Tuesday, November 6, 2018

Sejarah kata "TUHAN" berdasarkan Sejarah Ilmu Bahasa dan Budaya Melayu atau Indonesia


SuntingPantau halaman iniBaca dalam bahasa lain

Tuhan

Sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb.

Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.[1] Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teismedeismepanteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan".[1] Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.[2]

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta,[3]yang disebut Aten.[4] Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristensebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allahdigunakan, dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslimmengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohimatau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[5][6][7][8][9] Dalam agama HinduBrahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis.[10] Agama-agama lainnya memiliki panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha dalam agama Baha'i,[11] Waheguru dalam Sikhisme,[12] dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.[13]

Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteismepandeisme,[14][15] atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[16]

Etimologi dan terminologiSunting

Kata Tuhan dalam bahasa Melayu kini berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ (1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik.[17] Kata "tuan" ditujukan kepada manusia, atau hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan dengan kata lain mengikuti kata "tuan" itu sendiri, dimisalkan pada kata "tuan rumah" atau "tuan tanah" dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks selain keagamaan yang bersifat ketuhanan.[18]

Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang bersifat insani, menjadi "Tuhan" yang bersifat ilahi, bermula dari terjemahanAlkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733.[19][20] Dalam terjemahan sebelumnya, yaitu kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini diterjemahkannya menjadi "tuan". Kata yang diterjemahkan oleh Brouwerius sebagai "Tuan"—sama dengan bahasa Portugis SenhorPerancis SeigneurInggris LordBelanda Heere—melalui Leijdecker berubah menjadi "Tuhan" dan kemudian, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang awalnya ditemukan oleh Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani dan ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.[19] Di dalam AlkitabTerjemahan Baru (1974), kata Tuhan (dan keluarga katanya, mis. Tuhanku) disebutkan sebanyak 7677 kali dalam 6510 ayat di seluruh protokanonikaPerjanjian Lama (Ibrani) dan Perjanjian Baru (Yunani).[21] Kata ini paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata Kurios (Yunani) dan Adonai (Ibrani). Selain itu, khusus untuk menerjemahkan Tetragrammaton YHWH, penerjemah TB dalam edisi cetak menggunakan huruf kapital (smallcaps) Tuhan, mengikuti tradisi terjemahan yang sudah ada[22], misalnya dalam Kejadian 2:4, "Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TuhanAllah (YHWH Elohim) menjadikan bumi dan langit, --".[23] (Namun untuk menulis "Adonai YHWH" digunakan "Tuhan Allah", misalnya dalam Yesaya 61:1, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,")

Dalam bahasa Indonesia modern, kata "Tuhan" pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu Dzat abadi dan supernatural. Dalam konteks rumpun agama samawi, kata Tuhan (dengan huruf T besar) hampir selalu mengacu pada Allah, yang diyakini sebagai Dzat yang Maha sempurna, pemilik langit dan bumi yang disembah manusia. Dalam bahasa Arab kata ini sepadan dengan kata rabb. Menurut Ibnu Atsir, Tuhan dan tuan secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat.[24] Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,[25]. Dalam monoteisme, biasanya dikatakan bahwa Tuhan mengawasi dan memerintah manusiadan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini, misalnya sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, yang keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apa pun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan.

Di dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang berhubungan dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan dewa. Penganut monoteismebiasanya menolak menggunakan kata dewa, karena merujuk kepada entitas-entitas dalam agama politeistis. Meskipun demikian, penggunaan kata dewa pernah digunakan sebelum penggunaan kata Tuhan. Dalam Prasasti Trengganuprasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan huruf Arab (huruf Jawi) menyebut Sang Dewata Mulia Raya. Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari kata devata, sebagai hasil penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara dewa dianggap mengandung arti salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme. Selain itu dalam teks terkadang juga digunakan kata "tuhan" dengan huruf kecil (mirip dengan kata "allah" dengan huruf kecil), terutama ketika memperbandingkan antara Tuhan Allah yang esa dengan tuhan (tuan) yang lain, misalnya dalam Ulangan 10:17: "Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; " 1 Korintus 8:5, dan Mazmur 136:3


Sumber:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan



Early Christian Era

EARLY CHRISTIANITY ERA WINE-JUG WORKSHOP UNEARTHED IN CENTRAL ISRAEL

Relics from a large-scale wine jug workshop that dates back around 1,800 years have been uncovered in modern day 'Gedera' ("גדרה"), in Central Israel.

According to archaeologists the factory dates back to the 3rd century and was active for around 600 years, making vessels for storing wine that were popular export items during the Roman and Byzantine times.

The Jerusalem Post / JPost.com
https://www.jpost.com/Israel-News/Culture/Early-Christianity-era-wine-jug-workshop-unearthed-in-central-Israel-563866?fbclid=IwAR1dPNddQ_qFAkXKt3O-Zsv-NalG7CbNxRj_9-4cW8-EW97OY3K8AXGSzkQ

For the article from "the drinks business" magazine:
https://www.thedrinksbusiness.com/2018/08/ancient-wine-jar-factory-found-in-isreal/

Monday, November 5, 2018

Vatikan Dan Uskup Yang Gagal Paham

Vatikan Dan Uskup Yang Gagal Paham
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Para uskup di Vatikan menyerukan agar Israel tidak disebut "Negara Orang-Orang Yahudi"

Apa urusanmu Bror Paus,dan Vatikan  dasar otak eror, Para uskup menyerukan hukum di mana Israel mengidentifikasi dirinya sebagai negara Yahudi.,suka gue mau menyebut Negara Yahudi ke Israel ke...itu hak kami kenapa kau yang sevot?? Dasar Goyim( kafir tulen).🤣🤣

Majelis Ordinari Katolik Tanah Suci hari ini meminta Israel untuk membatalkan Hukum Negara Nasional, yang disetujui pada 19 Juli dan yang mengakui identitas Yahudi negara tersebut.

Kontroversi normatif, dengan peringkat konstitusional, memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di Israel kepada kolektif Yahudi, di samping mengasingkan bahasa bahasa resmi menjadi satu dengan kategori khusus.

"Kita harus menyebut perhatian pihak berwenang terhadap fakta sederhana: umat kita yang setia, orang Kristen, sesama warga negara kita, Muslim, Druze dan Baha'i, kita semua yang adalah orang Arab, tidak kurang warga negara ini daripada saudara-saudara Yahudi kita."

mendeklarasikan Majelis dalam sebuah pernyataan.

Sekelompok para uskup Tanah Suci menuntut agar Israel berhenti menampilkan diri sebagai "Negara Orang Yahudi" karena "Kristen, Muslim, Druze, Baharian dan Yahudi meminta untuk diperlakukan sebagai warga negara yang setara" di negara itu.

Deklarasi, yang diterbitkan di Vatikan dengan tanda tangan Ordinari Katolik Tanah Suci, menambahkan bahwa kesetaraan ini harus mencakup "pengakuan terhormat identitas sipil (Israel), etnis (Arab Palestina) dan agama (Kristen) kita, serta individu-individu. sebagai komunitas. "

Dengan cara ini, eklesiastik kembali menentang Undang-Undang Negara Nasional yang disetujui oleh Parlemen Israel pada 19 Juli lalu, yang menetapkan identitas Yahudi secara eksklusif kepada negara tersebut.

Pernyataan itu diterbitkan oleh surat kabar Negara Vatikan, L'Osservatore Romano, dan direplikasi oleh agensi Ansa.

"Kita harus meminta perhatian pihak berwenang atas sebuah fakta sederhana: orang-orang yang setia, Kristen, sesama warga, Muslim, Druze dan Bahari, kita semua orang Arab, tidak kurang warga negara ini daripada saudara-saudara Yahudi kita," kata teks itu.

Kontroversi normatif, dengan peringkat konstitusional, memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di Israel hanya untuk kolektif Yahudi, di samping untuk merendahkan bahasa Arab dari bahasa resmi menjadi satu dengan kategori khusus.

Minoritas Arab Israel (20% dari populasi, mereka yang tetap di Israel setelah Perang Arab-Israel pertama, konsekuensi dari pendirian Negara pada tahun 1948, dan keturunan mereka), Druze dan komunitas lain menganggap undang-undang ini diskriminatif. .

The Liberal World - The avant-garde
Shalom Aleichem 🇮🇱❤️

Cohen AW 🇮🇱❤️🇲🇨

PAUL saw third Heaven

WHO IS THE MAN WHOM PAUL THE APOSTLE SAW BEING CAUGHT UP IN THE THIRD HEAVEN : PART 2

THE UNSPEAKABLE THINGS WHICH THE MAN HEARD.

BY BROTHER NKULULEKO ISRAELI SITHOLE.

Blessed be the Name of the Lord Jesus Christ, let us Now Go deeper in this Issue, what are the unspeakable things which this Man heard, we now who the Man is, and we have perfectly Identified him, and he is not Paul as Many people believes, but he is John the Apostle, so then what are the Unspeakable things which John the Apostle Heard, thats what we want to see now in this study, let me say this, the unspeakable things which John heard in the Third Heaven after he was Caught up in Revelation 4 verse 1 are the prophetic Imageries and Symbols which he was shown, now the book of Revelation is Broken down into Three sections, the first Section gives us the vision of the Christ, the second section gives us the Condition of the Seven church ages, and the Third Section gives us the future Events, so one of those sections gives us the unspeakable things, and that is the Third Section of that Book, why do i say, because when John Saw the events of the First and the second section his spirit was still not caught up, though he was in that prophetic experience but his spirit was not Caught up, so revelation chapter 1 up to chapter 3 they are not unspeakable things, the unspeakable things begins in chapter 4 verse 1, why because thats were John was Caught up into paradise in the third Heaven, and from then on he Heard unspeakable things, which in the days of the Apostles were not ready to be revealed, the book of Revelation is divine and prophetic, and thats why Many people cannot interpret it, and in the Days of Paul, those deep prophetic Symbols which this Book projects were not known, they were still a Mystery, they were not to be spoken or recorded at that hour, thats why paul said it was unlawful for a Man to utter, and as i have said, it doesnt mean they were not to be known totally, but it means at that particular Junction they were not to be revealed to the Church, thats why in the epistles we dont see those Mysteries being Revealed, the Apostles dealt with Many Revelations which pertains to salvation but there is one Revelation which they didnt record, and that is the Revelation of Jesus Christ which was given to John, and it is that Revelation of Jesus Christ which John recieved at patmos that Constitutes of the unspeakable things, why are they unspeakable things, they are unspeakable things because they are Prophetic coded Mysteries which no man can decode unless he is Led by the spirit of God, and indeed the Book of Revelation has been an unspeakable book in the bible, because Many saints Down through Time Failed to understand the Context of this Book, and thats why it is Rare that you can find any preacher preaching or teaching on this Book and even if you can find them, you will see that they are Misinterpreting the picture and doing a Great injustice to the Book, why, because it is a Book which Containts unspeakable images, many people when they read of The Dragon with seven heads and ten horns, their Minds become Paralysed, because they cant make any meaning out of that, what about the sea of Glass, they dont know what that sea is, what are about the Image of the Beast, many dont know what this image is, so what does that make all these images, it makes them to be unspeakable things as they cannot be interpreted or comprehended by carnal Christians who are devoid of Revelation, so because of that then this Revelation becomes an unspeakable Revelataion, but it is unspeakable to those who dont have its Revelation, but to the bride this Revelation it is speakable, it is understood, thats why it is only the Bride which can interpret the Contents of this Book, because they have its full revelation, but the rest of the Church world Nominal Christians cannot even understand the Iota of this Revelation, for remember the Lord Jesus said, it is given to you to understand the Mysteries of the Kingdom, but not to them, which not the church Apostate world, the Church Apostate world will not understand the word of God as the bride do, because the bride is in the Secret chamber with the Lord intimating with him through Divine Revelation and in that secret chamber this Book of Revelation becomes an open book to the Bride, and as we speak today this Book is an Open Book, we no Longer scratch our heads as to the Meaning of this book, because we have the full Revelation of it, we are deeply basking in its Revelation, this Book is the Bones of the word of God, remember we have the Milk of the word which is the Basic Message of Salvation, we have the Meat of the word which is the doctrines that anchors us in truth, then lastly we have the bone of the word which is mysteries of the word and the Book of Revelation is the bone of the word, and no Man can crack the Bone except he Is Matured, you cannot be still feeding on a milk and Expect to crack the bones of divine Revelation, you will destroy yourself, so thats why no man can Crack the Bone of the Book of Revelation except the bride of jesus christ, iam not talking about the Falss bride which cannot move in the Present truth, iam talking about the Moving bride, the bride which is in motion under the spirit of a flying Eagle, the bride which moves in the Continuity of the word of God, the little flock of God which is the Church established upon the Rock of Revealed truth, and it is only that little element that can understand this Deep revelation which to some  it is unspeakable, but to the bride it is speakable, and it can only be speakable when we have its Revelation, but if we dont we will be like the rest of the Church world who cannot even interpret correctly one scripture of this book, because they are shut off from the fountain of Divine Revelation which gives life to the soul, but the bride of Jesus Christ is Basking in the Pool of Divine revelation under the spirit of an eagle, let us take 2 Corinthians 12 verse 4,

VERSE 4: HOW THAT HE WAS CAUGHT UP INTO PARADISE AND HEARD UNSPEAKABLE WORDS, WHICH IT IS NOT LAWFUL FOR A MAN TO UTTER,

these unspeakable words or things as we have shown are the Imageries of the Book of Revelation,   and prior to John being given this Revelation these things were not known, so thats why Paul could say he Heard unspeakable things which were not lawful to be uttered, which means in his own season it was not the time or the hour to be uttered, but for the Fact that the Man Heard these things it showed that in the process of time christ was going to make them known, because the secrets of the Lord are with his People, and in the process these unspeakable things were to be recorded, but since this Man was not Paul  then it was not him who was ordained to write them down, thats why we dont have any Record of them in his epistles except the Revelation of Salvation, but after he departed, God had to deal with another Vessel through which he will reveal those unspeakable things Fulfilling the Vision of Paul to the dot, and thats what Revelation gives us, showing that the Man that was Caught up was John and not Paul, and Revelation 4 verse 1 is the Pure evidence to prove that, now as i have said the Book of Revelation is divided into three Sections and we is important that we Look at these sections in Chapter 1 verse 19,

VERSE 19: WRITE THE THINGS WHICH THOU HAST SEEN, AND THE THINGS WHICH ARE, AND THE THINGS WHICH SHALL BE HEREAFTER,

The things which John Hast seen are Things Recorded in chapter 1 which is the vision of Christ, the things which Are, are the things which are Recorded in chapter 2  and 3 being the church ages, and the things which shall be hereafter are the things which saw when he was Caught up in chapter 4 verse 1 and they extend up until chapter 22, so the Vision of Paul is fulfilled when John Saw the things which shall be Hereafter, because those one's are too deep and Coded and mysterious, and they are the one's which confuses the Church world, because from chapter 4 we get upwards we get The seals, we get the Lamb having seven horns and seven eyes, we get the dragon with seven heada and ten horns, we get the seven Thunders, we get the seven trumpets, we get the Sea of Glass, we get the 144000, we get the everlasting gospel, we get the new Jerusalem, we get the New heaven and the New Earth, and many More mysterious things, those are the things which paul Says they were unspeakable, but John Wrote them, and even though they are written, but they are still coded, because many people dont even understand them, so they are Coded and Sealed to many, now there is another thing which John Heard and Saw but he didnt write, and that is not part of the records of the Book of Revelation and that is the Voices of the seven Thunders, the thumders are not written so those one's John was not even Lawful to write or utter,  so they remain a Mystery, bur the Rest were revealed but still coded, John Saw the New Jerusalem, though it is Revealed as the City but it is Coded to many as they project a Falss interpretation out of that City making it a literal city, so these are the things which Paul Testified of, John Revealed them amd wrote of them at an appointed time as he was the Man that Was Caught up into Paradise,

Amen

Sunday, November 4, 2018

Apokrifa

Daftar Isi: HAAG: Apokrif ; ENSIKLOPEDIA: APOKRIFA , BAHASA APOKRIFA ; BROWNING: APOKRIFA, KITAB-KITAB , DEUTEROKANONIK ; Apokrifa, Deuterokanonika Ke atas Apokrif [Kamus Haag] Apokrif. (Bhs. Yun: terselubung, rahasia). Dalam percakapan katolik sehari-hari dimaksud: Kitab-kitab Yahudi dan Kristen purba yang tidak masuk dalam daftar kanon (di dalam theologi protestan disebut: "pseudo-epigraf"). Sebagian kitab-kitab ~A. menunjukkan kesamaan-kesamaan tertentu dengan kitab-kitab kanonik. Sebagian dari tulisan itu diwariskan dengan nama seorang penulis dari KS. Penemuan baru di --> Kumran dan Nag Hamadi telah memperganda bahan-bahan ~A. (I) ~A. PL (Abad 2 sebelum Mas. sampai abad 1 sesudah Mas.). (1) ~A. cerita-cerita. Sebagian besar mempunyai sifat legenda. Cerita-cerita itu bagi pengertian penulis maupun bagi zamannya sangat memperkaya pandangan. Titel: Kitab Yubile, Mekrad Yesaya, Wahyu Musa, Surat --> Aristeas, Prolog untuk Sir., Yusuf dan Asenat, 3Esr, 3Mak. (2) ~A. Didaktik. Sebagian dipengaruhi pandangan ethis PL. Titel: Surat-surat wasiat ke 12 Patriarka, Mazm 15:1, Mazmur-mazmur Salomo, 4 Mak. (3) ~A. apokaliptis. Saksi-saksi --> Apokaliptik Yahudi dan eskatologi. Titel: 1 Kitab Henokh, 4 Esr, Syr Barukh, Wasiat Abraham, Sibilina. (II) ~A. PB (sejak abad 2 sesudah Mas.). (1) Injil-injil ~A. Yang dimaksud untuk mengisi lubang-lubang dalam penyajian injil kanonik. Dalam pengertian-pengertian theologisnya nampak adanya asal-usul gnostik. Titel: Injil untuk orang Ibr. --> untuk orang Mesir, -- untuk orang Ebiniom, Proto-injil Yakobus, Injil Thomas. (2) Kisah-kisah ~A. yang menceritakan secara panjang-lebar mukjijat dan perjalanan para Rasul. Sering ada kecenderungan ajaran bidaah. Titel: Kisah Petrus, -- Paulus, -- Andreas, -- Yohanes, -- Barnabas. (3) Surat-surat ~A. sebagian dimaksudkan sebagai semacam pengakuan privilelsi semu bagi gereja-gereja tertentu. Sebagian lagi dimaksudkan menjadi pengganti surat-surat Paulus yang hilang. Titel: Surat kepada umat di Laodisea, surat bagi umat di Aleksandria, surat-surat dari dan untuk orang-orang Korintus. (4) Wahyu-wahyu ~A. merupakan wahyu-wahyu yang menjanjikan suatu masa depan yang lebih baik. Titel: Why Petrus, -- Paulus, -- Yohanes dan Wahy. Maria. Ke atas APOKRIFA [Ensiklopedia] I. Keterangan Istilah apokrifa diturunkan dari bentuk jamak netral kata sifat Yunani apokrufos, artinya 'tersembunyi'. Kata ini dipakai sebagai istilah teknis mengenai kaitan beberapa kitab tertentu dengan PL. Artinya, kitab-kitab tertentu itu tidak dibenarkan untuk bacaan umum di gereja, tapi dianggap berharga untuk studi pribadi dan nilai rohani. Apokrifa meliputi sejumlah tambahan atas kitab-kitab pada Alkitab dalam bentuk LXX (yaitu Est, Dan, Yer dan Taw), dan kitab-kitab lainnya. Yg disebut terakhir meliputi buku-buku cerita purbakala, sejarah atau teologi, yg aslinya banyak ditulis dalam bh Ibrani atau bh Aram, tapi dipelihara atau diketahui dalam suatu kurun waktu hanya dalam bh Yunani. Semua kitab Apokrifa terdapat dalam Kanon LXX yg 'lunak', tapi dikeluarkan dari Kanon PL Ibrani oleh Sinode Yamnia. Pemakaian dan pendirian masyarakat Kristen tentang Apokrifa ini agak terombang-ambing hingga abad ke-16, ketika 12 karya dimasukkan ke dalam Kanon Alkitab Roma Katolik oleh Konsili di Trent. Umat Protestan menerimanya hanya untuk 'manfaat rohani yg pribadi' saja, bukan sebagai bagian dari Kanon. Karya-karya lain di luar ke-12 karya yg diperbincangkan di sini, biasanya disebut 'pseudepigrapha'. Ini pun dengan bebas dipakai sebelum abad ke-16 di gereja-gereja Timur Tengah yg terpencil, dan telah dipelihara hanya dalam bahasa-bahasa yg mereka pakai (mis bh Etiopia, Armenia dan Slavia). II. Isi 1. 1 Esdras (LXX, menurut Lukian, menyebutnya 2 Esdras, Yerome dlm Vulgata, 3 Esdras). Kitab ini menceritakan kembali kejadian-kejadian yg dicatat dalam Taw-Ezr-Neh dengan tambahan besar. Tambahan itu, disebut 'Perdebatan Tiga Pemuda', merupakan pinjaman dari sebuah cerita Persia, yg aslinya masih dapat ditelusuri dalam rinciannya: cerita tersebut menerangkan bagaimana Zerubabel, pengawal istana Darius, dengan memenangkan perdebatan mengenai yg mana kekuasaan yg paling besar (anggur, wanita atau kebenaran) memperoleh kesempatan mengingatkan raja Persia akan kewajibannya untuk mengizinkan Bait Suci dibangun kembali. Membandingkan 1 Esdras secara rinci dengan Ezra dalam LXX, jelas bahwa kedua-duanya merupakan terjemahan yg berdiri sendiri dari naskah Ibrani (MT): I Esdras mungkin lebih tua di antara keduanya. Ada beberapa pertentangan, bukan hanya mengenai isi naskah tapi juga mengenai urutan peristiwa dan raja Persia. Masih sering timbul keragu-raguan tentang kitab mana yg catatannya benar. Dalam beberapa hal 1 Esdras menyajikan bukti yg baik mengenai naskah Ibrani Ezra. I Esdras merupakan terjemahan bebas dan lancar, dan dikenal oleh Yosefus. 2. 2 Esdras (dlm Vulgata disebut 4 Esdras, juga disebut Apokaliptik Ezra). Kitab ini seperti yg ada sekarang dalam bh Latin kuno, merupakan perluasan yg dilakukan oleh penulis Kristen dari sebuah karya apokaliptik Yahudi, yg aslinya terdapat dalam ps 4-14. Ps-ps lainnya, yakni tambahan-tambahan oleh penulis-penulis Kristen, tidak terdapat pada beberapa terjemahan dalam bahasa-bahasa Timur Tengah. Bagian asli terdiri dari penglihatan. Dalam penglihatan pertama (3:1-5:19) pelihat meminta penjelasan mengenai penderitaan Sion, yg dosanya tidaklah lebih besar dibandingkan dosa penindasnya. Malaikat Uriel menjawab, bahwa hal ini tidak dapat dimengerti oleh manusia, tapi bahwa zaman baru yg segera datang akan membawa keselamatan. Penglihatan ke-2 (5:20-6:34) mempertanyakan soal yg sama -- mengapa Israel, yg dipilih oleh Allah, telah ditaklukkan oleh bangsa-bangsa asing: hal ini pun dikatakan tak dapat dipahami manusia. Zaman yg akan datang akan menyusuli zaman ini tanpa perhentian, didahului oleh tanda-tanda akhir zaman dan oleh suatu waktu pertobatan dan keselamatan. Hal ini memberi penghiburan kepada pelihat. Penglihatan ke-3 (6:35-9:25) mempertanyakan mengapa orang Yahudi tidak memiliki dunia ini; jawaban yg diberikan ialah, bahwa mereka akan mewarisinya pada zaman yg akan datang. Bermacam hal mengenai zaman yg akan datang dan kehidupan di dalamnya, termasuk betapa sedikitnya orang pilihan, juga dibicarakan. Penglihatan ke-4 (9:26-10:59) mengenai seorang wanita yg berdukacita yg menceritakan kesusahannya, dan kemudian diubah bentuknya menjadi sebuah kota yg mulia. Ini merupakan lambang Yerusalem. Penglihatan ke-5 (10:60-12:51) mengenai burung rajawali yg bersayap 12 dan berkepala 3 -- lambang Roma; malaikat yg menafsirkannya menerangkan secara gamblang bahwa Roma ialah kerajaan ke-4 yg disebut dalam Dan 7, yg akan dimusnahkan oleh Mesias. Sangat mungkin bahwa penglihatan ini ditulis pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus. Penglihatan ke-6 (13:1-58) mengenai seorang laki-laki yg timbul dari taut, memusnahkan banyak orang yg memusuhinya. Penglihatan ini meminjam dari penglihatan dalam Dan 7 mengenai Anak Manusia. Penglihatan terakhir (ps 14) mengenai pokok perbaikan kitab-kitab suci Ibrani oleh Ezra, dengan bantuan suatu penglihatan dan penulis-penulis yg memperoleh pertolongan ilahi. Ada 94 kitab seperti itu, yakni 24 kitab dari Kanon Ibrani (PL) dan 70 karya yg bersifat rahasia atau apokaliptis. 3. Tobit (Tob), adalah cerita pendek yg saleh mengenai seorang Yahudi yg adil dan anaknya dari kerajaan utara yg turut dibuang ke Asyur. Mereka ialah Tobit dan putranya, Tobias. Tobit menderita kesusahan dan serba kekurangan sebab ia membantu orang-orang Israel yg tertindas di bawah pemerintahan Esarhadon yg lalim. Akhirnya secara kebetulan ia menjadi buta. Dan merupakan pukulan baginya karena istrinya terpaksa harus menyokongnya. Ia berdoa kalau boleh mati saja. Pada waktu yg sama, doa yg serupa dipanjatkan oleh Sarah, seorang wanita muda Yahudi di Ekbatana, yg kerasukan setan Asmodeus, yg telah membunuh 7 calon suaminya pada malam pengantin mereka. Malaikat Rafael diutus menyembuhkan keduanya. Tobias disuruh oleh ayahnya untuk mengambil 10 talenta perak yg ditinggalkan di Media. Rafael menyamar sebagai Azaria, yg disewa sebagai teman seperjalanan. Di S Tigris mereka menangkap seekor ikan. Atas saran Azaria, Tobias mengawetkan jantung, hati dan empedu ikan itu. Tobias tiba di Ekbatana lalu bertunangan dengan Sarah, yg ternyata kemudian adalah saudara sepupunya. Pada malam pengantin Tobias membakar jantung dan hati ikan tadi. Bau busuknya mengusir setan itu ke Mesir. Keluarganya menganggap Tobias sudah mati. Tapi sewaktu ia pulang (didahului oleh anjingnya) ia mengolesi mata ayahnya dengan empedu ikan dan memulihkan daya lihatnya. Cerita ini rupanya berasal dari Zaman Pembuangan ke Babel atau Persia, dan bahasa aslinya mungkin bh Aram. Tiga resensi kitab dalam bh Yunani telah diketahui, dan serpihan-serpihan dalam bh Ibrani dan bh Aram telah ditemukan di antara Gulungan Laut Mati. 4. Yudit (Ydt), menceritakan tentang seorang janda muda Yahudi yg berani, dan bagaimana tentara Nebukadnezar kalah oleh kelihaiannya. Penduduk Betulia dikepung oleh Holofernes, salah seorang jenderal Nebukadnezar. Sang janda mengunjungi jenderal di tenda penginapan, dengan tipu muslihat akan membocorkan rahasia militer kepada jenderal itu. Kemudian ia menggoda jenderal itu dengan rayuan kecantikannya yg memikat. Akhirnya, sedang ia melayani sang jenderal pada tengah malam, ia dapat memenggal kepala jenderal itu. Kemudian ia kembali ke kota dengan kepala itu, disambut dengan riang gembira. Pasukan Asyur (demikian aslinya!) mundur seketika mengetahui bahwa jenderal mereka dibunuh. Yudit dan para wanita Betulia bergembira, menyanyikan mazmur kepada Allah. Cerita ini memang fiksi, kalau bukan, ketidaktepatannya tak masuk akal. Ditulis pada abad 2 sM. Bahasa aslinya bh Ibrani, dan terjemahannya ke dalam bh Yunani (ada 4 resensinya) telah melestarikan dongeng ini untuk kita. 5. Tambahan pada Daniel, dalam LXX dan terjemahan Teodotion. Pada ps 3 ditambahkan 'Doa Azaria' yg diucapkan di perapian, dan Nyanyian Tiga Anak Suci yg dinyanyikan untuk memuji Allah, sewaktu ketiganya berjalan dalam perapian. Bahasa asli kedua tambahan ini nampaknya bh Ibrani. Pada kata pendahuluan Kitab Daniel dalam terjemahan Teodotion, kemudian dalam LXX, terdapat cerita tentang Susana, istri yg cantik dan baik hati dari seorang hartawan Yahudi di Babel. Dua tua-tua umat yg mendambakan wanita itu, menjumpai dia ketika mandi dan menyodorkannya pilihan: menyerah memenuhi keinginan mereka, atau menghadapi tuduhan palsu berbuat zinah. Susana memilih yg terakhir -- penuduh dipercayai, dan Susana dihukum menyangkal tak bersalah. Daniel, walaupun remaja belaka, memprotes keras ketidakadilan ini. Dalam pemeriksaan kedua di pengadilan dan di hadapannya, tuduhan dusta itu terungkap. Susana dinyatakan benar. Cerita-cerita Bel dan Ular Naga jelas ditulis untuk mencemoohkan penyembahan berhala. Daniel menunjukkan bahwa para imam Bel menelan persembahan makanan yg dipersembahkan setiap malam, jadi bukan berhala itu: karena itu raja membinasakannya. Sam naga keramat yg disembah di Babel dihancurkan oleh Daniel. Ia dilemparkan ke dalam tempat singa dan terlindung hidup selama 6 hari. Pada hari ke-6 nabi Habakuk secara ajaib diangkut dari Yudea untuk memberi makanan kepadanya: pada hari ke-7 Daniel dibebaskan oleh raja. Kedua cerita ini mungkin diterjemahkan dari cerita asli Semit, tapi belum pasti. Tambahan-tambahan pada Daniel ini merupakan contoh cerita-cerita saleh yg ditambahkan kepada cerita Daniel kr 100 sM. 6. Tambahan pada Ester, menambah besarnya kitab itu dalam terjemahan Yunani. Enam bagian ditambahkan. Pertama, mimpi Mordekhai dan makar mendongkel Raja yg dicegahnya. Ini mendahului ps 1. Bagian ke-2, yaitu maklumat raja untuk membinasakan semua orang Yahudi dalam wilayahnya. Ini mengikuti ps 3:13 dari kitab bh Ibrani. Bagian ke-3, terdiri dari doa-doa Ester dan Mordekhai mengikuti ps 4. Bagian ke-4, menggambarkan pertemuan Ester dengan raja, tambahan pada 5:12. Bagian ke-5, memuat maklumat raja yg mengizinkan bangsa Yahudi membela diri, mengikuti 8:12. Bagian ke-6 termasuk tafsiran mimpi Mordekhai; dan catatan tentang tarikh terjemahan Yunani dibawa ke Mesir. Mayoritas ahli berpendapat, semua bagian tersebut di atas merupakan tambahan kepada Kitab Est yg singkat dalam Kanon Ibrani, dan bahwa sebagian, kalau tidak semua, ditulis dalam bh Yunani. Namun demikian, beberapa ahli RK dan beberapa ahli lain (termasuk C. C Torrey) berpendapat, bahwa Ester dalam bh Ibrani merupakan singkatan dari suatu karya yg lebih besar dalam bh Ibrani atau Aram, dan versi Yunani diterjemahkan dari sumber itu. Tanda penerbit menunjukkan bahwa karya itu diterjemahkan di Palestina, beberapa tahun sebelum 114 sM, oleh Lisimakhus, putra Ptolemeus, orang Yerusalem. 7. Doa Manasye, menuntut sama dengan doa yg disebut dalam 2 Taw 33:11-19. Menurut pandangan mayoritas ahli, doa ini dikarang oleh seorang Yahudi dalam bh Ibrani. Bagaimanapun juga, karya ini terdapat dalam Didascalia dari Siria (abad ke-3 M) dan dalam Nyanyian (yg dikumpulkan dari PL dan PB, dan dipakai dlm ibadah Kristen) yg ditambahkan kepada Kitab Mzm dalam beberapa naskah dari LXX, mis Kodeks Aleksandrinus. 8. Surat Yeremia, merupakan contoh serangan Yunani-Ibrani yg biasa terhadap pemujaan berhala, dengan berkedok sepucuk surat dari Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel. Mirip dengan yg disebut dalam Yer 29. Berhala ditertawakan; kejahatan dan kebodohan yg terkait dengannya disingkapkan. Orang-orang Yahudi yg ditawan dihimbau untuk tidak memuja ataupun takut kepadanya. Kitab ini ditulis dalam bh Yunani yg baik. Aslinya mungkin bh Aram. 9. Kitab Barukh (Bar), menyamar sebagai karya teman dan sekretaris Yeremia. Karya itu singkat. Menurut banyak ahli merupakan suatu gabungan, karya dari 2, 3 atau 4 penulis. Bagian-bagiannya sbb: a. 1: 1-3:8. Sesuai keadaan Babel thn 597, Barukh dilukiskan berbicara kepada orang-orang buangan, mereka mengakui dosa-dosa mereka lalu berdoa mohon pengampunan dan keselamatan. b. 3:9-4:4. Bagian ini mengemukakan pujian atas kebijaksanaan yg dapat ditemukan dalam Taurat. Tanpa Taurat orang kafir tak dapat mencapai apa-apa, tapi dengan Taurat orang Israel akan diselamatkan. c. 4:5-5:9. Ratapan dari Yerusalem karena orang-orang buangan, diikuti oleh suatu desakan ke Yerusalem untuk menerima hiburan, karena anak-anaknya akan dibawa pulang ke rumahnya. Bagian pertama jelas ditulis dalam bh Ibrani, dan meskipun bh Yunani dalam bagian-bagian berikut cukup lancar, namun ada kemungkinan bahwa aslinya ditulis dalam bh Ibrani. 10. Kebijaksanaan Yosua (atau Yesus) Bin Sira (Sir), dalam LXX disebut Ecclesiasticus. Yosua Bin Sira, orang Palestina, tinggal di Yerusalem, dan beberapa bagian dari karyanya dalam bh Ibrani terdapat dalam naskah-naskah dari Geniza di Kairo. Kitab ini terdapat antara Kitab-kitab Apokrifa dalam terjemahan Yunani yg dibuat oleh cucu Bin Sira. Terlengkap dalam hal rincian tentang kronologi yg ada dalam Pendahuluan. Tarikh yg paling sesuai untuk Bin Sira ialah kr 180 sM, karena cucunya ternyata pindah ke Mesir ketika pemerintahan Ptolemeus VII Euergetes (170117 sM). Penulis menyusun karyanya dalam dua bagian, yakni: ps 1-23 dan ps 24-50, dengan sebuah tambahan singkat, ps 51. Seperti kitab-kitab Kebijaksanaan lainnya, Kitab Bin Sira merupakan nasihat untuk mencapai kehidupan yg berhasil, dipahami dalam arti yang seluas-luasnya; takut akan Tuhan dan ketaatan pada Hukum-Nya dihubungkan dalam pengalaman dan ajaran penulis dengan'kebijaksanaan' praktis yg ditimbanya dari pengamatan dan kehidupannya sendiri. Kesalehan pribadi akan terungkap dalam ketaatan pada hukum Taurat, di mana Kebijaksanaan menampakkan diri; dalam seluruh segi kehidupan sehari-hari sikap yg paling baik ialah sikap yg tidak berlebih-lebihan. Bagian kedua diakhiri dengan pujian terhadap 'orang-orang termasyhur', suatu daftar orang-orang Israel yg paling berjasa, yg berakhir dengan Simon II, Imam Agung kr 200 sM, yg juga terkenal dari Misyna (Aboth 1:2) dan Yosefus (Ant Ibr 12:2-24). Dalam kitab ini terlihat gambaran ideal seorang ahli Taurat, seperti Bin Sira sendiri, yg kemudian menjadi cita-cita golongan Yahudi ortodoks. Orang ini taat kepada Allah, taat kepada hukum Taurat, sederhana dalam kehidupan, dan nilainya yg paling tinggi ialah mencapai pengetahuan akan Taurat. Kitab ini sangat disenangi oleh orang Kristen, seperti nampak pada judulnya dalam bh Yunani, yaitu Eccle-siasticus, yg berarti 'Kitab Gereja'. Orang Yahudi, walaupun tidak pernah menerimanya ke dalam Kanon Alkitab, namun sangat menghormatinya, dan kadang-kadang para nabi mengutipnya seolah-olah itu Alkitab. Terjemahan Siria dibuat orang Yahudi dan langsung berdasarkan naskah Ibrani. 11. Kebijaksanaan Salomo (Keb), dapat disebut puncak dari sastra Kebijaksanaan Yahudi. Akarnya terdapat dalam sastra Kebijaksanaan PL dan Apokrifa. Tapi karena pengaruh pemikiran Yunani, kitab itu mencapai bentuk dan ketelitian yg lebih baik dibandingkan contoh-contoh sastra sejenis. Kitab Kebijaksanaan merupakan dorongan untuk mencari kebijaksanaan. Ps 1-5 menyatakan berkat-berkat yg bertambah-tambah atas orang Yahudi yg mencari kebijaksanaan; ps 6-9 memuji Kebijaksanaan yg ilahi, yg dipandang sebagai makhluk wanita sorgawi, yg terutama dari makhluk-makhluk dan pelayan-pelayan Allah; ps 10-19 meninjau sejarah PL untuk menunjukkan bahwa Kebijaksanaan telah senantiasa membantu teman-temannya orang Yahudi, dan telah menjatuhkan hukuman dan kutukan kepada lawan-lawannya. Karena itu kebijaksanaan dapat ditafsirkan sebagai dorongan kepada orang Yahudi untuk tidak meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya. Tapi dalamnya terdapat juga motif penginjilan kepada masyarakat non-Yahudi, yg mencolok dalam Yudaisme Helenistis. Penulis memakai sumber-sumber Ibrani. Tapi nampak jelas bahwa Kebijaksanaan itu sebagaimana adanya, ditulis dalam bh Yunani, karena ilmu persajakan dan istilah-istilah filsafat yg dipakainya bersifat Yunani dan tergantung pada PL terjemahan Yunani. Ketergantungan penulis pada pemikiran Yunani paling jelas dalam hal ia memakai istilah Stois dan Platonis untuk menggambarkan Kebijaksanaan, dan dalam hal ia yakin akan kekekalan jiwa. Menurut pendapat mayoritas ilmuwan, tidak ada alasan untuk menyangkal bahwa kitab ini karya satu orang saja, tapi berbagai sumber yg dipakainya dapat ditelusuri. Penulis Kebijaksanaan tidak diketahui, tapi sangat mungkin seorang dari Aleksandria. 12. Kitab-kitab Makabe. Ada beberapa kitab diberi judul Makabe: 1 dan 2 Makabe (1 Mak dan 2 Mak) dimuat dalam Apokrifa. 1 Mak meliputi kejadian-kejadian dari 175 s/d 134 sM, yakni perjuangan dengan Antiokhus Epifanes, peperangan kaum Hasmon, dan pemerintahan Yohanes Hirkanus. Kitab ini diakhiri dengan pujian terhadap Yohanes, dan terang ditulis sesudah ia meninggal pada thn 103 sM. Aslinya tertulis dalam bh Ibrani. Tapi disadur ke dalam gaya sastra dari bagian tertentu LXX. Tujuannya ialah untuk memuliakan keluarga Makabe yg dilihat sebagai unggulan Yudaisme. Muasal 2 Mak lain: mencakup sejarah yg sama seperti dalam 1 Mak, tapi tidak dilanjutkan sesudah kampanye dan kekalahan Nikanor. Penulisnya yg tak dikenal kadang-kadang disebut 'Penyunting', karena bagian besar dari bukunya dikutip dari karya yg tak dikenal lagi oleh Yason dari Kirene. Terdapat sejumlah ketidaksesuaian mengenai waktu dan angka antara 1 dan 2 Mak, biasanya 1 Mak dianggap lebih dapat dipercaya. Ada orang yg meragukan kesejatian surat-surat dan maklumat-maklumat yg dimuat dalam kedua karya ini. Namun keduanya masih dapat diterima sebagai sumber pengetahuan tentang sejarah zamannya. 13. 3 dan 4 Makabe, terdapat dalam beberapa naskah LXX. 3 Mak menceritakan pembunuhan dan balasan pembunuhan di bawah pemerintahan Ptolemeus IV (221-204 sM). Agak mirip dengan Kitab Est dalam nada dan suasana. 4 Mak bukanlah cerita, tapi tulisan tentang pemerintahan akal budi atas nafsu-nafsu, dijelaskan dari cerita-cerita Alkitab dan cerita-cerita mengenai martir dalam 2 Mak ps 6 dan 7. Penulis berusaha untuk meningkatkan hukum Taurat, walaupun ia sangat dipengaruhi oleh filsafat Stoa. KEPUSTAKAAN. R. H Charles (red), The Apocrypha and Pseudepigrapha of the Old Testament, 1913; Religious development between the Old and New Testaments, 1914; C. C Torrey, The Apocryphal Literature, 1945; P. H Pfeiffer, History of New Testament Times with an Introduction to the Apocrypha, 1949; B. M Metzger, An Introduction to the Apocrypha, 1957. JNB/NY WBS Ke atas BAHASA APOKRIFA [Ensiklopedia] Yg disebut Kitab-kitab --> Apokrifa terdiri dari kelompok buku yg beraneka ragam. Dengan demikian bicara tentang bahasanya berarti bicara tentang tiap kitab dan persoalan bahasa masing-masing. Kitab-kitab tsb dijumpai dalam naskah-naskah LXX dan berbentuk terjemahan dalam bh Yunani. Bahasa Yunani kitab-kitab itu beraneka ragam, mis dalam Tobit, Yudit, Bin Sira dan I Makabe dijumpai bh Yunani 'terjemahan'. Dalam 1 Esdras dan Kebijaksanaan Salomo 1-9 dijumpai bh Yunani yg lancar tapi masih dapat dirasakan pengaruh bh aslinya; bh Yunani dari sisa Kitab Kebijaksanaan Salomo dan 2 Makabe adalah murni dan tidak dipengaruhi oleh bh-bh lain, walaupun kedua kitab ini sangat berbeda bobot sastranya. Dengan 'pakaian' Yunani ini Kitab-kitab Apokrifa menunjukkan tahapan-tahapan dari bermacam-macam karya dalam bh Yunani yg diterima orang Yahudi pada abad 3 sM. Karya-karya tulis ini mengandung masalah-masalah teks yg tidak jauh berbeda dari pola umum kritik teks LXX. Sering diduga bahwa kitab-kitab yg jelas didasarkan pada tulisan-tulisan asli dalam bh Semit ditulis dalam bh Ibrani. Tapi C. C Torrey mempertanyakan apakah karya-karya itu tidak ditulis dalam bh Aram, setidak-tidaknya beberapa kitab. Pengetahuannya mengenai bh Aram adalah luas, dan sumbangannya untuk penelitian Alkitab senantiasa menantang dan merangsang. Kadang-kadang karyanya itu memberikan pemecahan atas masalah-masalah lama atau baru, walaupun tidak selalu meyakinkan atau perlu (lih resensi G. R Driver atas karya Torrey mengenai Why, terbit sesudah ia meninggal, JTS n. s. 11, 1960, hlm 383-389). Hal ini penting diingat bila kita menilai pendapatnya mengenai bh Kitab-kitab Apokrifa. Asal-usul bh Ibrani dari beberapa kitab cukup jelas. Ini tidak ditentang oleh Torrey. Kitab I Makabe diterjemahkan dari bh Ibrani oleh penterjemah yg lebih mengenal bh Yunani daripada bb Ibrani. Tanda-tanda dari asal-usul itu dapat dilihat, mis pada 1:28; 9:24; 14:28. Kitab Yudit jelas berasal dari bh Ibrani, dan ini dinyatakan oleh ungkapan-ungkapan ump: apo prosopou, eis prosopon, dan penggunaan kata en. Pendahuluan dari Kitab Kebijaksanaan Bin Sira, sering dikatakan Eklesiastikus, ditulis dalam bh Ibrani. Bagian besar dari naskah ini ditemukan di Geniza di kota Kairo thn 1896. Tambahan Kitab Daniel berasal dari bh Ibrani. Ini nampak pada beberapa ay dari bagian doa Azaria 17 (3:40 dlm teks Yunani yg terus-menerus) dan Susana 15. Kitab Doa Manase dalam bh Yunani amat lancar; tapi ketidakjelasan dalam ay 4 dan 7 nampaknya adalah akibat dari ungkapan-ungkapan Ibrani yg tidak berhasil diterjemahkan dengan sempurna. Kitab Barukh pada 4:5 menunjukkan bukti adanya kesalahan penulisan dalam bh Ibrani (dibaca zikhron sebagai ganti zikhru) yg diterjemahkan ke dalam bh Yunani. Kitab I Esdras diterjemahkan dari sumber asli yg dikenal, sebagian dalam bh Ibrani dan sebagian lagi dalam bh Aram; terjemahannya tinggi mutunya. Dari kelompok kitab-kitab ini, sembilan ps pertama Kitab Kebijaksanaan Salomo, telah diterima oleh kebanyakan ahli sebagai berasal dari bh Ibrani. Kesembilan ps itu diterjemahkan oleh pengarang dari ps-ps lainnya, dan diduga juga menambahkan ps 6:22-8:1. Dugaan umum mengatakan bahwa Kitab Tobit diterjemahkan dari suatu bh Semit. Pfeiffer berpendapat bahwa baik Ibrani maupun Aram sama-sama mungkin sebagai sumbernya, tapi Aram adalah lebih mungkin. Torrey mengusulkan untuk membuktikan hipotesa yg terakhir ini dalam 14:10, di mana Manase ditulis tanpa makna (naskah-naskah B dan A), suatu partisipium asli dengan awalan obyektif menasseh, 'orang yg meninggikan dia', 'penolongnya'. (Fragmen-fragmen dari Tobit baik dim bh Ibrani maupun bh Aram telah ditemukan dim naskah-naskah Qumran.) Surat kiriman Yeremia menimbulkan perdebatan; beberapa ahli masih berpendapat bahwa naskah ini ditulis langsung dalam bh Yunani. Masalahnya yg paling pelik ialah 'pelacur-pelacur di atas atap' (ay 11). Torrey melihat di sini adanya bukti salah terjemahan dari `al 'agra, 'untuk sewa mereka', sebagai `al 'iggara. Tapi dua terjemahan Yunani stegous/tegous dapat diartikan sebagai 'rumah pelacuran', sehingga dalam hal ini hipotesa terjemahan yg keliru ini kelihatannya kurang perlu. Dalam 2 Esdras (tidak lagi dijumpai naskah Yunani) berbagai hipotesa dapat dikembangkan untuk mencari sumbernya baik dalam bh Ibrani maupun bh Aram. Masalah yg berkaitan dengan Kitab Tambahan Ester lebih besar dari sekedar diskusi mengenai bh saja. Jika alasan Torrey bahwa kitab ini justru merupakan bentuk Kitab Est yg asli, dianggap benar, maka naskah Aramnya mungkin merupakan yg asli. Tapi alasan ini belum diterima oleh kebanyakan ahli. Akhirnya, Kitab 2 Makabe merupakan karangan dalam bh Yunani; karya ini merupakan usaha tiruan tingkat tinggi guna mencapai puncak karya rhetoris. Surat-surat yg dijumpai dalam ps 1 dan 2 mungkin asli, dan nampak berasal dari sumber bh Semit, mungkin dalam bh Aram. Dalam perdebatan mengenai bahasa ini mungkin berfaedah untuk mengingat catatan G. R Driver yg menyebutkan tentang salah seorang pengarang, bahwa harus dipertimbangkan baik asli Ibrani maupun asli Aram. Bahwa bh yg satu makin banyak dipakai dalam percakapan sewaktu Kitab Apokrifa itu ditulis, sedangkan bh yg lain masih tetap merupakan sarana pengungkapan sastra dan di sana sini masih digunakan sebagai bh lisan, maka mungkin sekali naskah-naskah dalam kedua bh itu berpengaruh terhadap terjemahan Yunani yg menjadi bentuk akhir dari kitab-kitab ini. Fakta ini membuka kemungkinan untuk timbulnya pemahaman-pemahaman yg berbeda mengenai masalah ini. KEPUSTAKAAN. R. H Charles, The Apocrypha and Epigrapha of the Old Testament, 2 jilid, 1913; C. C Torrey, The Apocryphal Literature, 1945; R. H Pfeiffer, History of New Testament Times with an Introduction to the Apocrypha, 1949; E. A Speiser, 'The Hebrew Origin of the First Part of the Book of Wisdom',JQR (NS) 14, 1924, hlm 455-482; C. E Purinton, 'Translation Greek in the Wisdom of Solomon', JBL 47, 1928, hlm 276-304; C. C Torrey, 'The Older Book of Esther', HTR 37, 1944, hlm 1-40. JNB/SS Ke atas APOKRIFA, KITAB-KITAB [Kamus Browning] Setelah keruntuhan Yerusalem (70 M) masa depan --> Yudaisme ditegakkan oleh tradisi para rabi --> Farisi. Mereka menerima 24 kitab dalam Kitab Suci Ibrani sebagai yang otoritatif, tetapi menolak sejumlah karya Yahudi yang digunakan di --> Aleksandria, yang kita kenal dalam manuskrip-manuskrip --> LXX sebagai Kitab-kitab Apokrifa (kata Yunani yang berarti 'sesuatu yang disembunyikan'). Karya-karya bahasa Yunani, bahkan seandainya aslinya disusun di dalam bahasa Ibrani (mis. 1Mak.), yang ditulis setelah zaman --> Ezra, ketika nubuat telah tak ada lagi, tidak dapat diterima. Pada umumnya, umat Kristen menerima daftar yang lebih panjang -- walaupun ketika *Hieronimus menerjemahkan PL ke dalam bahasa Latin untuk *Vulgatanya, ia memperlakukan tambahan-tambahan apokrif sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan namun bukan merupakan bagian --> kanon. Namun, pada akhirnya tulisan-tulisan yang ditolak oleh Hieronimus ini dimasukkan dari versi Latin Kuno, yang untuk menggantikannya Hieronimus telah bekerja keras.Kitab-kitab Apokrifa disebut --> deuterokanonik (pada tingkat kedua) oleh Gereja Katolik Roma, untuk membedakannya dari kitab-kitab protokanonik (tingkat pertama), namun kitab-kitab tersebut dianggap autoritatif dan ditempatkan secara layak dalam PL (namun, pada Konsili Trente, 1545-1564, 3 dan 4 Esdras ditolak sebagai kitab yang otoritatif, dan diturunkan sebagai lampiran). Dalam Reformasi kaum Protestan kembali pada kanon PL Ibrani yang lebih pendek, sebab dalam 2 Makabe mereka menemukan petunjuk mengenai doktrin api penyucian, yang tidak mereka akui. Mereka juga mengaku telah menemukan dalam Kitab Tobit doktrin Katolik yang tak dapat diterima mengenai pembenaran oleh perbuatan. Alkitab Luther dari tahun 1534 telah menggeser kitab-kitab ini sebagai lampiran. Gereja Inggris menggunakan Kitab-kitab Apokrifa sebagai 'teladan kehidupan dan petunjuk perilaku', tetapi tidak untuk menegakkan doktrin. Kepastian tingkat Kitab-kitab Apokrifa tidak disepakati secara umum, dan beberapa di antaranya dikenal dengan judul yang berbeda-beda. Daftarnya diberikan pada pendahuluan kamus ini. Ke atas DEUTEROKANONIK [Kamus Browning] Istilah ini digunakan, terutama dalam karya-karya Katolik Romawi, untuk kitab-kitab yang terdapat dalam --> LXX, namun tidak terdapat dalam PL Ibrani, dan di lain tempat disebut *Apokrif

Perjanjian Baru Apokrifa

Daftar Isi: BROWNING: APOKRIFA PERJANJIAN BARU , PERJANJIAN BARU APOKRIF ; ENSIKLOPEDIA: APOKRIFA, PB ; Perjanjian Baru Apokrif Ke atas APOKRIFA PERJANJIAN BARU [Kamus Browning] Tulisan-tulisan Kristen perdana dan untuk sebagian sejajar dengan tulisan kanonik PB, tetapi tidak diterima sah oleh Gereja. Beberapa tersimpan lengkap; beberapa hanya berupa fragmen-fragmen, dan yang lain hanya diketahui namanya. Apokrifa golongan Injil memberi informasi mengenai Yesus yang disambut oleh generasi kemudian dalam keinginan mengetahuinya, terutama yang mengenai masa kanak-kanak Yesus, atau pengajaran-Nya yang mempunyai warna --> Gnostik, yang katanya disampaikan setelah --> kebangkitan Yesus. Banyak dari tulisan itu dimaksudkan untuk membangun, tetapi sebagian terasa kurang enak bagi pembaca modern.Untuk mendapatkan kepercayaan, beberapa tulisan --> apokrif itu diberi nama tokoh pengarang dalam sejarah, seperti --> Tomas -- suatu kecenderungan yang sudah tampak pada tulisan-tulisan dari antara yang kanonik PB, misalnya Surat 2 Petrus yang sudah jelas bukan berasal dari Rasul Petrus. Ada juga sebuah Injil dari --> Nikodemus, yang memuat akta dari --> Pilatus; bagian ini menandai langkah lebih lanjut pada perjalanan naskah-naskah ini, yang sudah mulai tampak dalam keempat Injil PB, yaitu berkurangnya tanggung jawab Pilatus dalam --> kematian Yesus. Keperawanan --> Maria yang terus berkembang, muncul pertama kali sebagai doktrin pada abad kedua M. Protoevanggelium Yakobus (juga dikenal sebagai buku Yakobus) adalah *cerita masa kanak-kanak Yesus.Tulisan-tulisan apokrif ini sebenarnya tidak ditolak oleh Gereja, hanya tidak pernah diterima secara universal. Pemimpin-pemimpin Gereja seperti *Irenaeus !!(+/- 190 M!!) mencurigai tulisan-tulisan itu sebagai tulisan bidat. Irenaeus pula yang pertama-tama menggunakan sebutan 'apokrif', atau rahasia untuk tulisan-tulisan itu. Pembaca modern akan merasakan beberapa cerita dari tulisan-tulisan ini sebagai aneh dan ganjil untuk dianggap historis -- seperti, ketika dalam cerita masa kanak-kanak Yesus dalam Injil Tomas diceritakan bagaimana Yesus pada usia 6 tahun memecahkan kendi dan secara mukjizat menjadikannya utuh kembali.Dari tulisan-tulisan itu dapat dikatakan bahwa ada beberapa ucapan Yesus yang terdengar benar. Dan pasti tulisan-tulisan itu memberi gambaran kepada kita tentang kesalehan umum dari abad-abad Kristen perdana. Banyak perkataan lain yang kata orang adalah ucapan Yesus muncul dalam tulisan-tulisan Kristen perdana, dan malahan juga dalam tulisan Yahudi tertentu dan tulisan Islam. Ke atas PERJANJIAN BARU APOKRIF [Kamus Browning] Tulisan-tulisan Kristen yang tidak termasuk dalam kanon otoritatif PB, yang mengklaim sebagai kenangan kehidupan pemuda Yesus serta kuasa-Nya yang ajaib, atau sebagai pelengkap Kisah Para Rasul mengenai kehidupan para rasul yang telah tiada lagi. Ada pula beberapa surat dan apokalypsis. Meskipun berasal dari abad ke-2 hingga ke-9, dalam bahasa Yunani, Latin, Siria dan bahasa-bahasa lainnya, karya-karya ini hanya sedikit memberi informasi yang dapat dipercaya mengenai asal-usul agama Kristen. Memang, karya-karya tersebut memberi andil bagi pemahaman kita mengenai pemikiran Kristen dan kehidupan kesalehan pada abad-abad itu. Penemuan di --> Nag Hammadi telah menyingkap dokumen-dokumen apokrif yang sebelumnya tidak dikenal. Beberapa di antaranya mengaku meneruskan pengajaran Kristus kepada *murid-murid-Nya, di antara kebangkitan dan *kenaikan-Nya ke --> surga (periode ini diperpanjang dari 40 hari menjadi 550 hari). Ke atas APOKRIFA, PB [Ensiklopedia] Lebih sukar menentukan luasnya Apokrifa PB daripada Apokrifa PL. Istilah Apokrifa PB di sini dibatasi pada tulisan di luar kanon yg dihubungkan dengan Kristus atau para rasul, atau dimaksudkan sebagai keterangan mengenai Kristus atau para rasul. Yg tidak dimasukkan dalam Apokrifa PB, ialah karangan yg ditulis tanpa makna di atas, biarpun karangan itu untuk sementara seakan-akan menduduki status kanonis dalam beberapa gereja; atau karangan Kristen yg dihubungkan dengan tokoh-tokoh PL (atau karangan seperti itu yg diubah menjadi karangan Kristen); dan penyisipan atau penanganan kembali dan naskah-naskah PB dengan bahan asing ( --> NASKAH DAN TERJEMAHAN, bagian PB; *BAPAK-BAPAK GEREJA, SASTRA dan *PSEUDEPIGRAFIK). Cukup banyak bahan bacaan yg tersedia sampai sekarang. Sebagian dalam bh Yunani dan Latin, tapi lebih banyak lagi dalam bh Koptik, Etiopia, Siria, Arab, Slavia, bahkan dalam bh Anglo-Sakson dan bh-bh Eropa-Barat pada zaman yg sama. Beberapa tulisan yg sangat berpengaruh hampir sudah hilang semua, dan banyak dari yg paling penting tidak lagi lengkap. Tapi masih terus ditemukan naskah-naskah lama yg penting sekali bagi Sejarah Kristen Purba. Namun demikian berkali-kali ditemukan dalam naskah-naskah itu persoalan sastra yg rumit, sebab banyak dari karangan apokrifa itu sering merupakan cerita ulangan yg disertai sisipan dan jiplakan. I. Bentuk-bentuk Sebagian besar kesusastraan apokrifa dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk sastra PB: Injil, Kis, Surat Kiriman dan Apokaliptik. Tapi kesamaan bentuk ini sering disertai oleh perbedaan yg sangat besar dalam isinya. Hal ini terutama nampak nyata dalam Injil-injil Apokrifa seperti Injil Masa Pertumbuhan, Injil Penderitaan, dokumen-dokumen ucapan dan renungan-renungan teologis. Apabila kita tidak memasukkan Injil-injil Purba yg tidak lengkap dan yg bagaimanapun juga kurang kita ketahui, maka sukar sekali memperoleh naskah-naskah seperti Injil-injil Kanonis, yg benar-benar menaruh perhatian atas kata-kata dan karya Tuhan Yesus dalam penjelmaan-Nya. Kisah-kisah merupakan golongan besar dan mungkin paling terkenal, pastilah karena banyak cerita di dalamnya mempunyai daya tarik yg luas dan kuat, serta tidak terikat pada satu aliran. Bentuk Surat Kiriman tidak umum: walaupun hampir semua tulisan dalam PB yg kadang-kadang disebut pseudoepigrafik, adalah dalam bentuk Surat Kiriman. Mengenai Apokaliptik-apokaliptik, orang Yahudi sudah biasa menghubungkan sastra ini dengan seorang yg termasyhur pada masa lampau. Ada golongan susastra lain yg berkembang dengan mengambil alih beberapa ciri dari kesusastraan apokrifa: yaitu Aturan-aturan Gereja Siria dan Mesir. Kumpulan-kumpulan kanon mengenai Siasat Hukum Gereja dan Liturgi (Apostolic Constitutions adalah yg paling terkenal), menegaskan bahwa di dalamnya dilukiskan kebiasaan rasuli, yg kemudian dianggap sebagai tulisan para rasul sendiri. Yg paling berani lagi ialah Testament of Our Lord, menamakan dirinya sebagai uraian Kristus setelah bangkit. Mungkin kebiasaan itu timbul karena keberhasilannya dalam Didascalia pada abad 3, bersama-sama dengan kesalahpahaman bahwa 'Apostolic Tradition oleh Hippolytus adalah tulisan para rasul sendiri. Apokrifa PB merampas banyak sekali dari Didascalia dan Apostolic Tradition itu. Ada juga cerita Klemen yg populer, yg menguatkan kebiasaan tersebut (bnd Studia Patristica, red K Aland dan F. L Cross, 2, 1957, hlm 83 dst). II. Motivasi-motivasi Penciptaan kesusastraan apokrifa telah dimulai pada zaman rasuli: Paulus nampaknya harus membubuhkan tanda tangannya karena adanya pemalsuan surat-surat yg beredar (bnd 2 Tes 3:17). Pada abad 2 kesusastraan apokrifa berkembang pesat, khususnya di Mesir dan Siria. Hal ini berlangsung sampai Abad Pertengahan (waktu mana legenda-legenda paling kuno tetap disukai), dan adakalanya, karena sentimen, parti pris atau keanehan belaka, sampai pada zaman sekarang ini. Berbagai alasan di belakangnya terkait dengan seluruh arus sejarah Kristen dan sub-Kristen, tapi beberapa alasan yg berlaku pada permulaan, khusus penting sekali. a. Roman dan dorongan kesusastraan Hal ini nampak dalam berbagai bentuk. Ada terkandung hasrat untuk memuaskan rasa ingin tahu atas hal-hal yg tidak disinggung dalam PB. Banyak beredar Injil Masa Kecil yg tidak berharga, yg meliputi tahun-tahun sunyi mulai dari kelahiran Yesus di Betlehem sampai baptisan-Nya. Sementara dara Maria makin menonjol dalam teologi dan ibadah, muncullah karangan pseudo-rasuli yg menggambarkan kelahiran, hidup dan penerimaannya di sorga. Seorang pembaca Kol 4:16 merasa perlu melengkapinya dengan surat kepada Laodikia yg rupanya telah hilang. Nampaknya, terutama dalam kisah-kisah yg merupakan roman dan beberapa dari Injil -- keanehan, kebohongan, tapi dibumbui mujizat dan anekdot, dan banyak di antaranya kendati dengan kesalahan-kesalahan, mempunyai pengaruh tertentu. Lebih baik memaklumi terbitan ini sebagai buku bacaan populer Kristen. Dan bila mempelajarinya dalam terang ini, maka buku-buku purba ini nampak mengungkapkan beberapa masalah yg menyita perhatian jemaat abad 2 dan 3, yakni tentang hubungan dengan pemerintah, sengketa dengan orang Yahudi, debat tentang menikah dan melajang; dan, perdebatan sengit antara pihak-pihak yg ngotot mengenai mujizat-mujizat, memperlihatkan bahwa zaman mujizat sudah lewat. Buku-buku itu gamblang kasar, tapi para penulisnya mengenal masyarakat pembacanya. Untuk banyak orang, buku-buku tsb menggantikan kesusastraan kafir erotis populer, dan dalam banyak hal, dikarang dengan tujuan menolong pembaca. Para pengarang tanpa ragu berupaya keras memasukkan ke dalam karangan mereka -- sesuatu -- yang membedakan motivasi mereka dari pengarang abad 20 yg menghasilkan The Robe atau The Big Fisherman. Tidak perlu mempersoalkan kesungguhan penatua Asia, yg dipecat karena menerbitkan Acts of Paul, yg mengatakan bahwa perbuatannya itu 'didorong oleh kasih pada Paulus', padahal Paulus bagi dia sedemikian jauh, seperti Nommensen atau Sundar Singh bagi kita. Hal ini membantu menerangkan, bagaimana cerita-cerita dan buku-buku yg berasal dari kalangan bidat bisa beredar dan tersebar luas di kalangan ortodoks. Para guru bidat mula-mula berhasil menggunakan bentuk susastra ini, dan demikian suksesnya sehingga diteruskan oleh orang banyak dengan menghilangkan bagian-bagian yg tidak sesuai, meniru bentuk-bentuk yg dirancang sebagai sarana propaganda mereka. b. Penanaman asas-asas, yg menurut penulis tidak jelas diuraikan dalam Kitab-kitab PB Adalah wajar, bahkan dalam suatu karangan seperti yg dikerjakan karena 'kasih pada Paulus', setiap ketidakseimbangan atau penyimpangan ajaran penulis dapat merambak ke dalam karangannya. Memang salah satu tujuannya adalah untuk menanamkan ajaran yg menyimpang itu. Penatua Asia itu misalnya, dirasuki gagasan keperawanan yg membuat karangannya -- yg bila tanpa itu -- sedikit banyaknya akan ortodoks, bersifat jauh berbeda dari semangat injili. Tapi ada banyak karangan yg tujuannya sangat terikat pada satu sekte: menyebarluaskan suatu ajaran guna melengkapi atau menggantikan doktrin dalam kitab-kitab Kanonis. Karangan jenis ini kebanyakan adalah hasil dari dua gerakan besar reaksioner abad 2, yakni *Gnostisisme dan Montanisme. 'Buku-buku Suci' Montanis yg timbul hampir secara kebetulan saja, dan tidak tepat dengan apokrifa sesuai pengertian kita, sebab kendati buku-buku itu menuntut memelihara kesaksian yg hidup dari Rob Kudus, buku-buku itu tidak ditulis dengan nama samaran. Sebenarnya buku-buku itu sudah hilang (tapi bnd bahan yg dikumpulkan oleh R. M Grant dlm Second Century Christianity, hlm 95 dst). Pada pihak lain, tulisan-tulisan Gnostik dalam berbagai corak telah diselamatkan dalam jumlah besar. Karangan-karangan seperti Gospel of Truth, adalah renungan dengan istilah-istilah Gnostik yg memakai bahasa Kitab Suci (kanonis), kurang umum dibandingkan dengan karangan-karangan yg memilih, membatasi, dan menafsirkan Kitab Suci menurut ajaran suatu aliran saja (bnd Gospel of Thomas), atau yg dengan terang-terangan mengatakan berisi doktrin rahasia, yg tidak ada dalam buku lain (bnd Apocryphon of John), atau karangan-karangan yg menghubungkan Tuhan atau para rasul dengan ajaran Gnostik yg biasa. Dan untuk semua tujuan ini, bentuk apokrifa itu menjadi biasa. Penyebabnya tidak sulit dicari. Dalam zaman sub-apostolik dan sesudahnya, oleh pesatnya perkembangan gereja, meningkatnya bahaya penganiayaan dan menjamurnya ajaran sesat, maka apostolisitas menjadi norma dari kepercayaan dan kelakuan sehari-hari Kristen. Dengan menyusutnya jumlah orang yg masih hidup yg menyaksikan para rasul, dan karena ingatan yg hidup akan rasul-rasul makin melemah, maka apostolisitas makin dipusatkan pada Kitab-kitab PB. Ada kebulatan suara dalam gereja tentang kebanyakan Kitab-kitab tersebut. Akibatnya ialah, justru bila suatu ajaran baru hendak disebarkan, lebih dulu harus dibuktikan apostolisitasnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengusut tradisi rahasia dari seorang rasul, atau dari Tuhan melalui seorang rasul, baik sebagai pelengkap atas tradisi umum Injil-injil itu ataupun sebagai perbaikan. Rasul yg diistimewakan berlainan: banyak sekte memihak kepada ajaran Yahudi; Yakobus Yg Adil, dan yg mengherankan lagi, Salome, sering menjadi sumber tradisi; Tomas, Filipus, Bartolomeus dan Matias juga muncul terus-menerus. Dalam Gospel of Thomas, misalnya, Tomas-lah yg memperlihatkan pengertian yg sepenuhnya atas pribadi Yesus (Matius dan Petrus -- mungkin para rasul di belakang kedua Injil pertama untuk gereja -- tampil sebagai kurang menonjol). Lebih aneh lagi, Pistis Sophia menggambarkan semacam rapat para rasul dan kaum wanita dengan Yesus, tapi menyatakan bahwa Filipus, Tomas dan Matias yg ditugaskan menulis rahasia-rahasia itu (Pistis Sophia, hlm 42, Schmidt). Unsur-unsur lokal mungkin berpengaruh dalam menentukan rasul pilihan -- semua nama yg disebut itu berhubungan dengan Siria dan daerah timur, yg termasuk daerah tersubur untuk kesusastraan macam ini. Dan spekulasi tentang Tomas sebagai saudara kembar Tuhan Yesus memberikan daya tarik tambahan. Proses ini mendampakkan penekanan baru pada kurun waktu sesudah kebangkitan, di mana uraian-uraian Tuhan Yesus biasanya dimuat. Hal ini penting diperhatikan, sebab sedikit sekali yg dikatakan tentang waktu itu dalam Injil-injil Kanonis, dan itu adalah gejala Gnostisisme untuk tak henti-hentinya kurang menghargai kemanusiaan Tuhan Yesus dalam penjelmaan-Nya. Perlu diperhatikan, bahwa sekte-sekte sinkretistis yg menerima beberapa unsur Kristiani dapat menerima wahyu-wahyu bila mereka mau, tapi Gnostisisme Kristen harus memperlihatkan bahwa pengetahuannya itu berasal dari sumber 'rasuli'. c. Pemeliharaan tradisi Pada permulaan tak terelakkan, bahwa ucapan-ucapan Yesus terus beredar diluar Injil-injil Kanonis. Dalam proses demikian mungkin beberapa ucapan itu diubah sehingga tidak dikenali lagi, bahkan yg lain dengan sengaja diputarbalikkan. Kata pengantar terkenal dari Papias (Eusebius, EH 3, 39), yg memperlihatkan bahwa dia mengumpulkan uraian-uraian Yesus menjadi kepustakaannya sendiri, menyatakan kesadaran orang-orang Kristen ortodoks pada permulaan abad 2, atas bahan-bahan yg berserakan terlantar itu dan masalah mengumpulkannya. Papias, bagaimanapun kekurangannya, sangat teliti memeriksa bahannya: namun hasilnya tidak selalu menyenangkan, dan nampaknya penulis sezamannya kurang memiliki keprihatinan seperti dia. Jadi ada kemungkinan bahwa kadang-kadang bahan asli terawat di tengah-tengah omongan kosong. Sama halnya, kenangan mengenai kehidupan dan kematian para rasul mungkin masih tetap tinggal dalam ingatan, dan kisah apokrifa, biarpun secara teologis disangsikan, mungkin juga memelihara tradisi-tradisi asli, atau menggambarkan situasi-situasi sesuai yg sebenarnya. Keinginan untuk melestarikan ingatan dan mewariskannya dalam catatan peristiwa seperti itu, pasti mempunyai peranan dalam karangan kesusastraan apokrifa; tapi hal ini tidak dapat mengatasi kecenderungan terjebak rekaan, penguraian berlebihan, pengembangan yg ngawur, atau penyelewengan arah. Jadi setiap usaha untuk memisahkan yg mumi dari yg palsu tidaklah terlepas dari risiko: dan, para ahli seperti Origenes mengetahui, pada zaman patristik pun sudah serba risiko. Akibatnya, keharusan untuk secara jujur menerima sebagai fondasi kitab-kitab kanonis yg mumi asli, dan yg dapat diterima dengan kesepakatan yg bulat, diakui secara universal. III. Kesusastraan apokrifa dalam gereja purba Kehadiran tulisan-tulisan yg beraneka ragam itu dan yg menggunakan nama rasuli, pada zaman apostolisitas menjadi norma sehingga mendesak untuk segera ditentukan, tulisan-tulisan mana yg benar-benar apostolik. Para ahli Kristen cukup piawai dalam pengertian dan kecerdasan yg kritis ( --> KANON PB). Tapi adalah mencolok, betapa kitab-kitab kanonis yg umumnya diterima, sedikit sekali terpengaruh oleh diskusi-diskusi kesusastraan apokrifa. Beberapa gereja lambat menerima kitab-kitab yg dewasa ini diakui sebagai kanonis. Beberapa gereja menjunjung tinggi karangan-karangan seperti I Clement dan Shepherd oleh Hermas. Tapi hampir semua buku, misainya dalam Apocryphal New Testament (M. R James) merupakan 'Buku-buku yg tak diterima PB'. Buku-buku seperti itu dianggap di luar pertimbangan. Kesusastraan Petrus lebih banyak diteliti ketimbang yg lain (bnd R. M Grant dan G Quispel, VC 6,1952, hlm 31 dst). Pada masa Eusebius, diskusi, kecuali 2 Ptr, telah berakhir (EH 3, 3), tapi ada bukti positif bahwa sekurang-kurangnya Apocalypse of Peter untuk suatu kurun waktu dipakai di beberapa daerah (lih di bawah). Dalam hubungan ini surat Serapion, Uskup Antiokhia, kepada jemaat di Rhossus sekitar 190 M, menarik (bnd Eusebius, EH6, 12). Gereja telah mulai menggunakan Gospel of Peter. Tapi jelas ada yg menentang Injil Petrus itu, namun Serapion, yg puas atas kestabilan jemaat tersebut, setelah mengadakan penyelidikan sepintas lalu, menyetujuinya dibacakan di depan umum. Timbul persoalan. Serapion meneliti ulang Injil itu dengan cermat dan mendapati, bahwa bukan hanya Injil itu telah diterima oleh gereja-gereja yg kecenderungannya dicurigai, tapi bahkan Injil itu mengajarkan beberapa pokok ajaran sesat Doketisme (yg menyangkal realitas kemanusiaan Kristus). Serapion menyimpulkan, 'memang banyak yg sejajar dengan ajaran Juruselamat', tapi beberapa hal sudah ditambahkan padanya (dia melampirkan daftar tambahan-tambahan itu). Dia melanjutkan,'Kita menerima Petrus dan rasul-rasul lain seperti kita menerima Kristus, tapi sebagai orang-orang yg berpengalaman kita menguji tulisan-tulisan yg secara salah dianggap berasal dari mereka, karena kita mengetahui, bahwa tulisan-tulisan demikian tidak diteruskan kepada kita.' Dengan perkataan lain, daftar buku-buku rasuli kanonis telah diterima. Buku-buku lain boleh dibaca, dengan catatan, harus dinilai sebagai ortodoks. Gospel of Peter tidak termasuk kanon: pemakaiannya di Rhossus adalah atas permintaan khusus, dan bukan tanpa tantangan. Mulanya Serapion menganggap tidak ada sesuatu yg akan menimbulkan pertentangan yg berkepanjangan: kalau ternyata palsu, tokh tidak berbahaya. Setelah penelitian cermat mengungkapkan belangnya, maka pemakaiannya di gereja dalam bentuk apa pun dilarang. Jalannya peristiwa itu akan dimengerti lebih baik, bila mengikuti isyarat tindakan Serapion. Dengan demikian kita tahu bahwa pengenalan atas suatu buku sebagai palsu, tidak berarti buku itu ditolak sama sekali untuk dibaca umum, dengan syarat buku itu mempunyai nilai kerohanian dan tidak mengandung ajaran sesat. Bahkan suatu buku yg berisikan ajaran sesat pun, bila mempunyai daya tarik lain, dapat juga dibaca secara pribadi dan diberi penghargaan. Justru kesusastraan apokrifa berpengaruh tetap atas kebaktian, kesenian dan cerita-cerita Kristen pada abad pertengahan. Bagaimanapun tidak ada bukti bahwa lazim pada abad 1 dan 2 mengarang buku atas nama seorang rasul, yaitu suatu cara yg tersirat dalam beberapa teori modem mengenai penulis kitab-kitab tertentu dalam PB (bnd D Guthrie, ExpT 67, 1956, hlm 341 dst). Dan ihwal penulis Acts of Paul merupakan contoh gamblang mengenai penolakan tegas terhadap penerbitan demikian. Menjelajahi tulisan apa pun dalam PB ke apokrifa terbaik -- karya asli dari persekutuan Kristen purba -- kita berpindah ke suasana lain. Bila kita menganggap 2 Ptr -- tulisan PB yg paling lazim dianggap berasal dari abad 2 sebagai kitab apokrifa, maka kitab itu adalah unik di antara apokrifa lainnya. IV. Beberapa contoh apokrifa Beberapa bentuk apokrifa diberikan di sini. Umumnya contoh-contoh ini ada dalam tulisan-tulisan tua paling berbobot. Tapi hanya sedikit yg naskahnya lengkap, justru untuk beberapa naskah kita tergantung pada kutipan-kutipan dari penulis-penulis purba. a. Injil-injil apokrifa purba Beberapa serpihan dari Injil-injil purba dikutip oleh penulis-penulis abad 3 dan 4. Perdebatan mengenai sifat dasar dan antar hubungan Injil-injil ini berlangsung terus. Gospel according to the Hebrews dikenal oleh Klemen dari Aleksandria, Origenes, Hegesippus, Eusebius dan Yerome. Yerome mengatakan (biarpun dia tidak selalu dipercayai) bahwa dialah yg menerjemahkannya ke dalam bh Yunani dan Latin (De Vir.111.2) dari bh Aram dalam huruf Ibrani, dan bahwa'Injil' itu digunakan oleh orang-orang Nasrani, suatu golongan Kristen-Yahudi. Dia mengatakan, bahwa kebanyakan orang berbuat salah menganggap naskah ini adalah ash Ibrani dari Injil Mat, seperti dikatakan Papias ( --> MATius); kita teringat bahwa Ireneus tahu ada sekte-sekte yg memakai hanya Mat (Adv. Haer. I. 26. 2; 3. 11. 7). Beberapa serpihan yg tersedia memang mempunyai pokok-pokok yg berhubungan dengan Mat; serpihan yg lain timbul lagi dalam karangan-karangan lainnya, yg paling terakhir dalam Gospel of Thomas. Ada nada Kristen-Yahudi yg kuat di dalamnya, dan mencatat suatu penampakan Kristus setelah kebangkitan-Nya kepada Yakobus yg Benar. Eusebius menunjuk kepada suatu cerita yg ada, baik dalam Papias maupun dalam Gospel of the Hebrews, mengenai seorang wanita yg dipersalahkan di depan Yesus atas dakwaan melakukan banyak dosa. Peristiwa ini sering disamakan dengan cerita tentang wanita berzinah yg terdapat dalam banyak naskah yg terkait dengan Yoh 8. Injil itu mungkin menggambarkan kegiatan dari masyarakat Kristen-Yahudi di Siria yg memakai tradisi Matius (Injil 'setempat') dan tradisi setempat lainnya, dan beberapa di antaranya tentu benar. Orang-orang Nasrani menamakannya Injil menurut para rasul' (Jerome, Dial. Pelag. 3.2) -- suatu judul yg serba polemik penuh kecurigaan (lih V Burch, JTS 21, 1920, hlm 310 dst; M. J Lagrange, RB 31, 1922, hlm 161 dst, 321 dst; dan untuk pembelaan sebagai sumber utama, H. J Schonfield, According to the Hebrews, 1937). Epifanias, penulis yg selalu keliru, menyebut suatu versi Matius yg rusak, yg digunakan sekte Kristen-Yahudi, dan ia menamai mereka 'Ebionites'. Naskah itu telah disamakan dengan Gospel of the Hebrews, tapi kutipan-kutipan yg diberikan memperlihatkan suatu pandangan yg lain mengenai kelahiran dan baptisan Yesus Kristus. Karangan itu jelas terbatas pada satu aliran saja dan memihak. Mungkin naskah itu sama dengan Gospel of the Twelve Apostles yg disebut Origenes (Lk. Hom. 1; bnd J. R Harris, The Gospel of the Twelve Apostles 1900, hlm 11 dst). Gospel of the Egyptians dikenal terutama melalui kutipan-kutipan dalam Stromateis oleh Klemen dari Aleksandria. Beberapa orang Gnostik menggunakannya (Hippolytus, Philos 5.7), dan itu pasti timbul dalam suatu sekte Mesir. Bagian-bagian yg masih ada kaitannya dengan dialog antara Kristus dan Salome adalah mengenai penyangkalan hubungan-hubungan seks. Papirus-papirus yg tersedia menyajikan beberapa serpihan Injil-injil non-Kanonis. Yg paling terkenal, P Oxy., 1. 654, 655, akan dibahas nanti (lih Gospel of Thomas). Yg menarik berikutnya ialah yg dinamai Unknown Gospel (P Egerton, 2) diterbitkan oleh H. I Bell dan T. C Skeat thn 1935, yg menggambarkan peristiwa-peristiwa sejajar dengan cara Sinoptik, tapi dengan dialog dan perbendaharaan kata Yohanes. Naskah itu, yg bertarikh kr 100 M, merupakan salah satu naskah Yunani Kristen tertua. Beberapa ahli menganggap naskah itu mengambil bahan dari Injil ke-4 (Yoh) dan mungkin juga dari salah satu Injil Sinoptik. Orang lain menganggap naskah itu adalah contoh naskah purba dari kesusastraan Kristen populer, yg tidak bergantung pada Injil-injil tadi (bnd Luk 1:1). (Lih H. I Bell dan T. C Skeat, The New Gospel Fragments, 1935; C. H Dodd, BJRL 20, 1936, hlm 56 dst -- New Testament Studies, 1953, hlm 12 dst; G Mayeda, Das Leben-Jesu-Fragment Egerton 2, 1946; H. I Bell, HTR 42, 1949, hlm 53 dst.) b. Injil-injil kesengsaraan Yesus Injil Apokrifa yg paling penting, dari mana kita memperoleh data dalam jumlah terbesar, ialah Gospel of Peter dari (pertengahan?) abad 2. Injil ini dikenal dari suatu cuplikan besar dalam bh Kopt, yg mencakup mulai dari penghakiman sampai kebangkitan (The Akhmim Fragment). Cuplikan ini telah disamakan dengan 'Kenang-kenangan Petrus', yg mungkin disebut oleh Yustin (Trypho 106), tapi hal ini tidak tepat (bnd V. H Stanton, JTS 2, 1900, hlm 1 dst). Unsur keajaibannya sangat tinggi. Pengawal melihat tiga orang keluar dari kuburan Yesus. Kepala dari dua di antaranya mencapai langit, dan kepala dari yg seorang lagi melewatinya. Suatu salib mengikuti mereka, dan teriakan dari langit terdengar, 'Apakah engkau telah berkhotbah kepada mereka yg tidur?' Dan suara dari salib itu menjawab, 'Ya' (bnd 1 Ptr 3:19). Kesalahan Pilatus dalam peranannya dikurangi, tapi kesalahan Herodes dan orang-orang Yahudi ditekankan; mungkin menggambarkan baik pembelaan kepada negara, maupun perlawanan terhadap orang-orang Yahudi. Penilaian Serapion (lih di atas) tidak meleset; kebanyakan dari Injil Petrus itu mengerikan, tapi tidak fatal. Namun ada juga ucapan-ucapan yg memberi petunjuk, 'Dia membisu seperti seorang yg tidak merasakan kesakitan apa pun', dan kutipan teriak keputusasaan, 'Kekuatanku, engkau telah meninggalkan aku', diikuti oleh uraian yg berarti, 'Dia telah diangkat ke sorga', memperlihatkan penulis tidak menilai tepat kemanusiaan Tuhan Yesus (lih I Vaganay, L'Evangile de Pierre, 1930). The Gospel of Nicodemus adalah judul yg diberikan pada kumpulan karangan dari berbagai versi dalam bh Yunani, Latin dan Kopt, yg unsur pokoknya adalah 'Kisah Pilatus', yg berlagak sebagai laporan resmi mengenai pemeriksaan, pengadilan, penyaliban dan penguburan Yesus dilengkapi dengan intisari perdebatan-perdebatan dan pengusutan Sanhedrin, juga cerita aneka warna mengenai 'Turun ke kerajaan maut'. Dalamnya juga ada beberapa tambahan dengan versi yg berlainan; misalnya, sepucuk surat Pilatus kepada Kaisar Klaudius, mungkin sebagai contoh paling dini tentang 'Kisah Pilatus'. Para apologis seperti Yustin (Apol. 35, 48) dengan yakin merujuk kepada catatan-catatan pemeriksaan pengadilan, berdasarkan anggapan bahwa bahan itu ada. Tertullianus mengetahui cerita-cerita mengenai laporan-laporan Pilatus kepada Tiberius tentang Yesus (Apol. 5, 21). 'Laporan-laporan' demikian nampaknya disusun bertahap: teristimewa bila pemerintah (kr 312 M) menggunakan laporan-laporan palsu tentang jalannya pengadilan itu untuk tujuan propaganda (Eusebius, EH 9.5). Kisah Para Rasul mungkin tampil untuk menampik laporan-laporan palsu itu. Cerita 'Turun ke kerajaan maut' mungkin berasal dari bagian akhir abad itu, tapi kedua bagian karangan tersebut mungkin juga menggunakan bahan-bahan yg lebih tua. Ciri khasnya ialah mempertahankan nama baik Pilatus, tentu dengan tujuan politik. Sementara cerita-cerita itu masuk ke dalam legenda Bizantium, Pilatus, menjadi orang suci, dan kemartirannya masih dirayakan di Gereja Kopt. Tidak ada muncul naskah kritis yg tepat. Lih J Quasten, Patrology, I, hlm 115 dst untuk versi-versinya. c. Injil-injil masa kecil Yesus Injil asli Yakobus (Protevangelium of James) mempunyai popularitas tinggi: banyak naskahnya dalam beberapa bahasa (kendati tidak ada dlm bh Latin), dan sangat mempengaruhi Mariologi. Injil ini sudah dikenal oleh Origenes, justru sudah ada pada abad 2. Naskah itu menceritakan kelahiran dan penampilan Maria, perkawinannya dengan Yusuf (digambarkan sebagai seorang tua yg mempunyai anak-anak), dan kelahiran Yesus secara ajaib (seorang bidan membuktikan keperawanan in partu). Jelas hal itu ditulis untuk kepentingan teori tertentu tentang keperawanan abadi. Penulisnya diduga Yakobus Adil, biarpun dalamnya Yusuf menjadi narator (lih M Testuz, Papyrus Bodmer 5, 1958; E de Strycker, Ia forme plus ancienne du Protevangelie de Jacques, 1961). Injil Masa Kecil lain yg berpengaruh dari zaman purba ialah Gospel of Thomas, yg menyajikan cerita-cerita yg menjijikkan dari tahun-tahun sepi. Nampaknya versi yg kita miliki sudah di sensor sehingga tanpa pidato-pidato Gnostik. Ini berbeda dari karya Nag Hammadi dengan nama yg sama (lih bawah); kadang-kadang sulit memastikan kepada karya mana penulis-penulis patristis menunjuk. d. Injil-injil Nag Hammadi Chenoboskion telah menghasilkan berbagai Injil dalam bh Kopt, yg tidak dikenal sebelumnya disamping versi-versi baru lainnya. Salah satu naskah mulai dengan 'Injil Kebenaran adalah sukacita' (suatu incipit = permulaan, bukan judul). Dilanjutkan dengan uraian bertele-tele dan sering kurang jelas mengenai rencana keselamatan. Terminologi Gnostik dari kelompok aliran Valentinus nyata sekali, tapi bukan dalam bentuk yg telah berkembang seperti terdapat dalam Irenaeus. Naskah itu menyinggung kebanyakan buku PB dengan suatu cara yg mengacu kepada wibawa buku-buku itu. Biasanya naskah itu disamakan dengan Gospel of Truth' yg berasal dari Valentinus menurut Irenaeus, namun anggapan ini telah ditolak (bnd H. M Schenke, Th. Lit. 83, 1958, hlm 497 dst). Dengan sangat menarik Van Unnik mengusulkan, bahwa naskah itu telah ditulis sebelum Valentinus memutuskan hubungan dengan Gereja Roma (di mana dia adalah salah seorang calon uskup), sewaktu dia mencoba mendirikan ortodoksinya. Jadi naskah ini dapat menjadi suatu kesaksian penting atas dasar Kitab-kitab Kanon di Roma, kr thn 140 M, yg pada hakikatnya sama dengan kita punya (lih G Quispel dan W. C Van Unnik dlm The Jung Codex, red F. L Cross, 1955; M Malinine dll, Evangelium Veritatis, 1956 dan 1961; tafsiran oleh Grobel, The Gospel of Truth, 1960); G. W McRae, The Nag Hammadi Library, 1977. Gospel of Thomas yg termasyhur sekarang, merupakan kumpulan ucapan Yesus, jumlahnya 114 butir, penataannya agak tidak teratur. Sebagian besar menyerupai ucapan-ucapan dalam Injil Sinoptik (condong pada Lukas), tapi hampir selalu dengan perbedaan-perbedaan penting yg bersifat Gnostis; pentingnya PL dikurangi dan pentingnya penghapusan dorongan seks ditekankan. Injil ini telah disamakan dengan Injil yg dipakai oleh orang Gnostik Naassene (bnd R. M Grant dgn D. N Freedman, The Secret Sayings of Jesus, 1959; W. R Schoedel, VC 14,1960, hlm 225 dst), tapi keaslian gnostisnya telah disangsikan (R. McL Wilson, Studies in the Gospel of Thomas, 1961), dan beberapa ahli telah berusaha meneliti tradisi-tradisi berharga yg terkandung di dalamnya. G Quispel berpendapat bahwa perbedaan dalam Injil ini adalah sama jenisnya dengan perbedaan dalam Naskah Bezan ('Barat') (VC 14, 1960, hlm 204 dst) dan juga dalam Diatessaron dan Pseudo-Clement (lih di bawah). Dalam VC 28, 1974, hlm 79 dst, Quispel menghubungkan Injil Tomas dengan orang Enkratit, bukan dengan orang Gnostik. Logia Oxyrhynchus P Oxy 1, 654, 655, dalamnya termasuk 'Angkatlah batu itu dan Anda akan mendapat aku', timbul lagi dalam bentuk yg memberi kesan, bahwa ucapan-ucapan ini merupakan bagian dari versi dini Yunani. Tomas (mungkin dianggap saudara-saudara Yesus) memegang peranan utama dalam tradisi ini (lih di atas), tapi Yakobus yg Adil telah dikatakan menjadi kepala dari para murid -- satu dari sekian tanda bahwa suatu sumber Kristen-Yahudi digunakan di sini. Ada banyak masalah mengenai buku aneh dan tidak konsekuen ini, namun adalah tepat mengatakan tempat asalnya di Siria (mungkin inilah yg dapat menerangkan Semitisme bahasanya), di mana senantiasa berlaku sikap yg lebih bebas terhadap naskah Injil dan lebih banyak mencemarinya daripada di mana pun juga (lih naskah dan terjemahan oleh A Guillaumont dll, 1959; B Gartner, The Theology of the Gospel of Thomas, 1961; H Montefiore dan H. E. W Turner, Thomas and the Evangelists, 1962; H Koester dan T. O Lambdin dlm The Nag Hammadi Library in English, hlm 117-130; U Leipoldt dan H. M Schenke, Koptische-Gnostische Schriften aus den Papyrus-Codices von Nag Hammadi, 1960, hlm 79 dst). Perhatian utama dari Gospel of Philip, yg isinya adalah Gnostis, biarpun sektenya sulit dikenali, terletak pada doktrinnya yg luar biasa berkembang sakramental, di mana terdapat lebih besar rahasia mengenai minyak suci dan 'bilik pengantin' ketimbang baptisan (lih E Segelberg, Numen 7, 1960, hlm 189 dst). Bahasanya memuakkan: perhatian akan penolakan seks meningkat sampai mengakibatkan gangguan pikiran (lih R McL Wilson, The Gospel of Philip, 1962. The Nag Hammadi Library in English, 1962 [terjemahan W. W Isenberg], hlm 131-151). e. Kisah 'Leucian' Kelima kisah apokrifa terpenting berperan mewakili apokrifa jumlah yg besar. Kisah-kisah itu telah dikumpulkan oleh orang-orang Manikhean menjadi suatu bunga rampai, yg nampaknya mewarisinya dari sumber-sumber Gnostik. Penggemar buku Photius dari abad 9 menganggap bahwa keseluruhan karangan adalah karya 'Leucius Charinus' (Bibliotheca, 114), tapi mungkin Leucius hanyalah nama khayalan dari penulis 'Kisah Yohanes', bagian tertua (dan yg paling tidak ortodoks) dari seluruh kumpulan tadi. Naskah itu termasuk bertarikh kr 150-160 M dan menggambarkan mujizat-mujizat dan khotbah-khotbah (pasti Gnostik) Yohanes di Asia Kecil. Juga mencerminkan ide-ide asketis, tapi memuat cerita-cerita yg menarik di tengah-tengah keadaan yg agak buruk. Diceritakan juga laporan-laporan Yohanes sendiri mengenai kejadian-kejadian bersama Tuhan Yesus, perpisahan dan kematian-Nya. Dari sudut liturgis cukup menarik, dan mencakup perjamuan syukur untuk orang mati. The Acts of Paul juga termasuk naskah tua, sebab Tertullianus telah mengenal orang-orang yg mengutipnya untuk membenarkan wanita berkhotbah dan membaptiskan (De Baptismos 17). Dia mengatakan, bahwa kisah itu ditulis seolah-olah 'demi kasih terhadap Paulus' oleh seorang penatua Asia, yg diberhentikan karena perbuatan ini. Ini terjadi sebelum thn 190 M, mungkin menjelang thn 160 M. Kisah itu mencerminkan suatu zaman penganiayaan. Ada tiga bagian utamanya sbb: (i) 'Kisah Paulus dan Thekla', seorang gadis Ikonia, yg memutuskan pertunangannya setelah mendengar khotbah Paulus. Thekla dilindungi secara ajaib dari mati martir (menarik perhatian 'Ratu Trifena' -- --> TRIFENA DAN TRIFOSA) dan selanjutnya membantu perjalanan-perjalanan penginjilan Paulus. Mungkin ada unsur historisnya, kendati tidak bersumber pada karya tulis Thekla (demikian Ramsay, CRE, hlm 375 dst). (ii) Surat-menyurat selanjutnya dengan gereja Korintus. (iii) Ihwal Paulus mati martir (legendaris). Nadanya sangat asketis (bnd Ucapan-ucapan bahagia Paulus ttg melajang ps 5), tapi selebihnya ortodoks. Ada banyak naskah yg tidak lengkap, termasuk sejumlah besar naskah dari Yunani asli. Lih L Vouaux, Les Actes de Paul, 1913; E Peterson, VC 3, 1949, hlm 142 dst; C Schmidt, Acta Paula, 1962. The Acts of Peter muncul agak kemudian, tapi masih dari abad 2. Naskah utama, dalam bh Latin (sering disebut Kisah Verselli) mulai tentang perpisahan Paulus dengan masyarakat Kristen Roma (mungkin dari sumber lain). Oleh kelicikan Simon Magus, maka gereja Roma terperosok ke dalam ajaran sesat. Tapi sebagai jawaban atas doa, maka Petrus datang dan mengalahkan Simon dalam beberapa pertemuan umum. Lalu timbul komplotan menentang Pettus yg didalangi oleh orang-orang kafir yg ditinggal oleh istri mereka sebagai dampak dari khotbah Petrus. Kisah dilanjutkan dengan peristiwa Petrus lari, termasuk cerita Quo Vadis (?), ia kembali dan menghadapi penyaliban, dengan kepalanya ke bawah. Suatu fragmen Koptik dan singgungan pada suatu bagian yg hilang memberi kesan, bahwa cerita-cerita lainnya muncul berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yg timbul dalam persekutuan mengenai penderitaan dan kematian. Seperti kisah-kisah lain, kisah ini melihat pekerjaan Petrus dan Paulus saling melengkapi; dan gereja Roma didirikan oleh Paulus. Nada asketis sama kuatnya seperti biasanya dalam naskah-naskah lainnya, tapi sebaliknya unsur Gnostik tidak sering ditonjolkan; tapi mungkin edisi-edisi yg kita punyai sudah 'dibersihkan'. Tempat asal telah dipersoalkan, tapi hampir pasti di negeri Timur. Lih L Vouaux, Les Actes de Pierre, 1922. Menarik perhatian bahwa dalam perpustakaan Nag Hammadi dua naskah yg disebut 'Kisah' keduanya dihubungkan dengan Petrus. Kisah Petrus dalam bh Kopt mempunyai persamaan dengan Kisah Petrus dalam bh Latin, tapi yg kedua lebih ekstrim dalam hal tekanan asketisnya. The Acts of (Judas) Thomas berdiri tersendiri dari yg lain. Kisah ini adalah karya dari Kekristenan Siria, dan hampir pasti ditulis di Edessa dalam bh Siria pada permulaan abad 3. Kisah ini menggambarkan bagaimana para rasul membagi dunia dengan undian, dan Yudas Tomas, anak kembar itu, ditugasi ke India. Dia berangkat sebagai budak, tapi menjadi peranti pertobatan raja 'Gundaphar' dan bangsawan-bangsawan India lainnya. Di mana-mana dia mengkhotbahkan keperawanan dan sering dipenjarakan sebagai risiko keberhasilannya. Pada akhirnya dia mati martir. Kisah Tomas mempunyai ciri-ciri Gnostik: 'Kidung Jiwa' (Hymn of the Soul) yg dalam isinya muncul tema Gnostik populer mengenai keselamatan jiwa dari bendawi -- anak raja diutus untuk membunuh naga dan kembali membawa mutiara dari negeri jauh. Kendati belum pasti, jelas ada kaitannya dengan Gospel of Thomas; dan gelar Tomas, 'Saudara kembar Mesias', adalah mengesankan. Himbauan peri keperawanan lebih kuat dan nyaring dibandingkan pada kisah-kisah lainnya, tapi ini adalah ciri khas Kekristenan Siria. Tentang Gnostik dalam anti memiliki rahasia tersembunyi hanya sedikit dikemukakan: penulis terlalu sibuk berkhotbah dan memuji kehebatan Injilnya. Ada versi-versi yg lengkap dalam bh Siria dan Yunani. Kisah ini nampaknya memperlihatkan beberapa pengetahuan mengenai sejarah dan peta bumi India ( --> INDIA). (Lih A. A Bevan, The Hymn of the Soul, 1897; F. C Burkitt, Early Christianity outside the Roman Empire, 1899; A. F. J Klijn, VC 14, 1960, hlm 154 dst; The Acts of Thomas, 1962.) Acts of Andrew adalah bagian yg terakhir (kr 260?-M) dan, dalam naskah yg sampai pada kita, kisah inilah yg paling fragmentaris dari Kisah 'Leucian', dan sangat berhubungan erat dengan Acts of John. Sifatnya yg Gnostik telah disinggung oleh Eusebius (EH 3, 25). Kisah ini menceritakan khotbah-khotbah di antara orang-orang kanibal, mujizat-mujizat, nasihat-nasihat peri keperawanan, dan ditambah tentang martir di Yunani yg mungkin diambil dari sumber-sumber lain. Intisari kisah ini telah disajikan oleh Gregory dari Tours. (Lih P. M Peterson, Andrew, Brother of Simon Peter, 1958; F Dvornik, The Idea of Apostolicity in Byzantium and the Legend of the Apostle Andrew, 1958, hlm 181 dst; G Quispel, VC 10, 1956, hlm 129 dst; bnd D Guthrie, 'Acts and Epistles in Apocryphal Writings', dlm WW Gasque dan R. P Martin (red), Apostolic History and the Gospel, 1970.) f. Surat-surat apokrifa Yg terpenting ialah: 1. Third Epistles to the Corinthians (lih Acts of Paul di atas); 2. The Epitles of the Apostles, sebenarnya suatu seri penglihatan apokaliptik dari abad 2, disajikan dalam bentuk surat atas nama semua rasul, untuk menyampaikan ajaran Kristus sesudah bangkit (penting karena merupakan contoh tertua dlm bentuk ini); 3. Correspondence of Christ and Abgar, di mana raja Edessa Abgar mengundang Yesus ke negaranya; Eusebius telah menerjemahkan surat ini dari bh Siria (EH 1, 13); 4. Correspondence of Paul and Seneca dalam bh Latin (lih Jerome, De Vir. III. 12), suatu apologi abad 3 mengenai gaya bahasa Paulus, ternyata bertujuan supaya Surat-surat asli dapat dibaca oleh kelompok masyarakat yg halus budi bahasanya; dan 5. Epistles to the Laodiceans dalam bh Latin, suatu rentetan kutipan dari ucapan Paulus, timbul berdasarkan Kol 4:16. Fragmen Muratori menyinggung surat-surat kepada orang-orang Laodikia dan kepada orang-orang Aleksandria, yg berasal dari golongan Marcion, tapi surat-surat ini sudah sirna. Surat Lentulus yg sering dikutip, melukiskan Yesus dan dialamatkan kepada Senat, sebenarnya ditulis pada tahun-tahun abad pertengahan (lih H Duensing, Epistula Apostolorum, 1925; J de Zwaan dlm Amicitiae Corolla redaksi H. G Wood, 1933, hlm 344 dst; untuk semua surat pseudo-Paulus, L Vouaux, Les Actes de Paul, 1913, hlm 315 dst). g. Wahyu-wahyu Apocalypse of Peter merupakan satu-satunya karya jenis apokrifa, tentang mana ada bukti positif bahwa buku itu diterima oleh gereja secara umum seperti buku kanon dalam kurun waktu yg cukup lama. Wahyu itu dimuat dalam Fragmen Muratori, tapi dengan catatan pendamping bahwa sebagian orang tidak mengizinkan buku itu dibacakan dalam gereja. Klemen dari Aleksandria rupanya telah membuat tafsiran tentang buku itu, seolah-olah buku itu termasuk kanon dalam suatu karya yg hilang (Eusebius EH 6, 14), dan pada abad 5 buku itu dibaca pada Jumat Agung di beberapa gereja Palestina (Sozomen, Eccles Hist. 7. 19). Tapi buku itu tidak pernah diterima secara keseluruhan, dan kekanonannya bukanlah pokok hangat pada zaman Eusebius (EH 3,3). Isi buku ini nampaknya tidak menyimpang dari ajaran Alkitab. Suatu kitab lama mencatat bahwa isinya sebanyak 300 garis kira-kira separoh di antaranya terdapat dalam salinan utama Gospel of Peter (lih di atas). Buku itu berisi penglihatan-penglihatan mengenai Tuhan Yesus yg dipermuliakan, dan cerita-cerita ngeri mengenai penyiksaan orang-orang di neraka. Mungkin juga buku ini menyinggung masalah pencobaan pada masa depan, tapi hal itu kurang jelas. (Lih M. R James, JTS 12, 1911, hlm 36 dst, 573 dst, 32, 1931, hlm 270 dst.) Ada bermacam-macam Apocalypses of Paul yg Gnostik, salah satu dikenal oleh Origenes, diilhami oleh 2 Kor 12:2 dab. Satu dari antara wahyu-wahyu tersebut (yg mempengaruhi Dante) masih ada (lih R. P Casey, JTS 24, 1933, hlm I dst). Dalam perpustakaan Nag Hammadi Buku 5 terdiri atas empat wahyu: Wahyu Paulus, Wahyu Yakobus (dua), dan Wahyu Adam. Wahyu Paulus ini lain daripada buku dengan judul yg sama yg dikenal dahulu. Semua karya ini bersifat Gnostik (lih A Bohlig dan P Labib, Koptisch-gnostische Apocalypsen aus Codax V von Nag Hammadi, 1963). h. Karya-karya apokrifa lainnya Kesaksian-kesaksian Petrus (Kerygmata Petrou), atau Preaching of Peter, dapat dikenal hanya dari naskah-naskah serpihan saja. Kebanyakannya dirawat oleh Klemen dari Aleksandria. Origenes menghadapi ahli-ahli Gnostik yg menggunakannya, dan ia menantang para ahli itu untuk membuktikan keaslian naskah itu (dim Yoh 13:17, De Princ. Pref. 8). Telah didalilkan bahwa buku itu adalah sumber dari roman Clementine asli (lih di bawah). Fragmen-fragmen yg kita miliki mengkleim telah memelihara kata-kata Tuhan dan Petrus, dan setidak-tidaknya satu di antaranya sejajar dengan Gospel of Hebrews. Clementine Homilies dan Clementine Recognitions merupakan dua bentuk roman, dalam mana Klemen dari Roma, yg berusaha mencari kebenaran asasi, mengadakan perjalanan menelusuri jejak-jejak Petrus dan akhirnya dia bertobat. Kedua roman itu mungkin diambil dari novel Kristen yg sangat populer pada abad 2, yg boleh jadi memakai Preaching of Peter. Masalah kesusastraan dan teologis yg tersaji di dalamnya sangat rumit. Khususnya 'Homilia' itu menghargai suatu bentuk Kekristenan yg sektaris dan yg berlatar belakang Yudea. (Lih 0 Cullmann, Le Probleme Litteraire et Historique du Roman Pseudo-Clementin, 1930; H. J Schoeps, Theologie and Geschicte des Judenchristentums, 1949; terj Homilies dan Recognitions dlm Ante-Nicene Christian Library.) Aprocryhon of John populer dalam lingkungan Gnostik, dan telah tampil di Nag Hammadi. Juruselamat menampakkan diri kepada Yohanes di Bukit Zaitun, menyuruh dia menuliskan ajaran rahasia, menyimpannya baik-baik dan memberitahukannya hanya kepada orang-orang yg rohnya dapat mengertinya dan yg kelakuannya layak. Ada kutukan atas setiap orang yg memberitahukan ajaran itu kepada orang yg tidak layak menerimanya. Buku itu seyogianya diberi penanggalan sebelum thn 180 M, dan mungkin berasal dari Mesir (lih W. C Till, Die Gnostischen Schriften des koptischen Papyrus Berol, 8502, 1955; bnd JEH 3, 1952, hlm 14 dst). Dalam naskah Nag Hammadi ada riwayat penciptaan, jatuhnya manusia ke dalam dosa dan penebusannya. Apocryhon of James juga dicakup dalam Nag Hammadi. Naskah ini menasihatkan untuk mencari Kerajaan Allah, disajikan dalam bentuk percakapan antara Petrus dan Yakobus. Petrus dan Yakobus digambarkan naik bersama Tuhan Yesus. Tapi keduanya tidak mampu melewati tingkat 3 sorga. Naskah ini menarik karena tarikhnya dini sekali (125 M -- 150 M?), juga karena keunggulan Yakobus (Adil?) yg mengutus para rasul ke pekerjaan masing-masing sesudah Tuhan Yesus naik ke sorga, dan, menurut pandangan van Unnik, kebebasan isinya dari pengaruh Gnostisisme (lih W. C van Unnik, VC 10, 1956, hlm 149 dst). RE Williams, The Nag Hammadi Library in English, hlm 29, mendapati bukti adanya tema-tema Gnostik dan menyarankan Gnostis Kristen sebagai sumbernya. Iman Sophia (Pistis Sophia) dan Books of Jeu adalah karya-karya Gnostik yg samar-samar dan aneh, bertarikh abad 2 atau 3. (Lih C Schmidt, Koptisch-gnostische Schriften3, 1947, red W Till, 1959; G. R. S Mead, Pistis Sophia',1947, Et, bnd F. C Burkitt, Jys 23, 1922, hlm 271 dst; C. A Baynes, A Coptic Gnostic Treatise, 1933.) KEPUSTAKAAN. Edisi-edisi kritis atas kebanyakan karya mi masih diperlukan. Naskah-naskah Yunani dan Latin dari Injil-injil paling dini yg ditemukan telah disediakan oleh C Tischendorf, Evangelia Apocrypha, 1886, yg dilengkapi oleh A de Santos, Los Evangelios Apocryfos, 1956 (terjemahan dlm bh Spanyol). Kumpulan terbaik dari kisah-kisah itu oleh R. A Lipsius dan Bonnet, Acta Apostolorum Apocrypha, 1891-1903. Beberapa naskah terakhir dan hasil penelitian disajikan oleh M. R James, Apocrypha Anecdota, 1, 1893, 2, 1897. M. R James, ANT, 1924 (terj bh Inggris); E Hennecke-W Schneemelcher, Neutestamentliche Apokryphen3, I, 1959, terj Ingg R. McL Wilson, 1963, 2, 1965 (sangat diperlukan untuk penelitian yg cermat). Ucapan-ucapan non-kanonis: A Resch, Agrapha2, 1906; J Jeremias, Unknown sayings of Jesus, 1957; J Finegan, Hidden Records of the Life of Jesus, 1969: F. F Bruce, Jesus and Christian Origins outside the New Testament, 1974. Aturan-aturan Gereja: J Cooper dan A. J Maclean, The Testament of our Lord, 1902; R. H Connolly, The So-Called Egyptian Church Order and its Derived Documents, 1917. AFW/AL