pekerjaan’ itu dan membuat daftar hal2 yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mishnah merupakan hukum dari ahli2 Taurat yang telah disusun dalam sebuah buku. Ahli2 Taurat menghabiskan hidup mereka untuk menyusun / menentukan peraturan2 ini. Dalam Mishnah bagian / bab tentang hari Sabat mencapai tidak kurang dari 24 pasal. Kitab Talmud merupakan buku tafsiran yang menjelaskan tentang Mishnah, dan dalam Talmud Yerusalem bagian / bab yang menjelaskan tentang hari Sabat mencapai 64,5 kolom / artikel; dan dalam Talmud Babilonia itu mencapai 156 halaman dobel-folio. Dan kita diberi tahu tentang seorang rabi yang menghabiskan 2,5 tahun untuk mempelajari satu dari 24 pasal dari Mishnah.   2.  Macam2 larangan dalam kalangan agama Yahudi berkenaan dengan hari Sabat.   a.  Larangan membawa ‘beban’ dan mempersiapkan makanan.   b.  Larangan bepergian / melakukan perjalanan jauh.   c.  Larangan mengobati / menyembuhkan.   d.  Larangan menulis.   e.  Larangan menyalakan api / lampu.   f.   Larangan membuat simpul.   g.  Larangan berperang / membela diri.   Barclay: seorang Yahudi yang ketat bahkan tidak akan mempertahankan dirinya / nyawanya pada hari Sabat.   h.  Macam-macam larangan yang lain.   i.   C. Rowland: The Essenes melarang buang air besar pada hari Sabat!   Yesus mengijinkan hal-hal ini pada hari Sabat:   ¨       Pekerjaan / hal darurat yang betul-betul dibutuhkan.   Luk 14:5 - “Kemudian Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’”.   Bdk. Yos 6:15  1Raja 20:29  2Raja 3:9.   ¨       Menolong orang / berbuat baik.   Mat 12:10-13 - “(10) Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain”.   ¨       Melayani Tuhan.   Mat 12:5 - “Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?”.   b) Ada banyak hal / pekerjaan yang memang tidak boleh kita lakukan pada hari Sabat.   1.  Kita tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari.   Kel 20:9-10 - “(9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu”.   a.  Perhatikan Kel 20:9 - “enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu”.   Bdk. Kel 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga”.   D. L. Moody: Pada waktu bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Allah memberitahu mereka untuk membiarkan tanah mereka beristirahat setiap 7 tahun, dan Ia akan memberikan kepada mereka sama banyaknya dalam 6 tahun seperti dalam 7 tahun. Selama 490 tahun mereka mengabaikan hukum tersebut. Tetapi perhatikan, Nebukadnezar datang dan membawa mereka ke Babilonia, dan menaruh mereka 70 tahun dalam pembuangan, dan tanah itu mendapatkan 70 x istirahat Sabatnya. 7 x 70 = 490. Jadi, mereka tidak mendapatkan keuntungan dengan melanggar hukum ini. Kamu bisa memberikan kepada Allah hariNya, atau Ia akan mengambilnya sendiri.   b.  Perhatikan Kel 20:10 - “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu”.   ·        seluruh, bukan sebagian dari, hari ketujuh itu adalah hari Sabat Tuhan!   ·        bukan hanya kita yang tidak boleh bekerja, tetapi juga pegawai, anak-anak, dan bahkan binatang!   ·        mengapa ‘istri’ tidak disebutkan?   Text pertama: Yer 17:21-27 - “(21) Beginilah firman TUHAN: Berawas2lah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang2 pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu2 gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang2 dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh2 mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang2 melalui pintu2 gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu2 gerbang kota ini akan berarak masuk raja2 dan pemuka2, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka2 mereka, orang2 Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama2nya. (26) Orang akan datang dari kota2 Yehuda dan dari tempat2 sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang2 melalui pintu2 gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu2 gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri2 Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.   Text kedua: Neh 13:15-22 - “(15) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang2 mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang2 yang membawa berkas2 gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan2 makanan. (16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang2 Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem. (17) Lalu aku menyesali pemuka2 orang Yehuda, kataku kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat? (18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat?’ (19) Kalau sudah remang2 di pintu2 gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu2 dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu2 gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat. (20) Tetapi orang2 yang berdagang dan berjualan rupa2 barang itu kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali. (21) Lalu aku memperingatkan mereka, kataku: ‘Mengapa kamu bermalam di depan tembok? Kalau kamu berbuat itu sekali lagi akan kukenakan tanganku kepadamu.’ Sejak waktu itu mereka tidak datang lagi pada hari Sabat. (22) Juga kusuruh orang2 Lewi mentahirkan dirinya dan datang menjaga pintu2 gerbang untuk menguduskan hari Sabat. Ya Allahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku menurut kasih setiaMu yang besar!”.   2.      Kita tidak boleh memasak / mempersiapkan makanan.   a.  Kel 16:4-5,22-30 - “(4) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukumKu atau tidak. (5) Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari.’ ... (22) Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa. (23) Lalu berkatalah Musa kepada mereka: ‘Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.’ (24) Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya. (25) Selanjutnya kata Musa: ‘Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. (26) Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu.’ (27) Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. (28) Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintahKu dan hukumKu? (29) Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu.’ (30) Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh”.   Matthew Henry: Pada hari itu (hari sebelum hari Sabat) mereka harus mengambil (manna) cukup untuk dua hari, dan mempersiapkannya, ay 23. Hukum itu sangat ketat, dan mereka harus membakarnya dan memasak / merebusnya pada hari sebelumnya, dan bukan pada hari Sabat.   Barnes: ‘Makanlah itu pada hari ini’. Bangsa itu harus menjauhkan diri dari pekerjaan biasa dari kehidupan sehari-hari: mereka tidak boleh mengumpulkan makanan, ataupun, seperti terlihat, bahkan mempersiapkan makanan seperti pada hari-hari yang lain.   b.  Kel 35:2-3 - “(2) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati. (3) Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.’”.   c.  Bil 15:32-36 - “(32) Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. (33) Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. (34) Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. (35) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan.’ (36) Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa”.   Thomas Watson: Kelihatannya merupakan suatu hal kecil / remeh untuk mengambil beberapa ranting untuk membuat api; tetapi Allah tidak menghendaki hari ini dilanggar dalam hal-hal yang paling kecil.   3. Kita tidak boleh melakukan perjalanan, dan kita juga tidak boleh melakukan hal-hal demi kesenangan diri kita sendiri, termasuk rekreasi.   Bdk. Yes 58:13-14 - “(13) Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, (14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya”.   Kata-kata ‘tidak menginjak-injak hukum Sabat’ diterjemahkan ‘membalikkan / memalingkan kakimu dari hari Sabat’ oleh KJV, dan ‘menjaga kakimu dari pelanggaran hari Sabat’ oleh NIV.   Kata-kata ‘urusanmu’ sebetulnya adalah ‘kesenanganmu’ (KJV).   a.  Harus menjaga kaki dari pelanggaran Sabat.   Jamieson, Fausset & Brown: ‘Kaki’. - alat dari gerakan ... manusia tidak boleh bepergian semata-mata untuk kesenangan pada hari Sabat.   b.  Jangan mencari kesenangan diri sendiri.   Matthew Henry: kita harus memalingkan kaki kita dari melakukan kesenangan kita pada hari kudus itu, yaitu, dari hidup bebas, dan bersikap terlalu bebas untuk melakukan apa yang kita senangi pada hari-hari Sabat, tanpa kontrol dan pengekangan hati nurani, atau dari pemuasan diri kita sendiri dalam kesenangan-kesenangan perasaan / tubuh, ... Pada hari Sabat kita tidak boleh berjalan / hidup dalam jalan kita sendiri (yaitu, tidak mengikuti pekerjaan kita), atau mencari kesenangan kita sendiri (yaitu tidak mengikuti kesenangan dan rekreasi kita).   Barnes: ‘Dan menyebut hari Sabat suatu kesenangan’. Ini dengan tepat menyatakan perasaan dari semua orang yang mempunyai pandangan yang benar tentang hari Sabat. Bagi mereka, itu bukanlah sesuatu yang menjemukan, dan saat-saatnya bukanlah merupakan sesuatu yang berat. Mereka mengasihi hari istirahat yang manis dan kudus itu. Mereka menilainya sebagai suatu hak, bukan sebagai suatu kewajiban, untuk diijinkan sekali seminggu untuk melepaskan beban pikiran mereka dari kekuatiran, dan kerja keras, dan keinginan-keinginan dari kehidupan. Itu merupakan suatu ‘kesenangan’ bagi mereka untuk mengingat ingatan tentang penegakan dari hari Sabat, dimana Allah beristirahat dari pekerjaanNya; untuk mengingat kebangkitan Tuhan Yesus, pada ingatan mana hari Sabat Kristen diabdikan; untuk diijinkan untuk membaktikan seluruh hari itu bagi doa dan pujian, bagi ibadah kepada Allah secara umum dan pribadi, bagi kebaktian-kebaktian yang mengembangkan intelek dan memurnikan hati. Bagi ayah dari suatu keluarga, merupakan sumber dari kesenangan yang tidak terkatakan bahwa ia bisa memimpin anak-anaknya ke rumah Allah, dan bahwa ia bisa mengajar mereka dalam cara-cara agama. Bagi orang bisnis, petani, dan orang-orang profesional Kristen, merupakan suatu kesenangan bahwa ia bisa menunda / menghentikan kekuatirannya, dan bisa berpikiir tentang Allah dan tentang surga tanpa diganggu. Bagi semua yang mempunyai pikiran yang benar, hari Sabat merupakan suatu kesenangan, dan kalau mereka dipaksa untuk tidak melaksanakan istirahatnya yang kudus, maka itu merupakan suatu bencana yang tidak terkatakan.   Barnes: ‘maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN’. Yaitu, sebagai akibat dari ketaatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat, engkau akan mendapatkan kesenangan dalam Yahweh. Merupakan suatu kesenangan untuk mendekat kepadaNya, dan engkau tidak akan ditinggalkan pada peraturan-peraturan yang tandus dan pada doa-doa yang tidak dijawab. Kesenangan yang didapatkan umat Allah dalam Dia merupakan akibat yang langsung dan yang harus terjadi dari pengamatan / penghormatan yang benar terhadap hari Sabat. Pada hari itulah, yang Ia pisahkan dengan otoritasNya sendiri, bagi ibadahNya sendiri, Ia memilih untuk bertemu dengan umatNya, dan untuk berkomunikasi secara akrab dengan mereka dan memberkati mereka; dan tidak seorangpun yang memelihara hari Sabat secara benar yang tidak mendapati, sebagai akibatnya, bahwa ia telah menambah kesenangan dalam keberadaan, karakter, dan pelayanan / ibadah dari Yahweh. Bandingkan dengan Ayub 22:21-26, dimana prinsip yang dinyatakan di sini - bahwa pemeliharaan / ketaatan pada hukum Allah akan membawa pada kebahagiaan dalam Yang Maha Kuasa - dijelaskan secara indah.   Bdk. Ayub 22:21-26 - “(21) Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan. (22) Terimalah apa yang diajarkan mulutNya, dan taruhlah firmanNya dalam hatimu. (23) Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu, (24) membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah batu-batu sungai, (25) dan apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu, dan kekayaan perakmu, (26) maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan menengadah kepada Allah”.   Westminster Confession of Faith: Maka hari Sabat ini dipelihara / dijaga kudus bagi Tuhan, pada waktu manusia, setelah mempersiapkan hati mereka dengan seharusnya, dan mengatur / mengurus urusan2 biasa mereka sebelumnya, tidak hanya memelihara suatu istirahat yang kudus, seluruh hari itu, dari pekerjaan, dari kata2 dan dari pemikiran mereka sendiri tentang pekerjaan2 duniawi mereka, dan rekreasi2, tetapi juga membaktikan, seluruh waktu, dalam pelaksanaan ibadahNya secara umum dan pribadi, dan dalam kewajiban2 yang memang mutlak harus dilakukan dan belas kasihan.   4.      Membangun Kemah Sucipun tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.   Kel 31:12-17 - “(12) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (13) ‘Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. (14) Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. (15) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. (16) Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. (17) Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.’”.   Thomas Watson: pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan agamawi tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, seperti memotong / membentuk batu untuk pembangunan tempat kudus. ... Kel 31:15. Bait Allah / Kemah Suci adalah tempat untuk berbakti kepada Allah, tetapi merupakan suatu dosa untuk membangun Bait Allah / Kemah Suci pada hari Tuhan.   Matthew Henry: Suatu perintah yang ketat bagi pengudusan hari Sabat, ayat 13-17. ... Sekarang perintah-perintah telah diberikan bahwa Kemah Suci harus didirikan dan diperlengkapi untuk ibadah bagi Allah dengan secepat mungkin; tetapi supaya mereka jangan berpikir bahwa sifat dari pekerjaan itu, dan ketergesa-gesaan yang dituntut, akan membenarkan mereka untuk mengerjakannya pada hari-hari Sabat, supaya mereka bisa menyelesaikannya dengan lebih cepat, peringatan ini dimasukkan tepat pada waktunya, Sesungguhnya, atau sekalipun demikian, hari-hari SabatKu harus kamu pelihara. Sekalipun mereka harus cepat-cepat mengerjakannya, tetapi mereka tidak boleh melakukan ketergesa-gesaan yang lebih dari kecepatan yang benar; mereka tidak boleh melanggar hukum dari hari Sabat dalam ketergesa-gesaan mereka: bahkan pekerjaan Kemah Suci harus memberi jalan pada istirahat hari Sabat; demikianlah hati-hatinya Allah bagi kehormatan dari hari-hari SabatNya.   Jamieson, Fausset & Brown: Alasan untuk penanaman segar dari hukum keempat pada masa khusus ini adalah, bahwa semangat dan kesungguhan dengan mana semua golongan membaktikan diri mereka bagi pembangunan Kemah Suci, membuka diri mereka terhadap pencobaan pelanggaran pada kekudusan dari hari istirahat yang telah ditetapkan. Mereka bisa / mungkin menduga bahwa pendirian dari Kemah Suci merupakan pekerjaan yang kudus, dan bahwa merupakan suatu kebaikan yang tinggi - suatu upeti / penghormatan yang bisa diterima - untuk meneruskan usaha itu tanpa gangguan dari istirahat satu hari; dan karena itu peringatan yang diberikan di sini, pada permulaan dari usaha itu, merupakan peringatan yang tepat pada waktunya.   Barnes’ Notes: Sangat memungkinkan bahwa pengumuman / ketetapan yang berhubungan dengan hukuman, secara khusus diajukan sebagai suatu peringatan berkenaan dengan pembangunan Kemah Suci, supaya umat / bangsa itu jangan, dalam semangat mereka untuk melaksanakan pekerjaan itu, dicobai untuk melanggar hukum ilahi untuk pemeliharaan / penghormatan hari itu.   Keil & Delitzsch: Pengulangan dan pengembangan selanjutnya dari perintah ini, yang sudah dimasukkan dalam 10 hukum Tuhan, ada pada tempat yang tepat di sini, karena dengan mudah terjadi pemikiran bahwa merupakan sesuatu yang diijinkan untuk menghapuskan pemeliharaan hari Sabat, pada waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang begitu besar dalam penghormatan terhadap Yehovah telah diperintahkan.     2)      Kita harus berbakti kepada Tuhan pada hari Sabat.   Im 23:3 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu”.   Im 19:30 - “Kamu harus memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN”.   Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai”.   Bil 28:9-10 - “(9) ‘Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya. (10) Itulah korban bakaran Sabat pada tiap-tiap Sabat, di samping korban bakaran yang tetap dan korban curahannya”.   Yeh 46:1-3 - “(1) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pintu gerbang pelataran dalam yang menghadap ke sebelah timur haruslah tertutup selama enam hari kerja, tetapi pada hari Sabat supaya dibuka; pada hari bulan baru juga supaya dibuka. (2) Raja itu akan masuk dari luar melalui balai gerbang dan akan berdiri dekat tiang pintu gerbang itu. Sementara itu imam-imam akan mengolah korban bakaran dan korban keselamatan raja itu dan ia akan sujud menyembah di ambang pintu gerbang itu, lalu keluar lagi. Dan pintu gerbang itu tidak boleh ditutup sampai petang hari. (3) Penduduk negeri juga harus turut sujud menyembah di hadapan TUHAN di pintu gerbang itu pada hari Sabat dan hari bulan baru”.   Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan berkenaan dengan ibadah / kebaktian pada hari Sabat.   a)  Sebenarnya ‘berbakti kepada Tuhan’ merupakan tujuan dari istirahat pada hari Sabat. Bukan sekedar istirahatnya semata-mata yang ditekankan, tetapi kita harus beristirahat / berhenti mengurusi urusan sehari-hari kita, supaya kita bisa menggunakan hari itu untuk berbakti kepada Tuhan.   John Murray: “The weekly sabbath is based upon the divine example; the divine mode of procedure in creation determines one of the basic cycles by which human life here on earth is regulated, namely, the weekly cycle; this sequence of six days of labour and one of rest have applied to Adam in the state of innocence ...” (= Sabat mingguan didasarkan pada teladan ilahi; cara / prosedur ilahi dalam penciptaan menentukan satu dari siklus dasar oleh mana kehidupan manusia di bumi diatur, yaitu, siklus mingguan; urutan enam hari kerja dan satu hari istirahat ini telah diterapkan kepada Adam dalam keadaan tidak berdosa) - ‘Principles of Conduct’, hal 34. John Murray: “Even in innocence man would have required time for specific worship. ... Unfallen man would need to suspend his weekly labours in order to refresh himself with the exercises of concentrated worship” (= Bahkan dalam ketidak-berdosaan manusia membutuhkan waktu tertentu untuk ibadah / kebaktian. ... Manusia yang belum jatuh ke dalam dosa butuh untuk menghentikan pekerjaan-pekerjaan mingguannya untuk menyegarkan dirinya sendiri dan pelaksanaan dari ibadah yang terkonsentrasi) - ‘Principles of Conduct’, hal 34.   Calvin (tentang Kel 20:8): “Surely God has no delight in idleness and sloth, and therefore there was no importance in the simple cessation of the labours of their hands and feet; nay, it would have been childish superstition to rest with no other view than to occupy their repose in the service of God. ... they were only called away from their own works, that, as if dead to themselves and to the world, they might wholly devote themselves to God. ... we must see what is the sum of this sanctification, viz., the death of the flesh, when men deny themselves and renounce their earthly nature, so that they may be ruled and guided by the Spirit of God” (= Jelas bahwa Allah tidak menyenangi kemalasan, dan karena itu tidak ada kepentingan dalam sekedar penghentian dari pekerjaan dari tangan dan kaki mereka; tidak, merupakan suatu takhyul yang kekanak-kanakan untuk beristirahat tanpa maksud untuk mengisi istirahat mereka dalam kebaktian / pelayanan Allah. ... mereka hanya dipanggil untuk menjauh dari pekerjaan-pekerjaan mereka sendiri, supaya, seakan-akan mati bagi diri mereka sendiri dan bagi dunia, mereka bisa membaktikan diri mereka seluruhnya kepada Allah. ... kita harus melihat intisari dari pengudusan ini, yaitu mati bagi daging, pada waktu manusia menyangkal diri mereka sendiri dan meninggalkan sifat duniawi mereka, sehingga mereka bisa diatur dan dipimpin oleh Roh Allah) - hal 434.   Calvin (tentang Kel 20:8): “the legitimate use of the Sabbath must be supposed to be self-renunciation, since he is in fact accounted to cease from his works who is not led by his own will nor indulges his own wishes, but who suffers himself to be directed by the Spirit of God” (= penggunaan yang sah dari Sabat harus dianggap sebagai penyangkalan diri sendiri, karena ia yang dianggap berhenti dari pekerjaan-pekerjaannya sebetulnya adalah ia yang tidak dibimbing oleh kehendaknya sendiri maupun menuruti pemuasan keinginannya sendiri, tetapi ia yang membiarkan dirinya diarahkan oleh Roh Allah) - hal 436.   Calvin (tentang Kel 20:8): “There is indeed no moment which should be allowed to pass in which we are not attentive to the consideration of the wisdom, power, goodness, and justice of God in His admirable creation and government of the world; but, since our minds are fickle, and apt therefore to be forgetful or distracted, God, in his indulgence providing against our infirmities, separates one day from the rest, and commands that it should be free from all earthly business and cares, so that nothing may stand in the way of that holy occupation. On this ground He did not merely wish that people should rest at home, but that they should meet in the sanctuary, there to engage themselves in prayer and sacrifices, and to make progress in religious knowledge through the interpretation of the Law” (= Memang tidak ada saat / waktu yang boleh dibiarkan berlalu dalam mana kita tidak memberi perhatian pada pertimbangan / perenungan tentang hikmat, kuasa, kebaikan, dan keadilan dari Allah dalam penciptaanNya dan pemerintahanNya atas alam semesta yang mengagumkan; tetapi karena pikiran kita plin-plan, dan karena itu condong untuk lupa atau disimpangkan, maka Allah, dalam kebaikanNya bersiap-siap untuk menghadapi kelemahan-kelemahan kita, memisahkan satu hari dari yang lainnya, dan memerintahkan bahwa hari itu harus bebas dari semua kesibukan dan kekuatiran duniawi, sehingga tidak ada apapun yang menghalangi pekerjaan / kesibukan kudus itu. Berdasarkan hal ini Ia tidak semata-mata menginginkan supaya manusia harus beristirahat di rumah, tetapi supaya mereka bertemu di tempat kudus, menyibukkan diri mereka sendiri dalam doa dan korban-korban di sana, dan untuk membuat kemajuan dalam pengetahuan agamawi melalui penafsiran dari hukum Taurat) - hal 437.   Matthew Henry (tentang Yer 17:19-27): “They must apply themselves to that which is the proper work and business of the day: ‘Hallow you the sabbath, that is, consecrate it to the honour of God and spend it in his service and worship.’ It is in order to this that worldly business must be laid aside, that we may be entire for, and intent upon, that work, which requires and deserves the whole man” (= Mereka harus menerapkan kepada diri mereka sendiri pekerjaan dan kesibukan yang benar pada hari itu: ‘Kuduskanlah hari Sabat, yaitu, kuduskanlah hari itu bagi kehormatan Allah dan habiskanlah / gunakanlah hari itu untuk pelayanan dan penyembahan / ibadah’. Adalah untuk tujuan ini maka kesibukan / urusan duniawi harus disingkirkan, supaya kita bisa sepenuhnya untuk, dan bersungguh-sungguh untuk, pekerjaan itu, yang membutuhkan / menuntut dan layak mendapatkan seluruh manusia).   Jamieson, Fausset & Brown: “the physical rest, though necessarily made prominent in the prohibitory form of the enactment ... did not certainly comprehend the whole or the chief object of the institution. Such abstinence from ‘any manner of work’ would not be equivalent to ‘keeping holy the Sabbath day.’ It is a part - an important, but not the principal, end of it, which was to afford an opportunity of worshipping God” [= istirahat fisik, sekalipun perlu ditonjolkan dalam bentuk larangan dari undang-undang ... jelas tidak meliputi seluruh hukum ataupun merupakan tujuan utama dari hukum. Tindakan menjauhkan diri dari ‘setiap bentuk pekerjaan’ seperti itu tidak akan sama dengan ‘menjaga kekudusan hari Sabat’. Itu merupakan sebagian, suatu tujuan yang penting tetapi bukan tujuan yang utama darinya, yang adalah mengadakan suatu kesempatan untuk berbakti kepada Allah].   Jadi, melakukan hal-hal dalam kebaktian, seperti berdoa, menyanyi, mendengar / belajar Firman Tuhan, dan bahkan melayani, jelas bukan dosa, tetapi bahkan merupakan hal-hal yang harus dilakukan pada hari Sabat, dan merupakan tujuan utama adanya hari Sabat.   Bdk. Maz 92:1-5 - “(1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi, (3) untuk memberitakan kasih setiaMu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam, (4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaanMu, karena perbuatan tanganMu aku akan bersorak-sorai”. Catatan: memang ayat 1 (yang saya garis-bawahi), sebetulnya bukan termasuk dalam Kitab Suci. Kalau saudara menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris maka bagian ini diletakkan di atas sebagai judul, dan ay 2 dalam Kitab Suci Indonesia merupakan ay 1 dalam Kitab Suci bahasa Inggris. Ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini merupakan sesuatu yang ditambahkan kepada mazmur ini, dan seringkali bisa membuat kita lebih mengerti latar belakang mazmur tersebut. Tetapi bagian seperti ini tidak selalu benar. Kalau ay 1 dalam Kitab Suci Indonesia ini benar, maka kontext dari bagian ini adalah ‘nyanyian untuk hari Sabat’.   Matthew Henry (tentang Maz 92): “This psalm was appointed to be sung, at least it usually was sung, in the house of the sanctuary on the sabbath day” (= Mazmur ini ditetapkan untuk dinyanyikan, setidaknya itu biasanya dinyanyikan, dalam tempat kudus pada hari Sabat).   Matthew Henry (tentang Maz 92): “The sabbath day must be a day, not only of holy rest, but of holy work, and the rest is in order to the work” (= Hari Sabat haruslah menjadi suatu hari, bukan hanya dari istirahat yang kudus, tetapi pekerjaan yang kudus, dan istirahat itu tujuannya untuk pekerjaan itu).   Jamieson, Fausset & Brown (tentang Maz 92): “this psalm is for the ‘holy convocation’ on ‘the Sabbath’ (Lev. 23:3). On it the Church is to ‘rest from her own works,’ and to ‘triumph in the Lord’s work’ (Ps. 92:4) in saving her and destroying her foes” [= mazmur ini adalah untuk ‘pertemuan kudus’ pada hari Sabat (Im 23:3). Pada hari itu Gereja harus ‘beristirahat dari pekerjaan-pekerjaannya sendiri’, dan ‘bersukacita dalam pekerjaan Tuhan’ (Maz 92:4) dalam menyelamatkannya dan menghancurkan musuh-musuhnya].   b) Kalau ada orang yang pada hari Sabat hanya beristirahat tetapi tidak berbakti, maka ada juga yang sebaliknya. Mereka berbakti, tetapi lalu bekerja lagi setelah kebaktian itu selesai. Atau, mereka bekerja dulu, dan lalu pada sore hari baru berbakti kepada Tuhan  / ke gereja. Ini tetap salah, karena seluruh hari Sabat itu harus untuk Tuhan.   Thomas Watson: “The Lord forbade manna to be gathered on the Sabbath. ... One might think it would have been allowed, as manna was the ‘staff of their life;’ and the time when it fell was between five and six in the morning, so that they might have gathered it betimes, and all the rest of the Sabbath might have been employed in God’s worship; and besides, they needed not to have taken any great journey for it, for it was but stepping out of their doors, and it fell about their tents: and yet they might not gather it on the Sabbath: and for purposing only to do it, God was very angry” (= Tuhan melarang manna dikumpulkan pada hari Sabat. ... Seseorang bisa berpikir bahwa itu akan diijinkan, karena manna merupakan ‘bahan pokok dari kehidupan mereka’; dan saat dimana manna itu jatuh adalah di antara pk 5 dan pk 6 pagi, sehingga mereka bisa mengumpulkannya sangat pagi, dan seluruh sisa dari hari Sabat bisa digunakan dalam ibadah kepada Allah; dan disamping itu, mereka tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh untuk hal itu, karena mereka hanya perlu melangkah keluar pintu mereka dan manna itu jatuh di sekitar tenda-tenda mereka: tetapi toh mereka tidak boleh mengumpulkan manna itu pada hari Sabat: dan hanya karena adanya maksud seperti itu sudah membuat Allah sangat marah) - ‘The Ten Commandments’, hal 99.   c)  Sebetulnya, pergi ke gereja pada hari Sabat / Minggu itu bukan hanya merupakan kewajiban kita, tetapi juga kebutuhan kita.   Thomas Watson: “The Sabbath-day is for our interest; it promotes holiness in us. The business of week-days makes us forgetful of God and our souls: the Sabbath brings him back to our remembrance” (= Hari Sabat adalah untuk kepentingan kita; itu memajukan kekudusan dalam diri kita. Kesibukan dari hari-hari dalam minggu itu membuat kita lupa kepada Allah dan jiwa kita: hari Sabat membawa Dia kembali pada ingatan kita) - ‘The Ten Commandments’, hal 94.   Seseorang mengatakan: “After looking at the earth for six days we need the Lord’s day to look up” (= Setelah melihat pada bumi / dunia selama 6 hari, kita membutuhkan hari Tuhan untuk melihat ke atas).   d) Kita harus berbakti kepada Tuhan di gereja (Im 19:30  26:2  Luk 4:16). Im 19:30 - “Kamu harus memelihara hari-hari sabatKu dan menghormati tempat kudusKu; Akulah TUHAN”. Im 26:2 - “Kamu harus memelihara hari-hari SabatKu dan menghormati tempat kudusKu, Akulah TUHAN”. Luk 4:16 - “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”.   Dari 2 ayat dalam kitab Imamat di atas bisa terlihat dengan jelas bahwa ‘pemeliharaan hari Sabat’ dihubungkan dengan tindakan ‘menghormati tempat kudus Allah’. Jadi, jelas bahwa pada hari Sabat kita memang harus berbakti kepada Tuhan. Jadi, berbakti kepada Tuhan, bukanlah sekedar merupakan anjuran, tetapi merupakan suatu keharusan. Jadi, kalau kita tidak melakukannya, kita berdosa.   Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:   1.  Kita tidak boleh berbakti di rumah sendiri (kecuali kalau rumah saudara memang dijadikan gereja). Ada orang-orang yang berbakti kepada Tuhan di rumahnya sendiri (membaca Kitab Suci sendiri, berdoa sendiri, menyanyi sendiri, dsb). Dengan adanya Mimbar agama Kristen di TV pada hari Minggu, hal ini bisa dilakukan oleh makin banyak orang.   Tetapi ini bukan cara berbakti yang benar, dan ini terlihat dari:   a.  Ul 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”.   Sebelum jaman Musa, maka tempat ibadah kepada Tuhan belum ditetapkan, dan karena itu orang boleh beri­badah di mana-mana. Tetapi sejak jaman Musa, Tuhan menetapkan satu tempat ibadah tertentu. Tetapi penetapan tempatnya juga bisa berubah. ·        pada jaman Israel ada di padang gurun, tentu saja Kemah Sucinya berpindah-pindah sesuai dengan keberadaan mereka. ·        pada jaman Eli dan Samuel, Kemah Suci ada di Silo (1Sam 1:3,9,24  1Sam 2:14  1Sam 3:21  1Sam 4:3). ·        pada jaman Daud, Kemah Suci dipindahkan ke Yerusalem (2Sam 6).   Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, tidak ada tempat yang ditetapkan. Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.   Kata-kata ‘menyembah dalam roh’ di sini dikontraskan dengan kata-kata ‘menyembah secara lahiriah’. Contoh penyembahan yang lahiriah adalah penekanan tempat tertentu untuk ibadah, doa dsb (dalam kontex ini jelas inilah yang dimaksud. Bdk. ay 21). Dari sini jelas bahwa: ¨       Orang kristen tidak punya tempat / kota suci. Jadi, Yerusalem, maupun Israel / Kanaan bukan merupakan tempat suci bagi orang kristen! ¨       Orang kristen tidak harus berbakti di gedung gereja. Rumah, restoran, ruang senam, lapangan, atau tempat manapun / apapun, boleh dipakai sebagai tempat untuk berbakti. Catatan: kalau pemerintah melarang hal-hal itu, itu lain urusan. Tetapi Kitab Suci sendiri tidak pernah melarang kebaktian di tempat-tempat seperti itu. ¨       Orang kristen tidak perlu pergi ke suatu tempat tertentu (misalnya bukit doa) kalau mau berdoa. Memang kita harus mencari tempat yang sunyi, tetapi bukan tempat tertentu. ¨       Orang kristen tidak perlu pergi ke tempat tertentu untuk menda­pat berkat tertentu. Bandingkan dengan Gereja Roma Katolik dengan Lourdes-nya, dan juga orang-orang yang mempercayai Toronto Blessing dengan Toronto-nya.   b.  Im 23:3 - “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu”. Kata-kata ‘hari pertemuan kudus’ dalam terjemahan bahasa Inggris adalah sebagai berikut: KJV: ‘an holy convocation’ (= suatu pertemuan kudus). RSV/NASB: ‘a holy convocation’ (= suatu pertemuan kudus). NIV: ‘a day of sacred assembly’ (= suatu hari pertemuan keramat / kudus). Jadi, semua terjemahan mengandung kata ‘pertemuan’, dan itu jelas menunjuk pada ibadah bersama, bukan sendiri-sendiri.   c.  Adanya Kemah Suci atau Bait Suci. Kalau Tuhan memang menghendaki setiap orang percaya berbakti sendiri-sendiri di rumah masing-masing, untuk apa didirikan Kemah Suci / Bait Allah?   d.  Adanya hamba-hamba Tuhan. Kalau memang Tuhan menghendaki setiap orang percaya berbakti di rumahnya masing-masing, apa gunanya Tuhan menetapkan adanya hamba Tuhan / gembala (Ef 4:11), penatua dan diaken (1Tim 3:1-13), dsb? Ef 4:11 - “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”. 1Tim 3:1-13 - “(1) Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.’ (2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (4) seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (5) Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? (6) Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. (7) Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (8) Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, (9) melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. (10) Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. (11) Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. (12) Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (13) Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa”. Kis 14:23 - “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”. 1Tim 5:17 - “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”.   e.  Tidak bisanya kita bersekutu dengan saudara seiman, kalau kita berbakti sendiri di rumah masing-masing. Perlu diingat bahwa Kristen sangat menekankan persekutuan dengan saudara seiman. Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.   A. T. Robertson: “‘As the custom of some is.’ ... Already some Christians had formed the habit of not attending public worship, a perilous habit then and now” (= ‘seperti dibiasakan oleh beberapa orang’. ... Sudah ada sebagian orang Kristen yang membentuk kebiasaan untuk tidak menghadiri kebaktian umum, suatu kebiasaan yang membahayakan, dulu maupun sekarang).   Wycliffe Bible Commentary: “When Christians meet together, they exhort each other to fruitful service and unbroken fellowship. The danger of apostasy lurks in the failure of believers to meet together for mutual help” (= Pada waktu orang-orang kristen berkumpul / bertemu bersama-sama, mereka saling menasihati bagi pelayanan yang penuh buah dan persekutuan yang utuh. Bahaya dari kemurtadan mengintip dalam kegagalan orang-orang percaya untuk bertemu bersama-sama untuk saling menolong).   Barnes’ Notes: “it refers to public worship. ... The command, then, here is, to meet together for the worship of God, and it is enjoined on Christians as an important duty to do it. It is implied, also, that there is blame or fault where this is ‘neglected.’ ... Why those here referred to neglected public worship, is not specified. It may have been from such causes as the following. (1) some may have been deterred by the fear of persecution, as those who were thus assembled would be more exposed to danger than others. (2) some may have neglected the duty because they felt no interest in it - as professing Christians now sometimes do. (3) it is possible that some may have had doubts about the necessity and propriety of this duty, and on that account may have neglected it. (4) or it may perhaps have been, though we can hardly suppose that this reason existed, that some may have neglected it from a cause which now sometimes operates - from dissatisfaction with a preacher, or with some member or members of the church, or with some measure in the church. Whatever were the reasons, the apostle says that they should not be allowed to operate, but that Christians should regard it as a sacred duty to meet together for the worship of God. None of the causes above suggested should deter people from this duty. With all who bear the Christian name, with all who expect to make advances in piety and religious knowledge, it should be regarded as a sacred duty to assemble together for public worship. Religion is social; and our graces are to be strengthened and invigorated by waiting together on the Lord. There is an obvious propriety that people should assemble together for the worship of the Most High, and no Christian can hope that his graces will grow, or that he can perform his duty to his Maker, without uniting thus with those who love the service of God” [= ini menunjuk pada kebaktian umum. ... Jadi, di sini diperintahkan untuk bertemu bersama-sama untuk menyembah Allah / berbakti kepada Allah, dan hal itu diperintahkan kepada orang-orang kristen sebagai suatu kewajiban yang penting untuk dilakukan. Secara tak langsung, juga terlihat bahwa ada kesalahan pada waktu hal itu diabaikan. ... Mengapa mereka yang dibicarakan di sini mengabaikan kebaktian umum, tidak dinyatakan. Itu bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab sebagai berikut. (1) sebagian mungkin dihalangi oleh rasa takut terhadap penganiayaan, karena mereka yang berkumpul seperti itu akan lebih terbuka terhadap bahaya dari pada yang lain. (2) sebagian mungkin telah mengabaikan kewajiban ini karena mereka tidak merasa ingin melakukannya - seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen pada jaman sekarang. (3) adalah mungkin bahwa sebagian mungkin mempunyai keragu-raguan tentang keharusan dan kebenaran dari kewajiban ini, dan karena itu telah mengabaikannya. (4) atau itu mungkin, sekalipun kita hampir tidak bisa menganggap bahwa alasan ini ada pada saat itu, bahwa sebagian telah mengabaikannya dari suatu penyebab yang pada jaman sekarang beroperasi - dari ketidak-puasan / ketidak-senangan terhadap sang pengkhotbah, atau terhadap jemaat tertentu dari gereja, atau terhadap tindakan-tindakan tertentu dalam gereja. Apapun alasannya, sang rasul mengatakan bahwa hal-hal itu tidak boleh diijinkan untuk beroperasi, tetapi bahwa orang-orang kristen harus menganggapnya sebagai suatu kewajiban yang sakral / kudus untuk bertemu bersama-sama bagi penyembahan terhadap Allah. Tidak ada dari penyebab-penyebab di atas yang boleh menahan orang-orang dari kewajiban ini. Bersama-sama dengan semua orang yang disebut orang Kristen, bersama-sama dengan semua orang yang berharap untuk maju dalam kesalehan dan pengetahuan agamawi, itu harus dianggap sebagai suatu kewajiban kudus untuk bertemu bersama-sama untuk melakukan kebaktian umum. Agama merupakan sesuatu yang bersifat sosial; dan kasih karunia kita harus dikuatkan dan disegarkan dengan bersama-sama melayani Tuhan. Ada kebenaran / kepantasan yang jelas bahwa orang-orang harus berkumpul bersama-sama bagi penyembahan terhadap Yang Maha Tinggi, dan tidak ada orang Kristen bisa berharap bahwa kasih karunianya akan bertumbuh, atau bahwa ia bisa melakukan kewajibanya kepada Penciptanya, tanpa bersatu seperti itu bersama mereka yang mencintai pelayanan / ibadah kepada Allah].   2.  Yang dimaksud ‘gereja’ adalah persekutuan orang kristen, bukan gedungnya. Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”. Kata ‘jemaat’ seharusnya adalah ‘gereja’, dan yang disebut dengan ‘gereja’ sebetulnya bukanlah ‘gedung’nya tetapi ‘orang’nya. Bandingkan dengan kata-kata selanjutnya dalam 1Kor 1:2 - ‘yaitu mereka yang dikuduskan’.   Jadi, sekalipun kebaktian itu tidak diadakan di gedung gereja, tetapi di restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak jadi soal, selama orang-orang yang mengikuti kebaktian itu adalah orang-orang kristen yang sejati (biarpun tidak semuanya, karena pasti ada lalang di antara gandum), itu tidak jadi soal. Sekarang ada gereja-gereja (biasanya yang sudah mapan) yang mengajar jemaatnya bahwa kebaktian di ruko, restoran, hotel, rumah, dsb, itu tidak sah. Kebaktian yang sah hanyalah kebaktian yang diadakan di gedung gereja. Ini adalah omong kosong yang busuk dan kurang ajar! Ingat bahwa orang kristen abad pertama juga tidak mempunyai gedung gereja, sehingga mereka berbakti di rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat berbakti. Kalau itu semua tidak sah, maka boleh dikatakan semua orang Kristen abad-abad awal, dan juga semua rasul-rasul, melakukan kebaktian yang tidak sah!   3.  Dalam berbakti kepada Tuhan kita harus memilih gereja yang benar, karena kalau tidak, itu bukan berbakti kepada Tuhan. Jadi, kita harus memilih gereja yang benar, yaitu gereja yang betul-betul percaya, tunduk dan mengajarkan Firman Tuhan, sebagai tempat kita berbakti.   Bdk. 1Kor 1:2 - “kepada jemaat (gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”. Adalah sesuatu yang aneh bahwa Paulus tetap menyebut gereja Korintus yang bejat ini dengan sebutan ‘gereja’. Paulus yakin akan hal itu karena apa yang dialaminya dalam Kis 18:9-10 - “(9) Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: ‘Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! (10) Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.’”. Karena itulah ia yakin bahwa di tengah-tengah banyak orang kristen yang brengsek di gereja ini pasti ada sedikit yang tetap setia, dan dengan demikian gereja yang penuh dengan cacat cela ini tetap adalah gereja Tuhan. Jadi, dalam persoalan menilai suatu gereja itu benar atau sesat, kita harus menghindari 2 pandangan / sikap extrim yang salah:   a.  Pandangan bahwa suatu gereja baru bisa disebut gereja kalau gereja itu sempurna dan tidak ada cacat celanya. Tidak ada gereja seperti itu di dunia. Calvin (tentang 1Kor 1:2): “it is a dangerous temptation to think that there is no Church at all where perfect purity is not to be seen. For the man that is prepossessed with this notion, must necessarily in the end withdraw from all others, and look upon himself as the only saint in the world, or set up a peculiar sect in company with a few hypocrites” (= merupakan suatu pencobaan yang berbahaya untuk berpikir bahwa di sana tidak ada Gereja sama sekali dimana kemurnian yang sempurna tidak terlihat. Karena orang yang dikuasai oleh pikiran ini, pada akhirnya pasti menarik dari semua yang lain, dan memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya orang suci di dunia, atau mendirikan suatu sekte khusus bersama dengan beberapa / sedikit orang-orang yang munafik) - hal 51. Ini perlu diingat dan dicamkan, khususnya oleh orang-orang kristen tertentu, yang selalu berpindah gereja pada saat melihat adanya ketidak-beresan tertentu dalam gerejanya / pendetanya.   b.  Pandangan bahwa semua gereja adalah gereja. Ini salah karena jelas ada gereja-gereja sesat yang bukanlah gereja dalam pandangan Tuhan. Bahwa tidak semua ‘gereja’ adalah ‘gereja’ di hadapan Tuhan, terlihat dari:   ·        istilah ‘jemaah Iblis’ dalam Wah 2:9 dan Wah 3:9. Wah 2:9 - “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”. Wah 3:9 - “Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the synagogue of Satan’ (= sinagog Setan). Dalam Bil 16:3  Bil 20:4  Bil 31:16 Israel disebut sebagai ‘jemaah / umat TUHAN’. Kata ‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang arti hurufiahnya adalah ‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata ini seakan-akan Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’, padahal sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’. Mereka ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah anak-anak setan. Leon Morris (Tyndale) (tentang Wah 2:9): “This unusual expression means that their assembly for worship does not gather God’s people but Satan’s” (= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi umat Setan) - hal 64. Thomas Becon: “For commonly, wheresoever God buildeth a church, the devil will build a chapel just by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118. Daniel Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120: “Wherever God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,) The Devil always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;) And ‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,) The latter has the largest congregation” (= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar).   ·        istilah ‘rumahmu’ (bukan ‘rumahKu’ atau ‘rumah BapaKu’) yang digunakan oleh Yesus dalam Mat 23:38 untuk menunjuk kepada Bait Allah. Mat 23:38 - “Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.   Perlu diingat bahwa kalau kita berbakti di gereja yang sesat, maka:   ¨       Tuhan tidak menganggap bahwa saudara sudah berbakti kepadaNya. Bdk. Yeh 23:38-39 - “(38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudusKu pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. (39) Dan sedang mereka menyembelih anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudusKu dan melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di dalam rumahKu”. Perhatikan bahwa ay 39 mengatakan bahwa mereka datang ke rumah Allah, tetapi mereka menyembah berhala dan menyembelih anak-anak mereka bagi berhala / dewa. Jelas mereka sesat, dan karena itu, sekalipun mereka datang ke rumah Allah, Allah tetap menganggap mereka menajiskan tempat kudus / rumah Allah dan melanggar kekudusan Sabat (ay 38).   ¨       Kita mendukung dan memberi semangat kepada gereja sesat itu. Kehadiran kita membuat yang hadir bertambah banyak, dan itu memberi semangat yang cukup besar kepada mereka. Apalagi kalau pada acara persembahan kita mau memberi persembahan kepada gereja sesat itu!   Jadi, kalau saudara sadar bahwa gereja saudara adalah gereja yang sesat, maka saudara harus meninggalkan gereja itu, dan pindah ke gereja yang benar. Kalau saudara segan untuk meninggalkan gereja saudara, padahal saudara tahu bahwa gereja saudara itu sesat, apapun alasannya, maka saudara perlu merenungkan pertanyaan ini secara serius: ‘Apakah aku mengikut Kristus, atau mengikut gerejaku?’.   Saya akan memberikan komentar dari beberapa penafsir tentang berbakti di gereja yang tidak benar. Kedua penafsir di bawah ini memberikan komentar tentang Luk 4:16 yang berbunyi sebagai berikut: “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”.   Adam Clarke (tentang Luk 4:16): “Our Lord regularly attended the public worship of God in the synagogues; for there the Scriptures were read: other parts of the worship were very corrupt; but it was the best at that time to be found in the land. To worship God publicly is the duty of every man, and no man can be guiltless who neglects it. If a person cannot get such public worship as he likes, let him frequent such as he can get. Better to attend the most indifferent than to stay at home, especially on the Lord’s day. The place and the time are set apart for the worship of the true God: if others do not conduct themselves well in it, that is not your fault, and need not be any hindrance to you. You come to worship God -  do not forget your errand - and God will supply the lack in the service by the teachings of his Spirit” (= Tuhan kita secara teratur menghadiri kebaktian umum Allah di sinagog-sinagog; karena di sana Kitab Suci dibacakan: bagian-bagian lain dari kebaktian itu sangat buruk / rusak; tetapi itu adalah yang terbaik pada saat itu yang bisa ditemukan di negara itu. Menyembah Allah berbakti kepada Allah secara umum merupakan kewajiban dari setiap orang, dan tidak ada orang bisa tidak bersalah kalau ia mengabaikannya. Jika seseorang tidak bisa mendapatkan kebaktian seperti yang ia inginkan, biarlah ia pergi secara tetap ke tempat yang bisa ia dapatkan. Lebih baik untuk menghadiri kebaktian / gereja yang paling acuh tak acuh dari pada tinggal di rumah, khususnya pada hari Tuhan. Tempat dan waktu dipisahkan untuk berbakti kepada Allah yang benar; jika orang-orang lain tidak bertingkah laku benar di dalamnya, itu bukan salahmu, dan tidak perlu menjadi penghalang bagimu. Kamu datang untuk berbakti kepada Allah - jangan melupakan tujuanmu - dan Allah akan menyuplai kekurangan dalam kebaktian itu oleh pengajaran RohNya).   Barnes’ Notes (tentang Luk 4:16): “From this it appears that the Saviour regularly attended the service of the synagogue. In that service the Scriptures of the Old Testament were read, prayers were offered, and the Word of God was explained. ... There was great corruption in doctrine and practice at that time, but Christ did not on that account keep away from the place of public worship. From this we may learn: 1. That it is our duty ‘regularly’ to attend public worship. 2. That it is better to attend a place of worship which is not entirely pure, or where just such doctrines are not delivered as we would wish, than not attend at all. ... At the same time, this remark should not be construed as enjoining it as our duty to attend a place where the ‘true’ God is not worshipped, or where he is worshipped by pagan rites and pagan prayers. If, therefore, the Unitarian does not worship the true God, and if the Roman Catholic worships God in a manner forbidden, and offers homage to the creatures of God also, thus being guilty of idolatry, it cannot be a duty of a man to attend on such a place of worship” (= Dari sini kelihatan bahwa sang Juruselamat secara teratur menghadiri kebaktian di sinagog. Dalam kebaktian itu Kitab Suci Perjanjian Lama dibacakan, doa dinaikkan, dan Firman Allah dijelaskan. ... Di sana ada keburukan / kerusakan yang besar dalam doktrin dan praktek pada jaman itu, tetapi hal itu tidak menyebabkan Kristus menjauhi tempat ibadah itu. Dari sini bisa kita pelajari: 1. Bahwa merupakan kewajiban kita untuk secara teratur menghadiri kebaktian umum. 2. Bahwa lebih baik untuk menghadiri suatu tempat ibadah / kebaktian yang tidak sepenuhnya murni, atau dimana ajaran-ajaran tidak diberikan seperti yang kita inginkan, dari pada tidak menghadiri kebaktian sama sekali. ... Pada saat yang sama, kata-kata ini tidak boleh ditafsirkan sebagai memerintahkan hal itu sebagai kewajiban kita untuk menghadiri suatu tempat ibadah dimana yang disembah bukanlah Allah yang benar, atau dimana Ia disembah dengan upacara-upacara kafir dan doa-doa kafir. Karena itu, jika Unitarian tidak menyembah Allah yang benar, dan jika Roma Katolik menyembah Allah dengan cara yang dilarang, dan juga memberikan penghormatan kepada makhluk-makhluk ciptaan dari Allah, dan dengan demikian bersalah dalam hal pemberhalaan, maka tidak bisa merupakan kewajiban seseorang untuk menghadiri tempat ibadah seperti itu) - hal 196. Catatan: ‘Unitarian’ mempercayai bahwa Allah itu tunggal secara mutlak, dan dengan demikian menyangkal keilahian Kristus, dan doktrin Allah Tritunggal.   Jadi, memang lebih baik berbakti di gereja yang jelek (bukan yang sesat) dari pada tidak berbakti sama sekali. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita boleh berbakti di gereja yang betul-betul sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, dan menurut Barnes, Gereja Roma Katolik.   e) Satu hal lain yang perlu disadari adalah bahwa membolos dari kebaktian Minggu, bukan hanya merupakan suatu dosa, tetapi juga merupakan suatu tindakan yang sangat kurang ajar kepada Tuhan. Illustrasi: Ada seorang melihat seorang pengemis. Ia kasihan dan ingin memberinya uang. Dalam kantongnya ada 7 keping uang, dan ia lalu memberikan 6 keping kepada pengemis itu, dan menyisakan 1 keping untuk dirinya sendiri. Tetapi pengemis itu, yang melihat bahwa orang itu menyisakan satu keping untuk dirinya sendiri, lalu menyambar sisa yang 1 keping itu, dan lari. Ini betul-betul menunjukkan orang yang kurang ajar bukan? Tetapi itu coba bandingkan dengan analoginya: Allah mempunyai 7 hari, dan ia memberikan 6 hari bagi kita untuk bekerja, belajar, mengurus urusan-urusan kita dsb. Ia hanya menyisakan satu hari bagi diriNya sendiri, yaitu hari Sabat. Tetapi kita sering lalu menyambar hari yang satu itu dari tangan Allah, dan tetap menggunakannya untuk diri kita sendiri! Apa bedanya orang yang membolos dari kebaktian dengan pengemis yang kurang ajar tadi?   f)  Alasan yang tidak sah dan yang sah untuk tidak berbakti pada hari Sabat.   1.      Alasan yang tidak sah. Hal-hal di bawah ini bukanlah alasan yang sah untuk membolos dari kebaktian hari Minggu, dan karena itu jangan membolos dari kebaktian hari Minggu, dengan alasan-alasan yang sangat umum di bawah ini: ·        ada tamu. ·        arisan / pertemuan RT / RW. ·        kerja bakti. ·        bekerja / lembur. ·        belajar. ·        piknik / keluar kota. ·        pergi ke pesta HUT. ·        ada acara dari ‘para-church’ (persekutuan, dsb). Para pemimpin maupun pengikut dari para-church ini harus menyadari bahwa para-church didirikan untuk mendukung gereja, dan bukannya untuk menyaingi gereja. Karena itu mereka seharusnya tidak mengadakan acara pada hari Minggu! ·        saudara merasa sudah mengikuti ‘kebaktian’ Pernikahan. Ingat bahwa upacara pernikahan di gereja sebetulnya bukanlah suatu kebaktian! Saya berpendapat bahwa hari Minggu bukanlah hari untuk menikah, tetapi untuk berbakti. Orang kristen seharusnya tidak menikah pada hari Minggu! Mengapa? Karena ini bukan hanya menyebabkan pengantinnya tidak bisa berbakti, tetapi juga menyebabkan banyak orang berdosa karena membolos dari kebaktian.   2.      Alasan yang sah. Alasan yang sah untuk tidak pergi ke kebaktian adalah kalau saudara sakit, dan itupun tentu bukan sembarang sakit. Sakitnya harus cukup berat (sehingga memang tidak memungkinkan saudara untuk berbakti atau berkonsentrasi dalam kebaktian), atau menular dan membahayakan. Sedangkan alasan yang lain adalah kalau terjadi hal-hal yang memang sangat extrim, seperti bencana alam, banjir yang hebat, atau kerusuhan massal.     -AMIN- e-mail us at golgotha_ministry0@yahoo.com  

Monday, May 20, 2019

Accusations in Jesus

Open your eyes all of you who are blind




Written by Gil Student

Bastard

Harlot

Died Young

Balaam

Beginning

Conclusion

Historians

Jesus in Hell

The Accusation Insults Against Blessed Mary, Sanhedrin 106a, says Jesus' mother was a whore: "She who was the descendant of princes and governors played the harlot with carpenters." Also in footnote #2 to Shabbat 104b it is stated that in the "uncensored" text of the Talmud it is written that Jesus mother, "Miriam the hairdresser," had sex with many men. "Jesus was a bastard born of adultery." (Yebamoth 49b, p.324).  "Mary was a whore: Jesus (Balaam) was an evil man." (Sanhedrin 106a &b, p.725).  "Jesus was a magician and a fool. Mary was an adulteress". (Shabbath 104b, p.504).
The reference to Shabbat 104b will be taken up in the section on the Jesus narrative.

The Text Mishnah Yevamot 4:18  R. Shimon ben Azzai said: I found a book of geneologies in Jerusalem and in it is written "The man Plony is a bastard."
This is claimed to be a reference to Jesus. However, this claim is patently ridiculous.  The Mishnah was most likely referring to a famous person and, due to the lack of any practical ramifications, his name was left out by the compilers of the Mishnah.  Plony is a biblical term used similar to John Doe today (cf. Ruth 4:1).  The keeping of geneological records was very common in talmudic times so that regular Jews did not marry bastards and violate the biblical prohibition (Deuteronomy 23:3).

Investigations into lineage and proclamations of bastardy were not uncommon (cf. Nehemiah 7:5; Talmud Kiddushin 70b-71a).  There is no reason  to assume that this refers to Jesus.

Gustaf Dalman rejects the assertion that this Mishnah refers to Jesus [Dalman, Die Worte Jesus (Liepzig: Hinrichs, 1898), p. 4 n. 2]. Similarly, RT Herford calls this suggestion "doubtful and probably unfounded" [Herford, "Jesus in Rabbinical Literature", The Universal Jewish Encyclopedia, vol. 6 pp. 87-88].  Johann Maier calls it "odd speculation" [Maier, Jesus von Nazareth in der talmudischen Uberlieferung, p. 50].  All of this is cited approvingly by John P. Meier in his highly acclaimed A Marginal Jew, vol. I p. 108 n. 53.  See also Avraham Korman's discussion in Zeramim Vekitot Beyahadut, pp. 348-349.

The Text Sanhedrin 106a  R. Yochanan said (regarding Balaam): In the beginning a prophet, in the end a sorcerer. Rav Papa said: As people say, "She was the descendant of princes and rulers, she played the harlot with carpenters."
Here we come to the common distortion that references in the talmud to Balaam are really veiled references to Jesus.  As we shall soon see, Balaam is not a talmudic codeword for Jesus.  Therefore, the passage above is referring solely to Balaam and not to Jesus.  Besides this fact, read the passage closely and you will see that Rav Papa is offering a parable that explains R. Yochanan's statement.  It is impossible to read R. Yochanan's statement as referring to Jesus and Rav Papa's as referring to Jesus' mother.

R. Yochanan is saying that Balaam had tremendous potential and started out as a true prophet of G-d.  However, he turned to evil and in the end of his life became a sorcerer (i.e. user of black magic).  This tradition regarding Balaam's descent was also recorded in the Tanchuma [Balak, 5] and in Yalkut Shimoni [Numbers, 771].

Rav Papa adds a parable to explain this.  Consider a woman who is married to a powerful ruler who leads their people out into battle. She is used to being the wife of someone strong, whose powerful hands can skillfully manipulate a sword and overcome any opponents. If her husband were to die she would still want to marry someone in a similar position of leadership and strength. Even if this widow is continually passed over by those she wishes to marry, she will still strive for her former glory, and will even marry a carpenter who, while not leading his countrymen out into battle, still must skillfully handle tools. Even when the ability to reach her old glory is obviously absent, she will still try everything possible to reach any position that remotely resembles it.

Similarly, Balaam started out as a man with prophecy (like a prince or ruler). He was capable of seeing the future and even manipulating it through his curses and blessings. However, when he lost that gift when G-d removed his prophecy, Balaam still wanted to see the future, even resorting to such pale comparisons as sorcery and black magic (like a carpenter).

This passage has absolutely nothing to do with Jesus and there is certainly no insult implied towards Mary.

Cf. R. Meir HaLevi Abulafia, Yad Ramah, Sanhedrin ad. loc.; Ephraim Urbach, "Rabbinic Exegesis About Gentile Prophets And The Balaam Passage" (Hebrew), Tarbitz (25:1956), p. 284 n. 56.

The Accusation Gloats over Jesus Dying Young, A passage from Sanhedrin 106 gloats over the early age at which Jesus died: "Hast thou heard how old Balaam (Jesus) was?--He replied: It is not actually stated but since it is written, Bloody and deceitful men shall not live out half their days it follows that he was thirty-three or thirty-four years old."

The Passage Sanhedrin 106b  A sectarian said to R. Chanina: Do you know how old Balaam was? [R. Chanina] replied: It is not written.  However, since it says (Psalms 55:24) "Men of bloodshed and deceit will not live out half their days..." he was 33 or 34.  [The heretic] said: You said well.  I have seen the chronicle of Balaam and it said "At 33 years Balaam the lame was killed by Pinchas (Phineas) the robber."
Again we see the assumption that Balaam is a codeword for Jesus. Here the connection is that Jesus died at the age of 33, and this passage says that Balaam died at that age also.  Also, Pinchas and Pontius Pilate both have the letter "P" in their names.  Even if this passage refers to Jesus, which it does not, I do not see any gloating.

However, historians generally agree that this passage does not refer to Jesus.  The following is taken from Encyclopedia Judaica ("Jesus", vol. 10 p. 16) [transliteration from Hebrew changed for consistency]:

However, it is impossible to imagine that a Christian would ask a Jew how old Jesus was, and call the Gospel Balaam's Chronicle or that Pontius Pilate, who is not mentioned even once in the whole of rabbinic literature, should be referred to as Pinchas the robber.  The sectarian referred to was merely a member of a Gnostic sect who was testing whether Chanina could answer a question that was not answered in the Torah.

Balaam's Chronicle was an apocryphal book on Balaam.  These books often adopted an unfavorable attitude to the patriarchs and the prophets and it was possible that Pinchas of the Bible was called in them Pinchas the robber.

Cf. Urbach, ibid., p. 284; W. Bacher, Jewish Quarterly Review O.S. 3, pp. 456-457; Chanoch Zundel Ben Yosef, Eitz Yosef to Ein Ya'akov, Sotah 11a sv Balaam.

To clarify the issue, let us now address the general claim that Balaam is a talmudic codeword for Jesus.

Balaam

Balaam in rabbinic literature is one of the archetype villains. As we shall see, he was a powerful man whose prophecy and closeness with G-d gave him potential to do much good.  However, he chose to use those gifts towards evil.  Because of his terrific potential that was utterly twisted, his heavenly abilities that were perverted towards wrongdoing, he is considered the prime example of corruption.

Some scholars have suggested that Balaam is a codeword in talmudic literature for Jesus.  However, we will show that Balaam is considered the paragon of evil in passages that cannot refer to Jesus and from these passages

we can see that there is no compelling reason to read other similar passages as referring to Jesus.  Indeed, reading these passages as referring to Jesus would be breaking with the established understanding of the talmud.

Sifrei on Deuteronomy 34:10 "Never again did there arise in Israel a prophet like Moses" - But in other nations there did arise.  Who? Balaam the son of Beor. But there is a difference between Moses's prophecy and Balaam's prophecy. Moses did not know who spoke to him but Balaam knew who spoke to him, as it says (Numbers 24:16) "The words of the one who hears the sayings of      G-d..." Moses did not know when G-d would speak to him until he was spoken to but Balaam knew when He would speak, as it says (ibid.) "Who knows the knowledge of the Supreme One..." With Moses, G-d would not speak to him until he was standing, as it says (Deuteronomy 5:28) "But as for you, stand here with Me..."  But with Balaam, G-d would speak to him even while fallen, as it says (Numbers 24:4) "Who sees the vision of the Almighty, while fallen with uncovered eyes."
We see here a clear reference to the biblical Balaam.  The descriptions of his awesome prophetic powers, greater than Moses's, are inferred from verses describing the biblical Balaam.  There is no way that this passage can refer to Jesus or to Yeshu.

Avot DeRabbi Natan 2:5  Why is Job called (Job 1:8) "A perfect and upright man?"  To teach us that he was born circumcised.  Adam was also born circumcised as it says (Genesis 1:27) "So G-d created man in His image..."  Seth was also born circumcised as it says (ibid. 5:2 ) "He begot in his likeness and his image..."  Noah was also born circumcised... Shem was also born circumcised...  Jacob was also born circumcised...  Joseph was also born circumcised...  Moses was also born circumcised...Even the wicked Balaam was born circumcised...  Samuel was also born circumcised...  David was also born circumcised...  Jeremiah was also born circumcised...  Zerubabel was also born circumcised...
The Talmud here is working with the understanding that circumcision is the final step in the creation of a man.  An uncircucised man is not quite complete and G-d gave it to us to finish the job and complete the creation of man by circumcising him.  However, there were some people born with such potential for greatness and perfection that they

were born already circumcised.  They were born destined for perfection.

Among this list of heroes, this list of righteous and holy leaders, is Balaam.  He was born with the potential for greatness which he unfortunately perverted towards evil with his free will.

It is clear, however, based on the chronological order, that this refers to the biblical Balaam and not Jesus or Yeshu.  Both Jesus and Yeshu would have been listed after David, Jeremiah, and Zerubabel.

Talmud Sanhedrin 106a Numbers (24:14) "Come, I shall advise you..."  Rabbi Abba bar Kahana said:  [Balaam] said to them: Their G-d hates promiscuity and they desire flaxen clothes.  Let me give you this advice.  Make tents and put old prostitutes in front of them and young ones inside...When the Jews are walking in the market, the old lady offers to sell them clothes at market value and the young one offers it cheaper.  After two or three times she tells him that he is already a comfortable visitor and should choose what he wants, all the while a bottle of Amonite wine sitting beside her.  She offers him a glass of wine.  After he drinks it will burn him up and he will ask for sex.  She will take out her idol and demand that he worship it first.  He will say that he is a Jew and she will say that all she is asking is that he defecate [and he will not know that this is the worship of that idol].  She will also say that she will not sleep with him until he denounces the Torah of Moses.
This passage discusses the surprising transition in the biblical narrative from Balaam's prophecy (Numbers 24) directly into (Numbers 25:1) "Israel settled in the Shittim and the people began to commit harlotry with the

daughters of Moab."  The talmud's explanation is that Balaam, the paid advisor of Moab (see Numbers 22), showed the Moabites how and why to entice the Jewish men into harlotry.

This passage is clearly about Balaam and it describes both his cleverness and his despicability.  There are many more passages that show that Balaam is considered by the talmud to be both a powerful and utterly wicked man who earned the title of most hated villain.

Mishnah Avot 5:19 Whosoever possesses these three qualities belongs to the disciples of Abraham our father: a generous eye, a humble spirit, and a meek soul. But he who possesses the three opposite qualities -- an evil eye, a proud spirit, and a haughty soul -- is of the disciples of Balaam the wicked.How do the disciples of Abraham differ from the disciples of Balaam? The disciples of Abraham enjoy this world and inherit the world to come, as it is written (Proverbs 8:21) "Endowing with wealth those who love me, and filling their treasuries." The disciples of Balaam inherit Gehenna and go down to the pit of destruction, as it is written (Psalm 55:23) "But you, O G-d, will cast them down into the lowest pit; the bloodthirsty and treacherous shall not live out half their days. But I will trust in you."
Here again, we see that Balaam is the paragon of evil.  Using strictly Old Testament examples, the Mishnah tries to demonstrate the proper attitudes one should take in life.

The point of all these examples is to show that Balaam is viewed in rabbinic literature as the ultimate villain.   Through indisputable proofs we have shown that the biblical Balaam, not Jesus or Yeshu, is consistently painted as someone destined for greatness who instead misused his talents for evil.  In contemporary terms, he is the Darth

Vader of the Bible.  It is therefore no surprise that historians can find many passages that denigrate Balaam.  However, there is every reason to believe that these passages refer to the actual Balaam and not to Jesus or Yeshu.

There are some historians who believe that Balaam is a talmudic codeword for Jesus.  However, this theory has not stood up to the scrutiny of academic talmudic scholarship and has fallen out of favor with historians.

Professor Louis Ginzberg, "Some Observations on the Attitude of the Synagogue Towards the Apocalyptic-Eschatological Writings", Journal of Biblical Literature (1922), p. 121 n. 18 One may therefore state with absolute certainty that the entire Talmudic-Midrashic literature does not know of any nicknames for Jesus or his disciples.

John P. Meier, A Marginal Jew (1991), vol. 1 p. 95For instance, a radical position is represented by Johann Maier, who maintains that not only the Mishna but also both Talmuds lack any authentic, direct mention of Jesus of Nazareth41...In my opinion, Maier's arguments are especially convincing for the Mishna and other early rabbinic material: no text cited from that period really refers to Jesus.  He thus confirms the view I defend in this section.41 See Johann Maier, Jesus von Nazareth in der talmudischen Uberlieferung (Ertrage der Forschung 82; Darmstadt: Wissenschaftliche Buchgesellschaft, 1978).  His position, which is argued in minute detail throughout the volume, is summarized on pp. 263-75.
The noted historian of rabbinics, Ephraim E. Urbach, dedicated an article to explaining the rabbinic view of Balaam and debunking the theory that Balaam is a talmudic codeword for Jesus.  See Ephraim Urbach, "Rabbinic

Exegesis About Gentile Prophets And The Balaam Passage" (Hebrew), Tarbitz (25:1956), pp. 272-289.

The Accusation Gittin 57a. Says Jesus is in hell, being boiled in "hot excrement."

The Text Talmud Gittin 56b-57a [Onkelos Bar Kalonikus] called up Balaam from the dead.  [Onkelos] asked: Who is honored in that world?  [Balaam] replied: Israel. [Onkelos asked:] What about joining them?  [Balaam] replied: (Deut. 23:7) "You shall not seek their peace or welfare all your days."  [Onkelos] asked: What is your punishment?  [Balaam answered]: In boiling semen.[Onkelos] called up Yeshu from the dead.  [Onkelos] asked: Who is honored in that world?  [Yeshu] replied: Israel.  [Onkelos asked:] What about joining them?  [Yeshu] replied: Seek their good. Do not seek their bad.  Whoever touches them is as if he touched the pupil of his eye.  [Onkelos] asked: What is your punishment? [Yeshu answered]: In boiling excrement.  As the mast said: Whoever mocks the words of the sages in punished in boiling excrement.
Here we see a story of the famous convert Onkelos who, prior to converting, used black magic to bring up famous villains of history and ask them whether their wickedness saved them in the world to come.  In both cases (there

is a third case of Onkelos calling up Titus as well) the sinner is being terribly punished in the afterlife while Israel is being rewarded. Presumably, this helped convince Onkelos to convert to Judaism.

As we have explained elsewhere, Yeshu is not Jesus of the New Testament.  He is most likely a prominent sectarian of the early first century BCE who deviated from rabbinic tradition and created his own religion combining Hellenistic paganism with Judaism.  While Yeshu may be the proto-Jesus some scholars point to as inspiring the early Christians, he is definitely not the man who was crucified in Jerusalem in the year 33 CE.

Interestingly, if someone were to claim that Yeshu in the passage above is Jesus, then Balaam cannot also refer to Jesus because both Balaam and Yeshu are in the passage together.  In other words, it is self-contradicting to claim that the passages above about Balaam's m5 being a harlot or dying young refer to Jesus and to claim that the passage above about Yeshu being punished also refers to Jesus.  You can't have it both ways.

Back to home

Send comments and suggestions to webmaster@talmud.faithweb.com

Copyright 2000 Gil Student

Thursday, May 16, 2019

Little History of Israel

A little history on our land Israel'

In 70 CE, the Second Temple in Jerusalem was destroyed by the Roman Empire, effectively ending Jewish rule in the Land of Israel until 1948.

While the Jewish population was not given a decree to leave the land, the conditions, such as the fiscus Judaicus, a special tax imposed on Jews, were grave enough to convince most residents to disperse around the globe.

Still, some Jews did remain in Palestine. Bar Kochba led a small band of Jews in a revolt against the Romans from 132-135 CE in response to the building of the new Roman city "Aelia Capitolina" on the grounds of Jerusalem. While the revolt was met with violent and harsh retributions, by the end of the century, the Romans officially permitted Judaism as a sanctioned religion in Palestine.

When the Christian Byzantines took control of Palestine in the fourth century, many restrictions were put on the remaining Jewish community, from banning intermarriage between Christians and Jews to forbidding Jews from owning Christian slaves. There was talk of banning Judaism outright, but those plans never came to fruition.

Despite its smaller pool of scholars, the rabbinic academies of Palestine were able to complete what is known today as the Talmud Yerushalmi (Jerusalem Talmud). Though the Babylonian Talmud is considered to be the more authoritative work, the Jerusalem Talmud is still one of the most important contributions to Jewish literature.

Life under Muslim Rule

In 638, Caliph Omar conquered Jerusalem from the Byzantines, launching Muslim rule over the territory. While Jews and Christians were considered second class citizens, the amount of direct persecution decreased substantially.

The community in Palestine was fairly quiet during the early Islamic period. A rabbinic academy was formed in Tiberius (and later moved to Ramle) in order to compete, unsuccessfully, with the ten Jewish academies in Baghdad.

Christian Rule: More of the Same

In 1099, Crusaders arrived in Palestine and created a Christian kingdom in Jerusalem that lasted until 1187. The Crusaders banned Jews from living in the city of Jerusalem, though they were permitted to live in the rest of Palestine, and were permitted to visit Jerusalem.

But Christian rule was short-lived. In 1187, Saladin and the Ayyubid dynasty conquered Jerusalem. Indeed, while Christian Europe wanted to establish a permanent presence in Jerusalem and the Middle East, they eventually retreated to Europe after the Muslim recapture of Acre in 1291.

Israeli History QuizIn 1258, Baghdad fell to the Mongols. Fearing a collapse of their empire and wanting to prove their strength, the Muslim rulers imposed harsh sanctions on Jews and Christians throughout the region, including Palestine. These restrictions--including wearing special clothing and doctors not being allowed to serve Muslim patients--were enumerated in the seventh century Pact of Umar, a list of laws concerning non-Muslims living in Muslim lands that had previously rarely been enforced.

Stand with the nation of Israel support our work donate on our website newsfromjerusalem.info or PayPal to judah92@gmail.com

Feast of Shuot

Iyyar 11, 5779

"The festival of Shavuot arrived, and the believers  all gathered together in one place." Acts 2:1 CJB.

The festival of Shavuot is Hebrew for the festival of Weeks. For Shavuot is Weeks in Hebrew. This is because in Leviticus 23:15-16, we are instructed to count 7 completed Shabbats, which is 49 days, and the 50th day is the Festival of Shavuot. Its is 50 days from after the Shabbat of Matzah, counting from Abib 16, where Matzah or the Feast of Unleavened Bread was on Abib 15. And this year, Abib 16 is after both the weekly Shabbat and the high Shabbat of Matzah.

Shavuot is translated as Pentecost in Greek and English. And Pentecost means 50. Its 50 days from the resurrection of Yeshua the Mashiach.

It is abundantly clear that the believers in Yeshua as the Mashiach celebrated Shavuot or the Feast of Pentecost, after the death, resurrection and ascension of Yeshua. That's why in Acts chapter 2, it is written in verse 5 that, " in Yerushalayim there were dwelling Yehudim, dedicated men from every nation under the heaven." So Jews from every nation came to Yerushalayim to celebrate Shavuot or Pentecost. There are no instructions whatsoever to stop celebrating Pentecost. The Feast of Shavuot or Pentecost is for all believers in Yahweh our Elohim and in Yeshua the Mashiach and our Master. For all the appointed times of Yahweh are about the true Mashiach.

And today is 26 days to Shavuot or Pentecost.

Blessed are You, Yahweh our Elohim, King of the universe, for you have sanctified us with your commandments and have commanded us to count the omer. Today is 26 days of the omer or 3 weeks and 5 days of the omer.

Israeli Soldier

Israeli soldier carries his fallen comrade on his shoulders. His comrade fell in battle defending the State of Israel. In all of Israel's wars, the Jewish nation has never asked friends and supporters around the world to send their soldiers to bleed & die for Israel. Israel has always stood alone in the face of insurmountable odds, alone in the heat of battle, the children of Israel have faced their enemies head on & crushed them time & time again. In the last 71 years since Israel's rebirth, the Israeli army has stood firm against the forces of evil and hate all around the holy land.

But a new war is exploding. It will require the help of every single supporter of Israel. This war is waged on the information arena where the enemies of Israel outnumber the armies of Israel many, many times over. The United Nations is silent. Human Rights organizations are silent. As Israel is bombarded with misinformation calculated to rewrite Israel's very foundation from its ancient past, current history & future destiny.

This misinformation calculated to cut-off Jewish history from the holy land of Israel. Misinformation used inside the UN in many official meetings over the decades. Latest example in 2018 when the UN passed 21 resolutions condemning Israel by mid November 2018 compared to only 6 resolutions condemning the rest of the world combined in the same period.

Misinformation waged against Israel resulting in a further 6 resolution's passed in one day alone in November 29, 2018. Two of those 6 UN resolutions denied Jewish connection to the holy city Jerusalem which became famous because of David. King David was a Jew from the tribe of Judah & he was not an Arab nor a Palestinian.

The other resolution denied Jewish connection to the Temple Mount in Jerusalem the site of King Solomon's temple and the Wailing Wall.

Many Christian populated countries don't realize that their governments are voting with the Muslim nation's lies against the Nation of  Israel inside the UN.

The Muslim nations are rewriting the Holy Bible's history by denying Jewish connection to the holy city of Jerusalem & by sponsoring UN resolutions that gives political weight to their lies. The UN entrenches those malicious lies into various international laws that exist today.

This new war is waged against Israel on a scale like never before as it is sponsored by powerful entities and intergovernmental bodies led by the United Nations General Assembly.

The Organization for Islamic Cooperation (OIC) made up of 57 Muslim Nations looking after the interests of the Muslim world. This organization runs the agenda against Israel & many non-Muslim countries have been snared to vote with the OIC in the UN.

The UN contains many intergovernmental bodies & they too have been poisoned by the anti-Israel agenda of the Organization for Islamic Cooperation (OIC) & a great example is the G-77.

The G-77 is an intergovernmental body made up of 135 countries & it is the biggest voting bloc (group) inside the UN. The Organization for Islamic Cooperation has poisoned it against Israel & millions of supporters of Israel around the world do not realize this.

Egypt (Muslim nation) held the chairmanship of the G-77 in 2018 but gave it to Palestine (Muslim entity) to run the G-77 in 2019. Palestine is not even a state (sovereign country) by the UN's own definition & should never have been allowed to head the G-77  but the voting powers & influence of the 57 Muslim nations & other dictator states inside the UN have endorsed Palestine to chair and lead every session of the G-77 in 2019 & to wield the voice and influence of the G-77 inside the UN's chambers.

The Muslim nations propped up Palestine to counter President Trump's recognition of Jerusalem as Israel's capital & moving the American embassy there.

The need to share information about Israel is needed from supporters of Israel around the world.

If the UN & other human rights organizations have been poisoned against Israel, then it is up to every single supporter of Israel to share Israel's information & inspire support for the Nation of Israel.

Right now, the Israeli army faces Hamas sponsored riots on the Gaza border & hours ago all the Palestinian children in Gaza were stopped by Hamas from going to school and told to head to the Israeli border to join the violent riots. Placing innocent Palestinian lives at risk where Hamas terrorists utilize these civilians as human shields to try and break through Israel's security fence on the Israeli- Gaza border.

Last week Hamas & Palestinian Islamic Jihad launched 690 rockets towards Israel. In direct violation of UN laws, the UN Human Rights Council is still silent on that issue & to this day, this terrorist group Hamas has never been condemned by name not even once inside the UN & all its branches.

U.N. Human Rights Council Condemnations, 2006-2016: Source: Hillel Neuer UN Watch

🇮🇱 Israel - 68
🇸🇾 Syria - 20
🇲🇲 Myanmar - 11
🇰🇵 North Korea - 9
🇮🇷 Iran - 6
🇧🇾 Belarus - 6
🇪🇷 Eritrea - 5
🇸🇩 Sudan - 3
🇻🇪 Venezuela - 1
🇩🇿 Algeria - 0
🇧🇪 Belgium - 0
🇨🇳 China - 0
🇫🇷 France - 0
🏴‍☠️ Hamas - 0
🇮🇶 Iraq - 0
🇵🇰 Pakistan - 0
🇶🇦 Qatar - 0
🇸🇦 Saudi Arabia - 0
🇸🇴 Somalia - 0
🇪🇸 Spain - 0
🇹🇷 Turkey - 0
🇿🇼 Zimbabwe - 0

This is evidence of the poison against Israel inside this world body that is supposed to have a mandate for the good of humanity.

High testimony to the bias & lies against Israel inside the UN that has resulted in the UN condemning Israel with resolutions after resolutions more than all the countries on the planet combined every year inside the UN branches for many years now.

This malicious poison inside the UN attacking the People of Israel can only be defeated through the supporters of Israel sharing information to friends and families about Israel on social media like Facebook, Instagram, Snapchat, Tweeter, Pinterest etc and writing to your daily newspapers & local magazines and religious media platforms to spread the truth about the events in the holy land of Israel.

Share this to reach as many community around the world who love and support Israel 🇮🇱🇮🇱

Sunday, May 12, 2019

https://youtu.be/Gebsb-po8jY

Yahushua appeared on Mount with His 3 Disciples

Messiah reveals his identity to the disciples on the mount BEFORE he died🔥 He is the One and only EL🔥
Matthew 17
1  And after six days יהושע took Kĕpha, and Yaʽaqoḇ, and Yoḥanan his brother, and brought them up on a high mountain by themselves,
2  and He was transformed before them, and His face shone like the sun, and His garments became as white as the light.
3  And see, Mosheh and Ěliyahu appeared to them, talking with Him.
4  And Kĕpha answering, said to יהושע, “Master, it is good for us to be here. If You wish, let us make here three booths: one for You, one for Mosheh, and one for Ěliyahu.”
5  While he was still speaking, see, a bright cloud overshadowed them. And see, a voice came out of the cloud, saying, “This is My Son, the Beloved, in whom I did delight. Hear Him!”
6  And when the taught ones heard, they fell on their faces and were much afraid.
7  But יהושע came near and touched them and said, “Rise, and do not be afraid.”
8  And having lifted up their eyes, they saw no one but יהושע only.👀🔥<<<---(only ONE)
9  And as they were coming down from the mountain, יהושע commanded them, saying, “Do not mention the vision to anyone until the Son of Aḏam is raised from the dead.”
10  And His taught ones asked Him, saying, “Why then do the scribes say that Ěliyahu has to come first?”
11  And יהושע answering, said to them, “Ěliyahu is indeed coming first, and shall restore all.
12  “But I say to you that Ěliyahu has already come, and they did not recognise him but did to him whatever they wished. In this way the Son of Aḏam is also about to suffer by them.”

@@@@@@@@@@@@
Martin Rastrollo del Gallego
2 Cor 3:14  But their minds were hardened, for to this day, when the old covenant is being read, that same veil remains, not lifted, because in Messiah it is taken away.
15  But to this day, when Mosheh is being read, a veil lies on their heart.
16  And when one turns to the Master, the veil is taken away. (Exo. 34:34.)
17  Now יהוה is the Spirit, and where the Spirit of יהוה is, there is freedom.
18  And we all, as with unveiled face we see as in a mirror the esteem of יהוה, are being transformed into the same likeness from esteem to esteem, as from יהוה, the Spirit
Exodus 34
33  And when Mosheh ended speaking with them, he put a veil on his face.
34  But whenever Mosheh went in before יהוה to speak with Him, he would remove the veil until he came out. And when he came out he spoke to the children of Yisra’ĕl what he had been commanded,
35  and the children of Yisra’ĕl would see the face of Mosheh, that the skin of Mosheh’s face shone, and Mosheh would put the veil on his face again, until he went in to speak with Him.

Mathew 27
50  And יהושע cried out again with a loud voice, and gave up His spirit.
51  And see, the VEIL of the Dwelling Place was torn in two from top to bottom, and the earth was shaken, and the rocks were split,
52  and the tombs were opened, and many bodies of the set-apart ones who had fallen asleep were raised,
53  and coming out of the tombs after His resurrection, they went into the set-apart city and appeared to many.
54  And when the captain and those with him, who were guarding יהושע, saw the earthquake and all that took place, they feared exceedingly, saying, “Truly this was the Son of Elohim!”

Read the Book of DaniEL ch 10&11 the vEiL🔥